"Terkadang perasaan selalu berubah-ubah. Dulunya, biasa saja, sekarang membuatku dilanda rasa bimbang. Terus bersama dia atau memulai kisah baru denganmu?"
-Kirana Putri Nabila
•
•
•Seorang guru muda berjilbab sedang berdiri depan gerbang sekolah. Beliau bernama Rika Amaliya, guru yang sangat berkompeten. Dengan kepribadiannya yang tegas menjadikan semua murid segan berhadapan dengannya.
Kebiasaannya pada saat pagi hari ia menyambut siswa-siswinya dengan penuh senyuman. Namun, disaat waktu telah mendekati bel masuk, senyumannya pudar.
"Ayo cepat-cepat! Sudah siang begini masih sempatnya kalian bersantai-santai! Ingat kedesiplinan itu penting!" tegur Bu Rika kepada murid yang sedang berjalan melewatinya.
Terdapat salah satu siswa yang sengaja menentang teguran Bu Rika. Ia berjalan dengan santai serta seragamnya yang urakan.
"Eh Ucok! Tidak mendengar apa yang tadi saya katakan! Cepat masuk kelas! Seragam urakan seperti itu," titahnya.
Ucok mendesah. "Bu! Coba raba wajah ibu, sepertinya ada yang aneh," pintanya. Sengaja ia mengalihkan pembicaraan, agar tidak terkena murkanya.
Dikarenakan wajah Ucok begitu meyakinkan, guru tersebut menurutinya.
"Gimana Bu ada yang beda nggak?"
Bu Rika mengerutkan keningnya. Heran memang. Setelah diraba tiap inci wajahnya tidak ada sesuatu apapun. "Saya merasa tidak ada apa-apa," ucapnya.
Ucok memasang wajah serius. "Menurut aku Ibu masih sangat muda. Tapi kok kulitnya berkerut gitu. Kata nenek saya itu akibat Ibu suka marah-marah terus. Ibu mau, tua sebelum waktunya?" guraunya.
Bu Rika kian melotot. Dalam hatinya penuh amarah yang menggebu-gebu. Ia menyimpan kedua tangan di pinggangnya. "Ucok! Kurang ajar ya kamu! Ibu laporkan ke Ustaz Riza baru tau rasa!" pekiknya.
Ucok menarik kedua sudut bibir hingga terlihat giginya. Pelan-pelan kakinya ia langkahkan ke depan, lalu lari dengan terbirit-birit.
Bu Rika menggelengkan kepalanya dan mendesah untuk meredam kembali amarahnya.
Kringg!
Bel masuk telah berbunyi. Dilihatnya arloji menunjukkan tepat pukul tujuh pagi. Bu Rika menengok kanan kiri. Sepertinya sudah tidak ada satu orang pun.
Ketika Bu Rika hendak membalikan badannya, terdengar suara injakan bumi dengan tempo yang cepat. Dilihatnya ke belakang Kirana dengan Farel yang berlari ke arahnya. Deru nafasnya terdengar tidak teratur. Tubuhnya sedikit merengkuh karena letih.
"Eh kalian berdua bisa-bisanya terlambat? Berduaan lawan jenis lagi!" ujar Bu Rika.
Farel mencoba mengatur nafasnya. "Kita kesiangan. Lagian kita gak dekat-dekatan kok, Bu!" jawabnya.
Kirana mendongak. "Tadi gak ada angkot yang lewat. Motor Farel pun kebetulan bensinnya habis. Jadi kita mutusin untuk lari aja!" sambungnya.
"Apapun itu alasannya, tetap akan Ibu hukum! Ini sudah peraturan sekolah! Paham!" tegasnya.
Kirana menempelkan kedua telapak tangan, seperti memohon dan tak lupa memasang mata puppy eyes-nya. "Kirana mohon Bu! Kasih kesempatan buat kita berdua," pintanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Yang Sama
Teen FictionTerdesaknya oleh keaadaan ekonomi keluarga, membuat Kirana harus terjun pada dunia pernikahan yang seharusnya tak terjadi pada usianya kini. Akibat peristiwa mengenaskan yang dulu terjadi, Farhan telah kehilangan seseorang untuk selamanya. Sifatnya...