0.4| Argan's and The Gang

34 3 0
                                    

0.4| Argan's and The Gang

"Something you have to know, not everyone you just met doesn't save anything."

****

Pagi hari yang buruk bagi Sabitha adalah ketika ia menyadari gelang miliknya hilang. Iya hilang. Ia sudah mencari kesana-kemari, sudut kamar, merogoh kolong lemari dan meja. Tak juga ia temukan.

Sabitha berdiri sembari bertolak pinggang. Cukup melelahkan mencari gelang kecil dikamar seluas ini. Seharusnya ia sudah sarapan dibawah dan berangkat ke sekolah. Tetapi karena gelangnya hilang, Sabitha yang sudah siap dengan seragamnya lantas tertunda.

Gadis itu memutuskan untuk turun kebawah. Ia menuruni tangga dengan cepat, setengah berlari. Siapa tahu Mamanya lihat gelang itu.

Semua orang yang ada dimeja makan terkejut melihat Sabitha berlari menuruni anak tangga.

"Ma! liat gelang aku nggak?!" tanya Sabitha dengan panik

Vianty terkejut, lantas wanita itu menggeleng. "Gelang yang mana?"

"Gelang dari Papa,"

"Nggak, Mama nggak liat."

Sabitha mendesah kecewa. Ia mulai mencari disekitar ruang keluarga. Vianty yang melihat itu menghela napas, ia langsung menegurnya.

"Sa," Sabitha menoleh dan berhenti dengan aktivitasnya.

"Semalam kamu dihadang orang, kan?" tanya Sang Mama tiba-tiba.

Sabitha terkejut. "Mama tau-"

"Mama tau dari Argan," potong Vianty. "Sa, trauma kamu nggak kambuh lagi, kan?" tanyanya.

Pertanyaan dari Vianty membuat Sabitha terdiam. Gadis itu memainkan kuku jarinya, tanda bahwa dirinya sedang ketakutan.

Vianty menghela napas, lalu bangkit dari kursinya. Wanita itu berjalan mendekat kearah putrinya. Ia melepas tangan Sabitha, bermaksud untuk menghentikan aktivitas mengadukan kuku.

"Kamu kenapa bohong? Mama nggak akan marah lagi, Sa. Mama sekarang tau betul kamu lagi nggak baik-baik aja." ujar Vianty. Ia tersenyum.

"Yuk sarapan dulu," ajak Vianty.

"Tapi Ma, aku harus cari gelang itu dulu. Itu satu-satunya barang dari Papa yang aku punya. Yang lain aku simpan karena udah terlalu lama." terselip nada lirih diakhir kalimat yang Sabitha ucapkan.

"Iya nanti, sekarang sarapan dulu. Cari gelang juga butuh tenaga." Vianty menarik lembut lengan putrinya ke meja makan.

Sabitha duduk disebelah Thalitha. Ia memakan roti berselai kacang kesukaannya, lalu meneguk setengah gelas susu.

"Aku berangkat dulu," Sabitha bangkit.

"Nggak bareng Ayah sama Thalitha, Sa?" tanya Afian.

Sabitha menggeleng. "Nggak, Yah. Sabitha mau naik bus aja, biar nanti bisa cari gelangnya dulu." jelasnya.

"Ya udah, hati-hati ya." ucap Afian.

Sabitha mengangguk. Gadis itu berlari menuju pintu. Segera memakai sepatu dan keluar dari pekarangan rumahnya.

Sementara di dalam, Vianty menghela napas melihat perilaku putrinya.

THE HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang