5. Misi Pertama

7.1K 833 34
                                    

5. Misi Pertama

Sepanjang pagi, segenap pekerja di rumah Baskoro sibuk, hingga malam tiba, dan tamu undangan mulai berdatangan. Ruang tamu dan halaman belakang menjadi spot utama pesta. Acara tukar cincin akan dilaksanakan di halaman belakang. Dekorasi indah dengan bunga-bunga putih telah terbentuk di sana.

"Gak perlu mengkhawatirkan CCTV. Misimu hanya menyalakan alarm kebakaran tanpa ketahuan. Ingat! Nol persen kegagalan."

Misi, katanya? Ckck. Putri itu baru direkrut jadi asisten apa ninja konoha sih? "Perintah wajar apanya," Putri bersungut. "Yang ada gue ngendap-ngendap sama celingukan kayak maling." Lagian si tuan muda di luar dugaan sekali. Membatalkan pertunangan? Hm. Setahu Putri, dari cerita Mina, Regan dan Qirani itu dijodohkan sejak kecil, digadang-gadang jadi couple goals setelah dewasa. Masa batal? "Ngapain juga gue mikirin itu ya? Gak penting amat." Putri menggeleng, menyadarkan dirinya sendiri agar kembali fokus.

Emergency break glass ada di sudut dekat gudang, dekat halaman samping. Putri sudah memastikannya sambil bolak-balik membawa minuman ke meja-meja di dalam ruangan dan halaman belakang. Dan tuan muda betul perkara CCTV. Di sudut gudang hanya ada satu CCTV, tapi telah dipastikan berada dalam kendali Regan - entah dirusak atau dinonaktifkan. Misi dari Regan pun jadi tidak sesulit yang Putri kira. Putri pikir dia juga harus memotong kabel CCTV, atau setidaknya mendatangi ruang kontrol untuk mengibuli para petugas keamanan baskoro yang berjaga di sana. Untungnya tidak. Ternyata Regan cukup pengertian untuk mengurus si kamera pengawas itu dan meringankan misinya. Putri hanya perlu keberanian dan kehati-hatian agar tidak ketahuan.

Dan demi setan-setan yang tidak tahan ingin segera Putri kruwek-kruwek wajahnya, misi ini harus berhasil.

Jam menunjuk ke angka 07.15 malam. Masih 45 menit lagi menuju momen tukar cincin. Putri duduk di pinggiran lantai, tepat di halaman dekat rumah kaca berisi tumbuhan herba ditanam - sebab hanya spot itu yang paling sepi. Beberapa kali Putri berpapasan dengan Mami yang juga sibuk seperti pelayan lain.

Putri teguk botol minum yang sebelumnya dia ambil dari lemari pendingin. Netranya tidak lepas mengikuti pergerakan Mami. Sejauh yang Putri amati, Mami baik-baik saja, raut wajahnya normal seperti biasa meski ada Barsha dan keluarga bahagianya di sana.

Seluruh tamu undangan hadir dengan pakaian terbaiknya masing-masing. Semi formal. Sangat kontras dengan para pelayan yang berlalu lalang. Seragam pelayan Baskoro itu nyaris sama dengan pelayan hotel, resto, dan sejenisnya. Yakni kemeja biru tua, dilapisi apron hitam pada bagian pinggang hingga menutup sampai paha, dengan bawahan celana bahan panjang yang juga berwarna hitam. Lumayan formal untuk ukuran baju pelayan sebuah rumah. Beruntung Putri sudah membuat kesepakatan dengan madam sehingga dia tidak perlu mengenakannya. Bagaimana ya? Putri itu ibarat angin, kadang kehadirannya terasa, kadang tidak. Putri hanya bantu-bantu jika mereka kerepotan. Dan tidak butuh seragam jika pekerjaannya hanya demikian. Agaknya Regan ada betulnya soal anak ayam. Putri kini memang nampak seperti anak ayam di tengah para angsa dan bangau. Kecuali jins yang berwarna hitam, sepatu kets, jaket, kaus, pita dan tali rambutnya, semuanya berwarna kuning.

"Untung gue gak jadi pake topi kuning," celetuknya, kemudian bungkam. Di tengah pesta sana, minuman pada nampan yang dibawa Mami, diambil oleh Yuanita, istri Barsha. Napas berat Putri terhela. "Sabar, Put. Ini malam terakhir nyokap lo jadi babunya Baskoro."

Si tuan muda juga ada di sana, dan tuan putrinya mendampingi. Mereka mengenakan busana couple. Elegan. Berkilauan. Tampan dan cantik. "Sungguhan pangeran dan tuan putri." Pasangan itu sedang menjamu beberapa tamu yang baru tiba.

Putri teguk lagi air mineralnya, lalu menengok jam tangan. Tiga puluh menit lagi. Dilihatnya arah belakang, di mana pintu menuju ke dalam rumah sengaja dibuka. Gudang ada di samping, dan fire alarm menempel pada dindingnya. Tidak banyak yang berlalu lalang ke tempat Putri berada kini. Namun satu dua pelayan pasti lewat karena pantri terletak tidak jauh dari sana. Bangkit, Putri tersenyum pada Mbak Sita yang lewat seraya membawa nampan berisi beberapa gelas wine. "Sibuk betul, Mbak."

[✓] TerikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang