Kebenaran Angga terungkap!

537 150 139
                                    

"Selesaikanlah masalah dengan bijak. Jangan sampai melakukan tindakan yang tidak sepantasnya."

-Farhan Putra Wijaya



Sebuah kampus yang berada di Jakarta ini yang diminati oleh Farhan untuk memperluas ilmunya. Ia memilih untuk masuk ke jurusan bisnis dan manajemen. Pikirnya jika ia memilih jurusan tersebut, mungkin nanti akan menjadi pengusaha besar. Itulah salah satu impiannya.

Farhan sedang memarkirkan motor ninja merah kesayangannya itu di halaman kampus. Lalu, ia turun dan menyimpan helmnya di salah satu spion motor tersebut. Farhan langsung berjalan seraya melepaskan headset di kedua telinganya.

Dan tak lupa juga ia selalu merapihkan rambutnya ke belakang. Bukan tebar pesona, tapi memang sudah terbiasa seperti itu. Tingkahnya itu membuat semua para perempuan tergila-gila padanya, meskipun sikapnya itu yang dinginnya minta ampun. Sampai-sampai di kampusnya ini,  ia mendapatkan julukan sebagai Pangeran Terdingin se-jagat raya.

"Farhan!" sapa seorang perempuan yang tiba-tiba berada di hadapannya. Farhan yang tengah menunduk dengan asyik memainkan handphone pun mendongak. Ternyata dia Maya, tan satu kelasnya.

Maya Alesia, salah satu perempuan yang menyukai Farhan. Tetapi sikap Maya membuat Farhan tidak menyukainya. Ia terlihat genit dan antusias sekali mengejar seorang laki-laki. Maya adalah orang yang selalu merecoki setiap kehidupan Farhan. Kemana pun Farhan melangkah pergi, pasti dia selalu ada di hadapannya. Dia itu selalu iri. Jika ada orang selain dia yang menyukai Farhan, pasti ia akan marah besar. Satu lagi yang menjadi ciri khas Maya. Hati-hati dia selalu berteriak sangat kencang dengan suranya yang melengking. Semua orang geram dibuatnya.

Maya tersenyum ke arahnya. "Ke kelas bareng gue yuk?" ajaknya. Farhan memberi jeda sedikit untuk membalas penawaran Maya.

"Boleh," jawabnya. Farhan yang hendak ingin berjalan satu langkah ke depan berhenti. Lalu, menatap ke samping ketika Maya berbicara lagi.

"Ga mau pegangan nih?" tanya Maya tersenyum genit dengan mengulurkan telapak tangan di samping tubuh Farhan.

Farhan mengernyit. "Buat?" tanyanya.

"Ga buat apa-apa sih. Maya mau aja pegangan tangan sama Farhan," jawab Maya dengan salah satu kakinya mengetuk tanah pelan seperti sedang menunggu Farhan membalas uluran tangannya.

"Kakinya gapapa kan? Lo ga jatuh juga kan? Ngapain gue pegang tangan lo!" ujar Farhan yang membuat Maya bergeming tak bersuara. Lalu Farhan berjalan meninggalkan Maya yang sedang sebal padanya saat ini.

Maya menurunkan tangannya, lalu bibirnya mengerucut sempurna. "Farhan tunggu! Kalau ga mau gapapa kok! Tapi jangan ninggalin juga kali!" teriaknya yang kemudian bernapas gusar.

Di tengah-tengah perjalanan mereka, seorang lelaki bertubuh kokoh kuat sedang menghampiri Maya yang sedang asyik mengoceh Farhan sedari tadi.

"Bisa ga sih lo ga terus terusan berkicau. Masih untung kalau suara lo pelan, lah ini!" ujar Rayn yang mulai jengah mendengar Maya berbicara terus.

Lagi-lagi Maya dibuat cemberut olehnya. "Ih Farhan jahat! Emang gue burung disebut berkicau?" ucapnya.

Bughh!!

Satu pukulan keras dari laki-laki tersebut yang lolos begitu saja mengenai tulang pipi kanan Farhan. Ia menoleh ke arah laki-laki tersebut sambil memegang luka memarnya itu.

"Lo siapa sih berani-beraninya pukul Farhan?" tanya Maya.

"Mau lo apa sih, Ga!" bentak Farhan dengan mendorong bahunya ke belakang.

Dia Angga Aditya Naufal yang memberikan pesan Whattsap kemarin sore kepada Farhan. Angga sangat mencintai Salma. Tetapi, sepengetahuan Farhan bahkan orang lain bahwa Angga itu Kakak dari Salma. Mana mungkin toh bisa jatuh cinta dengan adiknya sendiri?

"Gue masih ga terima Salma meninggal gara gara lo, Farhan!" tunjuk Angga padanya. Angga hatinya menggebu-gebu dipenuhi dengan penuh amarah.

Farhan jadi teringat kepada Kirana, bahwa berkelahi tidak akan menyelesaikan masalah. "Kita bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik! Ga usah pakai kekerasan!" ucapnya.

"Ikut gue ke tempat belakang kampus! Kita selesaikan masalah ini dengan kepala dingin!" pinta Farhan yang langsung berjalan dengan diikuti Angga yang masih menyimpan amarahnya.

"Ini ada apa sih Farhan? Gue ikut juga ya ke sana?" teriak Maya.

Farhan menengok ke arah belakang sekejap sembari melanjutkan perjalanannya. "Ga perlu! Lo masuk kelas aja sana!" ujarnya.

Setibanya di tempat belakang kampus, mereka berdua duduk di bangku panjang yang sudah tersedia di sana.

"Gue rela ngalah demi Salma yang sudah terlanjur cinta sama lo! Tega-teganya lo balas gue dengan cara nyelakain Salma!" ucap Arga yang sesekali melirik Farhan geram.

"Salma meninggal bukan salah gue sepenuhnya Ga! Mana mungkin gue nyelakain orang yang gue cintai sendiri," timpal Farhan.

"Gue pernah bilang kan, bahkan lo janji buat jagain dia? Gue kurang apa sama lo? Sampai- sampai gue harus kehilangan Salma untuk semalanya!"

Memang benar. Saking cintanya Angga kepada Salma, ia rela mengorbankan perasaannya demi kebahagiaan Salma. Bahkan ia membuat janji untuk Farhan untuk tidak menyakiti Salma dan menjaganya dari keaadaan apapun.

"Lo ga tau kan motif kejadiannya seperti apa? Gue sama Salma itu ketabrak mobil Ga! Bukan karena ulah gue sendiri. Kecelakaan ini bukan gegara siapapun! Itu takdir Ga! Takdir! Orangtua Salma pun menyadari itu!" sambung Farhan yang membuat Angga bergeming.

Karena sebenarnya Angga memang tidak tahu tentang motif kejadian kecelakaan itu. Karena ia langsung marah tanpa memikirkan apakah tuduhannya benar ataupun salah.

"Lagian gue heran deh sama lo! Salma sering bilang lo itu kakaknya! Tapi kenapa lo bisa-bisanya jatuh cinta sama dia?" tanya Farhan.

"Sebenarnya gue itu bukan Kakak kandungnya," jawab Angga.

Farhan mengernyit. "Maksud lo?" tanyanya.

"Gue anak angkat dari orangtua Salma. Mereka mengadopsi gue dari kecil di panti asuhan," tutur Angga.

••••

AYO JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN BANYAK BANYAK! JANGAN LUPA SHARE KE TEMAN TEMAN KALIAN BIAR AUTHOR SEMANGAT BUAT LANJUTINNYA!❤

JANGAN SAMPAI KETINGGALAN YA!

SEE YOU NEXT CHAPTER. BABAYY👋

Rasa Yang SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang