Part 9

194 25 1
                                    





                 Ini adalah perdananya Taehyung memasuki ruangannya. Pagi tadi sudah super sibuk dengan Yoongi yang mondar-mandir dikarenakan ulah Taehyung sendiri yang repot. Berakhir Taehyung yang rapi dalam balutan jas serta dasi yang menjuntai karena tangan lincah Yoongi. Perdananya juga naik motor yang selama ini ia miliki. Tidak, terlalu jauh jika mobil, Taehyung masih berpikir-pikir kalau itu. Tabungannya belum cukup untuk pindah di hunian yang layak dengan mobil mewah. Lagipula Yoongi suka dengan mereka yang saat ini. Sederhana, namun terlihat mesra.

                Meskipun hari pertama, beberapa ada yang menyapa Taehyung, mungkin bertemu dengannya saat interview kemarin. Ia juga sudah tahu dimana ruangannya berada, jadi dirinya tidak susah mencari jalan lagi. Apapun, Taehyung sudah pelajari kemarin selepas interview.

                Mungkin ia bisa meng-handle semuanya dengan mudah. Well, itu benar. Kita tidak tahu bagaimana kedepannya jika tidak dijalani. Mau tahu?


                Taehyung mendera pusing di hari Kamis pagi. Tuhan, ini masih pagi tapi Taehyung sudah tidak karuan karena tumpukan dokumen yang seperti gunung dimatanya. Ditambah ia belum tidur karena harus lembur. Pun ini sudah delapan bulan lamanya ia bekerja dan baru menemukan kesulitan di dua bulan terakhir.

                Beruntungnya Yoongi masih bisa memakluminya yang akhir-akhir ini benar-benar sibuk. Belum bisa mengajak si manis bersenang-senang, selalu memberikan janji palsu tapi Yoongi masih bisa tersenyum. Seakan tidak mempermasalahkannya, sedangkan Taehyung sudah jelas merasa bersalahnya.

                 Taehyung jadi merasa semua beban itu ia pikul sendiri, lantaran anak buahnya dirasa tidak bisa diandalkan. Ditambah satu makhluk yang sudah lima bulan ini memperkenalkan diri jika dirinya adalah anak buah yang bisa ia limpahkan pekerjaannya, tapi apa. Taehyung malah pusing sendiri.

                 "Hyung!"

                 "Astaga, Kwon. Diamlah barang sejenak, kau tidak lihat jika aku pusing mendengar teriakanmu itu!" Ucap Taehyung dengan sengit. Tangannya dan matanya masih fokus lalu ia bubuhi dengan tanda tangan sebelum ia serahkan kepada atasan.

                 Inilah yang kadang Taehyung sesali, selepas ia tanda tangani, ia harus naik ke lantai paling atas hanya untuk tanda tangan sang pemilik perusahaan. Memang pakai lift, tapi Taehyung tetap membencinya.

                "Hyung!"

                  "Apa? Kau mau menceritakan apa lagi? Aku pusing!" Bentaknya dan itu sukses membuat sosok dihadapannya bungkam sebentar. Taehyung tengah membereskan dokumen-dokumen, mengumpulkannya menjadi satu.

                 "Hyung!" Helaan napas Taehyung keluarkan. Agak muak mendengar kalimat panggilan terus seperti itu. Tapi panggilan itu tidak seperti tadi yang begitu semangat. Oke, biarkan Taehyung ladeni bocah ini.

                  "Apa? Katakan cepat, Kwon!"

                  "Kau dipanggil direktur utama untuk menyerahkan..."

                  "Aku sudah ingin kesana sebelum kau terus memanggilku. Jadi, sekarang bisa kau selesaikan ini dan menyingkir dari hadapanku!" Taehyung memang mengucapkan dengan lembut, tapi si Kwon itu tahu, terselip nada tegas didalamnya.

                   "Oke, maafkan aku, Hyung! Biar kuselesaikan, karena sepertinya penting hingga kau yang dipanggil!"

                   Sejujurnya apa yang dikatakan sosok dihadapannya benar. Karena selama delapan bulan ini bekerja, baru kali ini ia menghadap pada sang atasan, biasanya kala ia benar-benar sibuk tak bisa meninggalkan tempat, Kwon inilah yang ia babukan. Taehyung juga cukup penasaran dengan sang atasan yang digadang-gadang begitu baik dan kompeten.

Goyang-iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang