7. Makan Siang Bersama

6.7K 847 53
                                    

7. Makan Siang Bersama

"Gue perhatiin-perhatiin, si Putri kok mirip si Qirani ya." Niel mengusap-usap dagu usai Putri pergi dari ruangan. "Coba lo poles dikit, terus jejerin mereka berdua, kayak kembar pasti."

Awalnya Regan tidak begitu memperhatikan. Namun ketika menghadiri pesta Richard tempo hari, di mana si anak ayam dia makeover, perkataan Niel ada benarnya. Mereka mirip. Entah apanya. Ada sesuatu dari bagian wajah mereka yang serupa.

"Selamat pagi, Tuaaaaan!" Dan sapa riang penuh semangat itu menjadi kebiasaan baru yang setiap pagi menyapa Regan saat keluar kamar. "Tuan, saya bikin bola-bola almond sama almond bar juga, biar variasi," ujar Putri semangat, tangannya fokus membentuk bola-bola dari adonan yang dia buat. "Yang almond bar udah jadi. Ini." Putri sodorkan wadah kecil berisi almond bar kepada Regan yang duduk di depannya, terhalang meja pantri.

"Kamu tidur di sini?" Regan ambil sepotong almond bar dan menggigitnya. Hari ini Putri hanya mengenakan kaus kuning kebesaran dan celana baggy, tanpa jaket. Kepangannya kembali, usai digerai satu kali di singapura tempo hari.

"Enggak, Tuan. Di rumah. Tadi abis subuh langsung ke sini."

Enak. Regan mengunyahnya lebih banyak. Meski soal isi perut Regan serahkan pada Chef Dika, ada satu jenis makanan yang memang sengaja Regan haruskan hanya Putri yang membuatnya. Yakni camilan wajibnya setiap hari ; Almond joy energy ball, atau simpelnya, Regan sebut bola-bola almond.

"Ini percobaan kedua." Putri serahkan bola almond yang sudah terkumpul banyak di wadah bening ke hadapan Regan. "Dijamin rasanya lebih enak. Silakan."

Regan tinggalkan almond bar, kemudian beralih pada almond ball.

"Kenapa Tuan suka energy ball? Bukannya ini camilan bocil yang mau berangkat sekolah?"

"Kata siapa?"

"Saya liat di eyang gugel pas cari resep, Tuan. Kebanyakan artikelnya bilang gitu."

Regan hanya bisa geleng-geleng kepala. Tapi ngomong-ngomong, Putri betul. Rasanya lebih enak. Padahal baru dua kali membuat. Sepertinya tidak bisa memasaknya si anak ayam lebih disebabkan tidak punya motivasi.

"Kamu suka camilan juga?"

"Suka."

"Apa?"

"Dadar gulung."

Hng?

"Itu loooh, Tuan. Yang terbuat dari tepung kanji kalau gak salah, yang warnanya putih dan bentuknya panjang, kayak pocong."

Regan batal menyuap.

"Biasanya dikukus dan warnanya ijo. Tapi saya lebih suka yang disangrai gitu masaknya. Yang warnanya putih."

Sebentar.

"Enak banget. Isinya campuran gula merah sama irisan kelapa. Dimakannya anget-anget pas lagi hujan."

Regan mengerjap. Pocong? Putih dan diikat, begitu?

Lalu Putri terkikik, berikutnya menyemburkan tawa. "Duh, Tuan. Mukanya komuk banget."

"Kamu-"

"Becanda, Tuan ... Becanda." Putri masih tergelak. "Emangnya Tuan gak tau dadar gulung?"

Regan letakkan bola almond kembali ke wadah, kemudian geleng-geleng dan beranjak dari sana. Dia pasti gila jika masih meladeni gadis itu.

"Loh, Tuan! Mau ke mana??"

Dan demi apapun Regan masih bisa mendengar gelak tawa si anak ayam dari dalam kamar.

[✓] TerikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang