Bagian 26

18 1 0
                                    

Flora POV

Kita yang usai,

Ya itu cukup menggambarkan kenyataan yang terjadi sekarang di kehidupan gue.

Tepat hari ini, dimana waktu berjalan dengan cepat dan gue yang belum terlalu siap nerima kenyataan kalau gue ikut nganter fino ke bandara untuk pertemuan terakhir kalinya sebelum dia bener-bener hilang dari jangkauan mata gue selama beberapa tahun ke depan.

Fino masih sibuk dengan keluarganya, dan gue? Gue masih diem aja ga tau mau ngapain. Sekalipun ngeberaniin diri buat ngobrol sama fino mata gue ga bisa berbohong dan fino bakal sadar sama itu.

Gue emang percaya dia bakal nepatin janjinya, tapi setidaknya jangan secepat ini juga pisahnya.

Gue ngeberaniin diri buat ngajak ngobrol fino, nurunin ego biar ga ada penyesalan setelah pulang dari bandara.

"Jaga diri ya disana, makan teratur dan inget jangan bandel" ucap gue sedikit mengancam

Fino tiba-tiba meluk, tangannya ngelus kepala gue dengan lembut sambil ngebisikin

"Iya sayang, aku janji ga akan bandel dan aku bakal kembali ke rumah ternyaman yang pernah aku singgahi yaitu kamu. Kamu ga usah khawatir tentang aku ya?"

Gue meleleh, dan bener aja gue nangis lagi di pelukannya

MALU, tapi ada rasa sakit yang gak bisa gue tahan lagi.

Kalau kalian pikir kan masih bisa pakai HP, telponan, Video call atau semacamnya. Kalian ga salah, tapi rasanya yang beda.

Gimana caranya kalian bisa menyatukan kembali waktu yang jelas-jelas ketika disana adalah pagi hari dan disini adalah malam hari?

Gimana rasanya ketika kalian terbiasa melihat orang tersebut dihadapan kalian dan sekarang hanya bisa lewat sebuah telepon genggam yang bahkan gak bisa ngasih rasa yang sama?

Gimana sedihnya ketika jarak kita nantinya bakal sejauh 1000km lebih?

Ini semua bukan tentang benda yang masih bisa menghubungkan kita untuk berkomunikasi, tapi ini tentang rasa dan orang dibelakangnya.

Dan itu tidak akan pernah sama rasanya sama sekali.

Fino berjalan menjauhi kita semua, dia mulai masuk pesawat dan ya ini benar-benar berakhir disini. Berakhir pertemuannya bukan perasaannya.

Ia masih bisa tersenyum melambaikan tangannya, senyuman manis itu gue bakal rinduin kehadirannya. Sekarang dia benar-benar hilang bahkan punggungnya pun sudah tidak terlihat lagi.

Pesawatnya terbang menembus awan-awan diatas sana dan hilang menuju langit yang berbeda.

Gue dan keluarganya fino memutuskan pulang, gak ada yang perlu di tunggu lagi disini.

* * * * *

1 tahun kemudian,

Hari dimana gue ngejalanin aktifitas gue sebagai mahasiswa, satu tahun rasanya bukan waktu yang sebentar buat gue masih tersisa 3 tahun lagi gue harus nunggu.

Ya, gue masih berusaha nunggu.

Gue terus menghitung hari, menantikan hari itu datang dan kebahagiaan gua kembali, kembali seutuhnya.

Selama satu tahun ini gue jarang bertukar kabar sama fino, karena perbedaan waktu kita yang jauh dan juga gue ga bisa bergadang buat sekedar nungguin hari esok di negaranya dia dan dia pun sebaliknya.

Kita benar-benar terkurung oleh jarak dan waktu.

Hari-hari gue jalanin bareng banyak temen-temen baru tapi rasanya tetep aja sepi, rumah yang biasanya gue jadiin tempat singgah bukan rumah sesungguhnya yang gue butuhin. Rumah ini ga ngasih kehangatan yang utuh buat gue saat ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

"Titik Akhir"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang