Acara Lomba!

259 26 14
                                    

"Bagaimana bisa aku menghapus perasaanku? Kamu saja saat ini masih selalu dekat denganku."

-Kirana Putri Nabila



Udara saat ini semakin dingin membuat seseorang terusik dari tidur nyenyaknya. Matanya kian terbuka. Diliriknya jam beker, telah menunjukkan pukul tiga lewat lima belas menit. Kirana bersandar.  Wajahnya diusap oleh kedua tangannya.

"Kenapa aku sampai telat bangun? Suara jam beker gak ada. Apa mungkin aku lupa menyetel kembali alarmnya?"

Kirana menjitak keningnya. "Duh! Aku belum bangunin Kak Farhan lagi," gumamnya.

Sesegera mungkin Kirana menuju wastafel untuk membasuh wajahnya. Ketika hendak membuka pintu, ponsel kirana berdering di atas ranjangnya.

"Siapa yang telepon di jam segini?"

Kirana mengambilnya. Ia tertegun melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Berkali-kali Kirana mengedipkan matanya. Guna memastikan kembali. Ternyata benar, Farel yang meneleponnya.

Kirana duduk, lalu mengangkatnya.

"Assalamu'alaikum, Kirana!"

"Wa'alaikumsalam,"

"Baru bangun?"

"Iya. Ada apa, Rel?"

"Awalnya sih mau ngajak kamu salat tahajjud. Tapi aku yakin kamu memang terbiasa salat di jam segini. Jadi, aku cuman mau mastiin saja kalau kamu sudah bangun,"

"Iya, Rel! Makasih loh sudah luangin waktunya. Aku terima niat baik kamu,"

"Kembali kasih, Kirana!

"Kalau ngobrol terus kapan salatnya, Farel!"

Seketika pintu kamar terbuka. Baru kali ini Kirana tidak menguncinya. Seorang laki-laki yang sudah rapi memakai sarung, baju serta peci hitam di kepalanya.

Kirana terperanjat. Dengan refleks ia menelungkupkan ponsel di samping tubuhnya tanpa mematikan telepon dari temannya itu. Padahal jika dipikir kembali untuk apa disembunyikan? Farhan pun tidak akan peduli.

Farhan mengernyit melihat Kirana tegang dan terpaku. Ia menampakkan giginya karena merasa bersalah sudah membuat Kirana terkejut. "Kaget ya? Maaf!" pintanya.

"Halo, Kirana!" Suara kecil dari telepon hanya bisa terdengar oleh Kirana. Kirana semakin gugup. Dengan tergesa jari Kirana berusaha untuk mematikan ponselnya.

Kirana mencoba tersenyum. "Iya gak apa-apa kok,"

"Soalnya dari tadi aku heran. Biasanya aku selalu dengar kamu mengetuk pintu. Jadi, aku kira kamu belum bangun," jelas Farhan.

"Iya kemarin aku lupa nyalain alarm. Jadi sedikit terlambat,"

Farhan mengangguk.

Kirana menatap jahil Farhan. "Tapi lebih bagus bangun sendiri. Biar gak capek aku banguninnya,"

Farhan membalas tatapannya. Kedua tangannya dilipatkan di depan dada. "Oh, jadi sekarang mulai berani ya sama suami sendiri?"

Rasa Yang SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang