15. Ketika Si Bulan Datang

5.9K 664 11
                                    

15. Ketika Si Bulan Datang

"Tuan baik-baik aja?" Wajah Regan pucat. Sembari tuan mudanya turun tangga, Putri amati wajah itu dengan seksama. Mimpi buruk?

"Kamu baru tiba?"

"Udah setengah jam lalu," jawab Putri. "Bikin ini." Putri angkat wadah bening tempat bola-bola almondnya diletakkan. "Saya kepikiran sama ini dari kemarin, makanya pas datang langsung buat."

Regan mengangguk samar, masih tampak menenangkan diri dari shock.

"Tuan abis mimpi buruk ya?"

"Iya." Segera Regan buka lemari es, mengambil air dingin dan meminumnya agak rakus.

Air dingin! Di pagi hari! Saat baru bangun tidur! Waw! "Tu-"

"Gimana Mami kamu?"

"Ya?" Putri mengerjap. "Ah! Mami baik-baik aja, gak nangis lagi."

Regan lalu duduk di kursi tinggi pantri, menghadap Putri. "Kamu?"

"Saya? Oh," Putri tersenyum penuh. "Saya baik kok, Tuan."

Regan tidak menanggapi, tapi lekat memandangi, kemudian manggut-manggut. Sebenarnya, Putri sudah menyiapkan jawaban antisipasi sejak kemarin jika Regan bertanya mengenai Barsha dan Mami, tapi ternyata tuannya tidak bertanya apa-apa. Jangankan bertanya, membahas pun tidak. Dan Putri jadi lega karenanya. 'Tuan pengertian juga. Hehe.'

"Bikinin toast gih."

"Toast? Tuan mau sarapan sama toast?" Tumben.

"Hm. Cheese. Creamy."

Regan masukan satu bola almond ke mulut. Dan Putri melipir menuju kabinet. "Iya, Tuan."

**

De javu. Kenapa Putri merasa, sekarang Regan selalu memandanginya setiap kali dia memasangkan dasi? "Jangan liatin terus dong, Tuan. Nanti dasinya mencong-mencong."

Regan menyeringai. "Sepertinya kamu mulai gak fokus."

Putri merengut. Bibirnya mengerucut.

"Tapi kayaknya ada yang beda." Regan meneliti wajah Putri. "Wajah kamu agak pucat. Kamu sakit?"

"Mana ada." Dasi telah terpasang rapi. "Berangkat sekarang?"

**

Sebenarnya, Putri memang sakit. Tapi bukan sakit seperti yang Regan pikir. Ini hari pertamanya datang bulan. Dan datang bulan di hari pertama tidak pernah biasa saja untuk Putri. Perutnya seolah diperas habis, perih, sakit, kadang pingsan kalau sakitnya tidak tertahan. Putri tahu Regan meliriknya heran sejak tadi. Biasanya kan Putri ngoceh apa saja selagi menyetir menuju kantor, tapi kini dia diam saja. Tidak aneh jika tuannya bertanya-tanya. Namun masalahnya, Putri malu kalau harus mengaku sakit perut karena datang bulan. Meski normal dan wajar sih, tapi dia malu, tidak tahu kenapa. Maunya, Putri memperpanjang ijin satu hari, tapi Regan sudah berbaik hati memberinya ijin tiga hari, Putri tidak enak hati kalau minta ijin lagi, tiga hari saja sudah terima kasih sekali.

"Kamu baik-baik aja?" Dan akhirnya Regan bertanya juga saking penasarannya.

"Nggg, sakit perut, Tuan." Dan Putri pikir tidak ada gunanya lagi bilang 'baik-baik saja'. Wajahnya pasti pucat pasi.

"Sakit perut kenapa? Maag?"

"Ngg, saya biasa sakit perut sih, Tuan. Kayak temenan gitu, udah akrab." Bisa Putri lihat Regan yang ternganga. "Nanti juga sembuh sendiri." Lalu diakhiri tuannya dengan geleng-geleng kepala, tidak habis pikir, aneh, ajaib.

[✓] TerikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang