Sabar dulu, ya

64 7 7
                                    

"Nih, aku udah bawa surat izin pulang dan ini tas-nya," tutur Nayla memberikan selembar kertas kecil serta tas milik Kirana. "Ayo, Kak Farhan udah di depan," sambungnya.

Kirana sedikit terperanga. "Kak, Farhan jadi ke sini?"

"Iyalah. Yuk kita kesana, masih kuat jalan kan? Aku temenin." ajak Nayla.

Sementara itu, Farhan sedang berdiri bersandar pada mobilnya, menunggu Kirana datang. Sesekali ia melihat arlojji nya. Kenapa Kirana lama sekali?

Farhan menoleh ketika mendengar suara langkah kaki. Dan itu mereka. "Nah itu dia," ia menghampirinya.

"Thanks ya, Nay udah di kabarin."

"Oh iya sama- sama, Kak."

Farhan melihat Kirana tertunduk lesu tak berbicara apapun dan masih menggenggam tangan temannya itu. "Kiran, ayo kita pulang."

Kirana melepas genggaman tangannya. "Nay, pulang dulu ya? Makasih."

"Iya sama sama, istirahat di rumah ya."

Kirana mengangguk lalu masuk ke dalam mobil begitu pun Farhan dan tak lama ia melajukan mobilnya. Kirana masih diam, sebelum akhirnya Farhan pun bertanya.

"Kenapa lagi? Udah di kasih tau istirahat dulu, masih aja ngeyel."

"Kenapa? Mau ngeluh lagi? Aku gak minta kamu jemput, kan?"

"Iya nggak, kan aku yang minta."

Farhan memberhentikan mobilnya mendadak membuat Kirana sedikit terkejut. "Ada apa?" tanyanya singkat.

"Mau sampai kapan kita gini terus?" Farhan menatap Kirana serius.

"Jujur, aku capek harus bertengkar terus sama kamu. Aku kangen kita yang dulu, ngobrol, canda tawa bareng," keluhnya.

"Aku tahu masalah hubungan kita ini bukan hal sepele. Tidak mudah seperti membalikkan tangan. Aku masih mencari solusinya. Biar apa? Biar aku gak terus terusan bikin kamu sakit hati lagi. Gak bikin kamu nangis lagi." jelas Farhan.

"Tapi kasih aku waktu untuk kasih tau mama. Nggak sekarang."

"Kak Farhan akan menyudahi hubungan ini?" Sanggahan Kirana membuat orang yang dicintainya terpaku.

"Tolong bilang 'nggak', Kak. Aku masih berharap hubungan ini gak selesai sampai di sini." lirihnya dalam hati.

Farhan mengelus kepala kirana sembari tersenyum. "Apa boleh buat, Kiran, aku punya pilihanku sendiri. Segala sesuatu yang di dasarkan karena terpaksa tidak akan benar. Perasaan ku sekarang ini hanya sebatas sayang tidak bisa lebih dari itu." tutur batinnya.

"Maaf ya tadi sempat bentak kamu." Farhan mengalihkan pembicaraan.

"Gapapa." jawab Kirana memalingkan wajahnya dan menyeka sisa air matanya.

"Kenapa masih nangis? Kita kan udah ga marahan lagi."

"Kan kamu sering bilang kayak gini dulu 'Jangan berlarut larut dalam kesedihan, Kak Farhan. Itu gak baik. Jangan khawatir, Allah tidak akan membiarkan seorang hamba-Nya selalu dalam keterpurukan'." tutur Farhan meniru suara dan gaya Kirana berbicara kepadanya dulu layaknya perempuan.

Rasa Yang SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang