1. Tuan Putri dan Pangeran

26.3K 1K 37
                                    

1. Tuan Putri dan Pangeran

Tuan putri itu harusnya tinggal di kayangan dan dilayani.

Iya, kan?

"PUPUUUUUT UDAH JAM SEBELAS SIANG!! KAMU MAU BANGUN JAM BERAPA!?"

Pengang. Bising. Memaksakan dua netra rapatnya terbuka, Putri menyipit begitu cahaya matahari silau terkena mata.

"PUUUTTT!" DOR DOR DORR. Pintu bukan lagi diketuk, tapi digedor keras-keras.

"Iyaaaaaaaa!" Putri berdecak seraya mengucek mata. "Udah bangun kok." Dan teriakan serta gedoran pun lenyap begitu mendapat sahutan darinya. Suara serak Putri turut tenggelam bersama selimut yang dia tendang hingga jatuh ke bawah kasur. "Gue gak ada kerjaan juga! Bangunin kok rajin betul! Ck!"

"Mami kamu tadi pagi titip pesen. Minta jemput jam lima sore." Teriakan Eyang samar kembali terdengar.

Oh, ternyata ada kerjaan ya. Putri menghela napas, menengok android biru langitnya yang tergeletak mengenaskan dengan baterai 17% di atas nakas, berkedip-kedip tanda ada pesan masuk. Seraya menyandar malas pada kepala ranjang, diraihnya ponsel itu. "Telpon? Banyak amat." Lalu diperiksanya notif panggilan tidak terjawab. "Lena?" Ada sebelas nama Lena, kawan baiknya, dalam daftar. Putri mengerjap, satu kali, dua kali, tiga kali- "ASTAGA!" Lantas rambut mirip singanya kontan dia jambak. "Mampus gue!" Segera Putri beranjak turun dan mandi.

**

"Mau heran, tapi ini Batari."

"Heish, panggil gue Putri. Pe u te er i. Putri."

"Putri itu di mana-mana anggun, lemah lembut, TIDAK MALAS, pandai merawat diri, dan punya tata krama yang saaaaaangat mengesankan." Lena memicing seraya meneliti kawannya dari atas ke bawah, kemudian berdecak dan geleng-geleng kepala. Satu hal yang tidak berubah dan melekat di diri Putri semenjak mereka berteman dari jaman cilik, yakni sifat pemalasnya. Mana rambutnya juga tidak pernah lepas kepang. Kepang satu. Seolah tidak ada model rambut lain yang bisa dicoba. Kuncir kuda? Keriting? Gerai bak iklan shampo? Ckck. Tidak sama sekali. Hanya kepang.

"Kurang jauh lo maennya." Putri mencemooh tidak terima. "Lo tonton deh tuh drama-drama saeguk, gak ada yang namanya tuan putri KERJA DAN CAPEK. Apa-apa, dilayani. Mau apa, dituruti. Gak ada yang berani teriak."

Lena tergelak. "Tapi masalahnya, elo cuma putri. Gak pake tuan. Jelas bedalah."

Putri mendengkus, kemudain memasukkan sebiji anggur milik Lena ke dalam mulut. Malas mendebat lagi.

"Dah. Daripada cemberut dan marah-marah gak jelas, mending kita otewe sekarang. Sampe sana ngepas nih waktunya kayaknya." Lena bangkit seraya menaikkan seplastik besar barang yang telah dipacking dan diberi nama serta alamat.

"Ke mana aja hari ini?" Putri menyalakan vespa kuningnya lalu mengenakan helm.

"Sekitaran sini aja. Cuma lebih banyak aja dari kemaren. Yok! Let's go!"

**

Batari Putri, 24 tahun, pengangguran, jomblo akut, dan saaaaaangat pemalas. Jika diibaratkan, Putri itu mirip kolomang yang menolak keluar dari cangkang, maunya tidur tenang tanpa distraksi dari dunia luar. Tapi berhubung Putri ini manusia, dia tidak mungkin begitu selamanya. Ada Mami dan Eyang yang saaaaaangat perhatian dan menceramahi nyaris setiap pagi. Belum lagi, Lena, kawan baik yang dia miliki sejak masa putih abu, yang juga ikut-ikutan memberi banyak petuah seperti orang tua.

"Belok kiri, Put," tukas Lena. "Kita tunggu di jembatan itu aja."

Putri turuti pinta Lena. Lena adalah ibu rumah tangga beranak 1 yang sambilan buka olshop, menjual beragam fashion dari baju hingga kerudung, pokoknya apa saja selagi masuk kategori pakaian. Dan Putri, menjadi kawan baik hati yang membantunya mengepak barang dan mengantar COD. Tidak sepenuhnya membantu, sebenarnya. Mungkin lebih tepat jika disebut 'bekerja sambilan', sebab Putri juga dapat upah tiap bulan.

[✓] TerikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang