Farhan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia menghela nafasnya, untuk sedikit mengurangi rasa lelahnya hari ini. Menatap langit-langit seperti sedang berpikir. Ia mengambil handphone di salah satu saku celananya. Dirinya tak berhenti menatap foto Syafira dilayar handphonenya itu. Farhan bangun, dan duduk di tepi kasur. Ia mengambil sebuah foto paraloid yang digatung di kamarnya. Kedua bola matanya bergerak ke kanan kiri, membandingkan foto kedua perempuan itu.
Farhan tertawa kecil. "Kamu nyaris gak ada bedanya, Syafira."
"Kamu tau, Salma? Aku sudah menemukan seseorang yang bisa membuatku tersenyum kembali setelah kamu."
"Pertama kali aku melihat wajahnya, tawa lepasnya saat itu juga timbul perasaan sama ketika pertama kali bertemu denganmu." Farhan mengusap-usap foto Salma itu.
"Sampai aku merasa kamu seperti masih ada di sini, berada di dekatku. "
Farhan menyimpan foto Salma di atas buku dan kertas yang berceceran di atas meja. Ia mencari nomor Syafira, lalu mengirimkan foto yang telah di ambil olehnya.
Sementara itu di kamarnya, Syafira yang sedang asik menonton film di laptop sembari memakan snack, menoleh ketika terdengar suara dering notifikasi handphonenya.
"Farhan kirim foto?" gumamnya.
Raut wajah Syafira sedikit cemberut, ketika membuka fotonya. Ketika hendak ingin membalas pesannya, Farhan sudah video call terlebih dahulu. Syafira mengangkatnya.
Farhan tersenyum tipis. "Kok lama sih?"
"Baru mau balas, udah keduluan kamu telepon." jawab Syafira sinis.
"Kok gitu jawabnya?"
"Hapus gak fotonya!" pekik Syafira.
"Yaudah, emang kenapa sih kalau gak aku hapus?"
"Mukaku lagi jelek, Farhan!"
"Kata siapa?"
"Aku lah."
"Mau gimana pun kamu tetep cantik kok," puji Farhan.
Syafira yang awalnya beraut wajah kesal, sekarang ia sedikit tersenyum dan tersipu malu. "Apa sih, jangan gombal deh. Malam malam gini."
"Gak gombal, itu realita, Sya!"
Syafira menahan senyumnya. "Ah udah, deh!"
"Yah salting kan jadinya." Farhan tersenyum manis.
"Gak, gak lucu tau."
"Gimana mbak, pujian tadi kasih rate dong." pintanya.
"Hm... Oke lah aku kasih 3."
"Yah, Dikit amat mbak." raut Wajah Farhan kecewa.
"Kamu harus banyak belajar lagi ya." kekeh Syafira.
"Oke. Tunggu aku dapat gelar ahli gombal ya, Sya." tawa Farhan.
Syafira membalas tawanya. "Oh iya, dari tadi kamu panggil aku dengan nama Sya?"
"Iya juga, kenapa emang?"
"Agak aneh sih. Tapi gapapa aku suka, kok." Entah mengapa Syafira suka ketika Farhan memanggilnya seperti itu. Nada bicara ketika menyebut Sya terus terngiang-ngiang di kepalanya.
Obrolan mereka berlanjut hingga larut malam, tanpa memikirkan besok harus bangun pagi karena jadwal kuliahnya.
••••
Kirana setengah berlari menuruni anak tangga. Ia melihat Farhan yang baru saja selesai sarapan. Tangannya mengambil gelas yang sudah terisi air di atas meja makan, lalu meminumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Yang Sama
Teen FictionTerdesaknya oleh keaadaan ekonomi keluarga, membuat Kirana harus terjun pada dunia pernikahan yang seharusnya tak terjadi pada usianya kini. Akibat peristiwa mengenaskan yang dulu terjadi, Farhan telah kehilangan seseorang untuk selamanya. Sifatnya...