"Kok senyum-senyum sih, Pa?" tanya Paula heran. Tidak ada yang lucu di film yang sedang mereka tonton.
"Eh? Nggak sih. Papa teringat di kantor tadi. Ada kejadian lucu," jawab Anwar sekenanya.
"Emang kejadian apa?" tanya Paula penasaran.
"Bang Yanto kan lagi bersiin toilet ruang kerja Papa. Dia teriak karena katanya ada kecoak gede,"
Paula ikut tertawa membayangkan cerita papanya.
Anwar tersenyum lega. Untunglah kejadian dua minggu lalu terlintas di benaknya saat ditanya. Yanto, petugas kebersihan di kantornya memang menemukan kecoak besar di toilet yang berada di dalam kantor Anwar.
Anwar usap-usap bahu Paula, sambil menoleh ke arah pintu kamar yag pernah diinapi Mirna.
***
______
Mendengar Mirna datang ke rumahnya dan membawakan oleh-oleh makanan khas Semarang, kesedihan Anwar putus dari Dea pun luruh dan berkurang. Anwar yakin Mirna masih mau berhubungan dengannya, meski nomor kontaknya diblok gadis itu. Menurutnya Mirna hanya ingin fokus kuliah dan tidak mau diganggu. Anwar jadi ingat Rusdi, sahabatnya yang sangat pintar dan rajin. Rusdi selama kuliah tidak mau main-main atau bekerja paruh waktu di saat liburan, seperti kebanyakan teman-teman mereka lainnya di Sydney. Rusdi sangat fokus dan bahkan tidak pernah pacaran.
Namun, kesedihan muncul lagi saat Anwar memainkan ponselnya. Biasanya ada saja pesan mesra atau panggilan bernada rengekan manja dari Dea. Dan Anwar selalu membalasnya dengan semangat.
Anwar tidak langsung pulang ke rumahnya setelah bekerja hari ini.
"Papa pulang telat, Sayang. Papa sudah siapin pasta di kulkas untuk makan malam kamu. Tinggal dihangatkan saja. Ya?" ujar Anwar saat menghubungi Paula yang sore itu sudah berada di rumah.
"Papa lembur?" tanya Paula.
"Nggak. Papa ngopi dulu di dekat kantor. Healing...,"
Terdengar tawa kecil dari Paula. Dia ikut sedih dengan kisah cinta papanya yang akhirnya harus kandas karena perselingkuhan Dea. Paula sempat merasa bersalah karena telah menceritakan yang sebenarnya. Namun Anwar malah merasa sangat beruntung dengan kejadian tersebut karena tidak mungkin baginya meneruskan hubungan percintaan dengan perempuan yang telah mengkhianatinya. Masa depan Paula yang akan dia pertaruhkan. Dan dia dengan cepat bisa mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungan percintaannya.
"Ok, Pa. Hati-hati ya...," ucap Paula.
"Kamu juga," balas Anwar.
Anwar menghela lega. Dia bereskan meja kerjanya dan bergegas pulang.
______
Mirna bangga dengan anggota kelompoknya yang sangat antusias bekerja. Masing-masing melaporkan hasil analisa terhadap artikel dan jurnal yang sudah mereka baca. Semuanya semangat saat mencurahkan pendapat. Apalagi pendapat mereka ditulis dalam bentuk artikel dan akan diterbitkan di jurnal kampus. Pasti sangat membanggakan saat nama mereka tertera di website kampus.
"Wah. Asli deh. Kalo Calista turun tangan, ini baca artikelnya serasa baca jurnal internasional," celetuk Mirna saat Calista menutup laptopnya. Tugas kelompok mereka sudah selesai dikerjakan.
"Ah. Kamu bisa aja deh, Mir. Ini juga kebanyakan dari ide kamu. Aku kan hanya merangkai dengan kalimat yang lebih ilmiah aja," ucap Calista merendah. Calista sebelumnya sering mendapat penghargaan karya ilmiah saat masih sekolah di SMA.
"Yah kalo nggak dijadikan laporan ilmiah juga jadi omongkosong, Calista," balas Mirna lagi.
"Intinya sama-sama pentinglah," sela Dina, salah satu anggota kelompok Mirna.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRNA
RomanceKisah Cinta Mirna https://id.pinterest.com/pin/366480488440395183/