_____
Pukul enam pagi Mirna sudah rapi dan cantik. Dia sudah siap pergi dari rumah Anwar menuju kamar kos yang akan dia sewa untuk beberapa tahun ke depan selama kuliah. Segala perlengkapannya sudah terbungkus rapi di dalam dua tas berukuran sedang.
Sebelum ke luar dari kamar, Mirna tatap sekali lagi keadaan kamar memastikannya tetap rapi seperti saat pertama kali dia inapi.
"Om Anwar...," panggil Mirna sambil mengetuk pintu kamar Anwar yang berada di samping kamarnya. Mirna ingin pamit pergi.
Mirna menghela napas panjang. Pintu kamar Anwar belum juga dibuka. Sepertinya Anwar masih tidur nyenyak.
Mirna ketuk pintu kamar Anwar sekali lagi. Kali ini agak keras.
"Hm..., masih tidur..., ck. Udahlah," gumam Mirna.
Mirna akhirnya mengirim pesan ke nomor kontak Anwar.
Baru saja terkirim, pintu kamar Anwar terbuka.
Mirna terkesiap menganga. Anwar masih bertelanjang dada dan hanya memakai celana pendek tak bercelana dalam. Tampak miliknya masih menegang di balik celana pendek putihnya. Wajah Anwar awut-awutan.
"Oh. Sh*t!" umpat Anwar saat menyadari Mirna yang sekilas menatap bagian bawah tubuhnya.
Anwar kembali lagi masuk ke kamarnya.
"Tunggu, Mirna!" serunya dari dalam kamar. Dia tampak meraih baju piyama dan memakainya dengan cepat.
Anwar lalu buru-buru menuju pintu kamarnya.
"Ya?" tanyanya sambil mengancing atasan piyamanya.
"Mau pamit, Om," ujar Mirna takut-takut. Kepalanya tertunduk. Tidak menyangka barusan dia melihat tubuh seksi Anwar 'seutuhnya'.
"Kampus? Kan Sabtu ini," decak Anwar yang masih tampak meringis menahan kantuk. Dia tidur terlalu larut semalam.
"Hm..., bukan ke kampus, Om. Mirna mau pamit pindah ke kamar kos," ucap Mirna.
Anwar terkesiap. Dia tidak mengantuk lagi.
"Ha? Pindah?"
Anwar menggosok-gosok rambut ikalnya.
"Iya, Om,"
"Ck. Kamu..., kenapa pindah?"
Mirna memandang Anwar heran.
"Ya kan udah satu minggu. Mirna kan sudah bilang ke Om kalo Mirna nanti pindah. Hari ini kamar kosnya sudah kosong,"
Anwar mendongakkan kepalanya.
"Papa kamu senang kamu di sini, Mirna,"
"Mirna kepingin mandiri, Om,"
"Kamu kan sudah mandiri selama ini. Om bebaskan kamu asal tetap kasih pesan kalo telat pulang dari kampus. Apa kurangnya rumah Om? Dekat dari kampus, bisa bareng Paula. Apa kamu kurang uang jajan?"
Mirna menggeleng.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi.
Mirna lihat notif sekilas.
"Maaf, Om. Ojolnya udah ada di depan,"
"Mirna...," desah Anwar seakan ingin menahan Mirna pergi.
Mirna ulurkan tangan kanannya hendak menyalami tangan Anwar.
Anwar pasrah punggung tangan kanannya dicium Mirna.
"Terima kasih banyak, Om. Mirna nggak akan lupa semua kebaikan Om Anwar. Mirna ingin lebih mandiri," ucap Mirna seraya menatap wajah bingung Anwar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRNA
RomanceKisah Cinta Mirna https://id.pinterest.com/pin/366480488440395183/