21. Yang Bisa Mengendalikan

5.3K 665 38
                                    

21. Yang Bisa Mengendalikan

"Nona Brien ngamuk lagi!"

"Hah? Bukannya kemaren udah tenang banget??!"

"Gak tau. Tuan Ganesh dilemparin. Buruan!!!"

Putri yang sedang menyusuri koridor rumah sakit dengan tenang, mempercepat langkahnya.

"PERGI!! KAMU USIL! PERGIIIIIIII! TARIIIIII HIKSS!"

Putri menyibak tiga perawat yang kewalahan dan tubuh tegap dua pria yang berdiri dalam kamar Briena. Briena sedang sesenggukan. Saling menatap nyalang dengan Ganesh. Lalu teralih begitu melihat Putri mendekat.

"Tariiii!" Tubuh Putri pun dipeluk erat. Dan Putri membatu beberapa saat.

"Cih!" Ganesh mendecih sinis. "Geli gue liatnya!" Lantas berlalu keluar.

Putri balas pelukan Briena dan menepuk-nepuk punggungnya agar tenang. Dan Putri tahu yang terjadi selama dia menenangkan Briena. Tiga perawat menghela napas lega. Dokter Lily tidak jauh berbeda. Dan Regan, yang juga sejak tadi di sana, hanya bergeming menatap punggungnya, mengamati bagaimana sabarnya Putri menangani Briena. Mungkin kaget, mungkin juga salut, atau mungkin geli seperti yang dikatakan Ganesh. Putri memang terlihat begitu mudah mengatasi Briena yang katanya agresif dan berbahaya - itu yang Putri dengar diam-diam dari bisik-bisik para perawat.

Dan mungkin, mereka benar. Isak Briena reda perlahan-lahan. Teriakannya hilang. Tatap nyalangnya redup.

Putri tengok sekeliling. Lampu tidur dan telepon dibanting, sedikit hancur, tergeletak di lantai. Gelas dan piring yang semula di atas baki pun pecah. Dan kaki Briena tergores karenanya. Berdarah.

"Obatin dulu kakinya, Kak." Putri mengurai pelukan.

"Berdarah?" Briena lihat telapak kakinya dengan seksama. "Ish! Gara-gara Ganesh sama dia!" Lalu ditunjuknya Regan yang masih bergeming tanpa suara.

Diam-diam Putri menarik napas sebelum berbalik dan menghadap Regan.

"Aku bilang jangan datang lagi! Kamu kenapa sih, Re!? Ngeyel banget!" Briena berkata ketus.

Dan agaknya tidak ada sedikit pun rasa bersalah di benak Briena atas kelakuannya bertahun-tahun lalu. Atau jangan-jangan ... Kak Yellownya lupa? Mungkin sensasi menembakkan peluru itu sama seperti menimpuk beberapa kepala anak-anak dengan batu? Tergelak sejenak, puas, kemudian dilupakan begitu saja.

"Kamu punya teman lain rupanya," Regan melirik Putri. "Pantes gak mau ngobrol lagi sama aku."

Briena memberenggut. "Abis kamu mau pisahin aku sama Tari! Aku sebel tauuu!"

"Kapan aku melakukan itu??"

"Kan kamu yang hasut kakak sama papa aku biar aku pulang waktu itu! Ish!"

Dan agaknya lagi, mungkin ini seperti kesempatan dalam kesempitan, tidak terduga-duga dan sedikit mengejutkan tetapi ibarat titik terang, Briena tanpa sadar begitu saja buka mulut dan bicara santai dengan Regan soal masa lalu. Sesuatu yang begitu sulit Regan, Ganesh, dan Dokter Lily dapatkan hingga kehabisan cara untuk membujuk. Dan hanya dengan menggenggam lengan Putri dan memastikan Putri ada di dekatnya, Briena membuka diri, semudah itu.

Dokter Lily yang sejak tadi mengamati, menatap Putri yang membiarkan semuanya terjadi. Lalu tersenyum paham.

"Aku gak pernah melakukan itu. Peter boongin kamu." Regan bersuara lagi.

"Iya?? Ck. Tapi Peter emang tukang boong. Aku gak suka. Udah ah." Digamitnya lengan Putri. "Ayo, Tari. Obatin aku di taman yah! Oh! Aku juga mau nunjukin sesuatu sama kamu."

[✓] TerikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang