27. Kencan!

5K 615 18
                                    

27. Kencan!

"Wuidiiiih tumben betul!" Lena memindai Putri dari atas ke bawah. Berulang kali. Namun alih-alih meringis malu, Putri justru berputar memamerkan gaun kuning selutut yang dikenakannya.

"Cakep kan gue! Haha!"

Lena, yang kini bercelemek dengan dua piring kotor di tangan, mendengkus geli. Tapi kemudian mengangguk. "Yeah, meski males mujinya sih, tapi gue harus objektif. Batari Putri adalah kawan gue yang paling kece."

Putri tersenyum puas. Ah, hari ini adalah pembukaan kedai kopi milik Lena dan suami. Pasangan itu memang sungguh pekerja keras. Bisnis apa saja dicoba selagi ada kesempatan. Tidak heran jika dulu eyang selalu menyuruhnya mencontoh semangat dan kegigihan Lena.

"Oh, udah datang, Put." Itu suami Lena. Namanya Mas Rendra. "Wuidih ... Cuma bantu anter-anterin minum rapi bener, Put. Terniat. Bereslah!"

"Whatt??!" Udah cantik paripurna gini???! "Ih Lenaaaaa masa udah cantik gini gue dikira mau ngebabu lagiii. Hih Mas Rendra jahara!"

Lena cekikikan. Dituntunnya sang suami menuju grinder kopi. "Putri mau kencan di sini. Pacarnya tajir. Nanti kamu sekalian promot-"

Astagaaaaa dasar kawan luk- "Hhhh, gak boleh mengumpat, Put. Gak boleh." Putri usap-usap dadanya sendiri. Menarik dan mengembus napas. "Awas aja kalo kalian gangguin tu-ekhm Regan!" Tapi ngomong-ngomong, kedai ini sangat-saaaaaangat nyaman. Full musik. Ya bisalah musik yang diputar, Putri yang utak-atik. "Rame juga." Lalu meski dilabeli kedai kopi, menunya tidak hanya kopi, melainkan juga makanan. Lena menyediakan dari makanan berat hingga makanan ringan dan dessert. Putri akan menyebutnya, warteg feat warkop. Haha! "Totalitas. Khas seorang Lena."

Lena menunjuk spot paling nyaman. Letaknya di sudut yang bersisian dengan ruang kaca kecil penuh tumbuhan hijau segar. "Itu sudut yang hanya bisa diduduki setelah reservasi. Sebagai kawan yang solid, meski gak diminta, gue relakan rupiah gue hari ini buat mengosongkan meja itu. Sana! Dudukin!"

Putri tersenyum penuh. Nyaris memeluk, tapi terjeda. Lena sedang bau asap, "Hehe. Baik banget kawan gue. Mina udah dateng?"

"Belom. Palingan nanti agak malem."

Putri manggut-manggut. Segera menuju mejanya dan duduk nyaman. Oh! Meski kini dia mengenakan gaun, kets kuningnya tentu tidak akan dia khianati. Tengok! Kakinya masih sporty dan kece, dengan sepatu kets kuning. Kata Lena dan Mina sih lusuh dan usang, tetapi menurut Putri justru aaaamat saaaangat keren dan klasik. "Bawain gue air putih dulu deh. Yang dingin."

Selagi menunggu Regan datang, Putri gulir-gulir layar hapenya, melihat-lihat sopi. "Koin gue dikit amat!" Maka dibukanya games pada aplikasi belanja tersebut, lalu dia mainkan, demi poin yang nanti bisa ditukar saat checkout. Hehe. "Bentar! Perasaan gue kebanyakan nyengir akhir-akhir ini. Gara-gara tuan muda nih pasti-"

"Apa salahku?"

"Eh?" Putri mendongak. Regan menarik kursi di depannya. "Kapan Tuan datang??"

Satu alis Regan terangkat. "Subuh."

Putri seketika merengut masam. Laki-laki ini! Selalu saja merespon dengan nada satir begitu. Tapi ya Putri juga heran kenapa dirinya selalu bertanya sesuatu yang sudah jelas jawabannya. Refleks saja! Dan hanya kepada Regan saja! Rasanya memang menyenangkan melihat reaksi Regan yang kadang kala mendelik kesal, atau geleng-geleng heran.

Putri menyungging kecil menyadari apa yang dikenakan Regan hari ini. Agaknya konsep kencan yang Putri setting sejak semalam sungguhan Regan turuti. Putri dengan dress dan kets kuning, serta sling bag biru. Sementara Regan dengan kaus kuning, jaket kasual berwarna navy dan sedikit sentuhan silver, juga sneakers biru. Putri ingat Regan pernah bilang, sneakers biru itu juga kesayangannya.

[✓] TerikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang