MALAM itu atmosfer dalam basecamp begitu dingin. Biasanya ruangan besar yang mampu menampung tim sepak bola itu selalu hangat dengan candaan dari Haechan dan Sunwoo, namun sekarang berubah menjadi mencekam setelah cowok bernama Jeno mengakui suatu fakta yang merupakan masalah yang cukup fatal.
Tubuh Jaemin mendadak kaku seperti boneka kayu. Apa yang diucapkan Jeno terlalu tiba-tiba dan merupakan ancaman besar bagi kehidupannya kelak. Jelas, Jaemin tak pernah berpikir sejauh ini. Bahkan dia tak pernah menginginkan hal itu terjadi.
Matanya menyapu punggung lebar Jeno yang melengos pergi meninggalkan basecamp tanpa sepatah kata. Tidak perlu berbanyak cakap, karena Jaemin pasti mengerti bahwa masalah kali ini benar-benar tidak bisa diatasi dengan satu cara mudah. Bahkan Jeno sendiri tidak berharap lebih karena dia masih tidak bisa menerima ini semua dengan baik.
Persetan!
Mereka semua sama-sama terjebak ke dalam kubangan masalah besar.
"Anjing ...." Lirih Beomgyu refleks memegangi kepalanya. Cowok itu mendongak menatap langit-langit ruangan, terlalu banyak kata-kata yang memenuhi pikirannya sampai tak ada satu kata pun yang keluar kecuali umpatan kasar.
"Tuh cowok gak boong, kan?" Cicit Sunwoo. Cowok itu memeluk lengan Jeongin yang masih mematung.
"Menurut lo?" Tanya Haechan sinis. Matanya beralih pada Jaemin yang masih bergeming.
"Lo gak percaya kan, Jaem?"
Jaemin menatap lantai marmer dengan pikiran kosong. Benarkah bahwa Jeno mengandung anaknya? Itu terlalu tidak mungkin karena faktanya Jaemin ingin mengelak dari itu semua.
"Gue gak percaya." Katanya lambat.
"Tapi kayaknya dia gak bohong," tambah Jeongin gusar. Cowok itu dengan kasar menampik tangan Sunwoo.
Haechan menggigit kuku ibu jarinya, matanya menatap liar ke segala penjuru ruangan sembari berpikir keras. "Jangan-jangan ini salah satu trik biar lo gak fokus belajar." Tuduh Haechan tanpa sebab.
"Ck! Tapi gak mungkin, lah!" Elak Beomgyu. Cowok itu mendaratkan bokongnya di atas sofa dengan kasar.
"Bisa jadi, kan. Secara mereka pernah gituan waktu di club," kata Sunwoo menarik kesimpulan. Arah pembicaraan mereka semakin ngaco demi menghindari fakta menyebalkan ini.
"Ya tapi tetep gak ada hubungannya," Beomgyu menatap tajam Sunwoo yang langsung menciut.
"Ah, derita lo," final Jeongin yang pusing memikirkan hal ini. Cowok itu duduk di samping Beomgyu sambil memijat pangkal hidung.
Jaemin dengan cepat menendang kaki Jeongin membuatnya meringis ngilu. "Kurang ajar." Makinya penuh penekanan.
"Tapi masa iya sih, dia hamil?!" Tanya Jaemin pelan bahkan nyaris berbisik. Tangannya menarik sejumput rambut lalu mengacak-acaknya hingga berantakan.
"Ck! Waktu itu lo pake pengaman gak si?!" Tanya Haechan kesal.
"Maksud lo?!" Geram Jaemin, matanya menatap heran ke arah Haechan.
"Ya kan harusnya lo pake kondom biar gak kebablasan kayak gini!" Kata Haechan setengah berteriak.
"Kok lo sewot?!" Kata Jaemin tidak terima.
"Gue cuma nanya, anjing!" Maki Haechan kesal.
"Emang siapa yang nyuruh gue pake kondom?! Gak ada!" Ujar Jaemin membela dirinya sendiri. Matanya menyapu Haechan, Sunwoo, Beomgyu, dan Jeongin. Cowok itu menunjuk satu persatu teman-temannya yang menatapnya kusut.
"Lo semua jangan nyalahin gue. Yang mengusulkan ide gila ini kalian termasuk lo sama Beomgyu." Ujarnya membuat Haechan dan Beomgyu refleks menegakkan punggungnya. Menatap tidak terima pada Jaemin yang seenaknya menuduh mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Marriage [JAEMJEN] ✓✓
Fanfiction*** "Mewek mulu kerjaan lo," sinis Jaemin sembari menatap Jeno tajam seperti tatapan elang yang mengintai mangsanya. Jeno menggigit bibirnya, mungkin ini bawaan bayi, jadi hati Jeno lebih sensitif dari biasanya. "Gue gak nangis. Cuma kelilipan aja...