Bab 06. Gebetan

53 23 73
                                    

Henan saat ini tengah mengikuti kelas musiknya. Duduk mendengarkan dosen yang tengah membahas perihal sejarah soal musik. Sungguh, soal cerita masa lalu, Henan sangat lemah dalam perihal itu. Katanya, kepalanya terlalu menolak untuk menyimpan nama-nama hingga tanggal penting dalam masa lampau. Siapa yang berpengaruh, apa dampaknya, kapan ditemukannya, semuanya. Untuk ujian sejarah pun dia tak jarang mendapat nilai rendah, bahkan sempat mengulang. Nasib dirinya terlalu malas membahas masa lalu.

Tapi yang namanya musik, Henan tak bisa lepas dari itu. Selain budak cinta terhadap karakter kartun Jepang, perihal musik juga termasuk salah satu elemen yang mengalir dalam darah dagingnya. Bukan tanpa alasan. Ayah Henan adalah seorang pelatih vokal dan Ibunya sangat pandai bernyanyi dan bermain piano. Tak jarang Ibunya hadir dalam gereja sebagai salah satu peserta paduan suara. Henan sejak kecil selain dijajani dengan kartun Shin-chan, dirinya juga selalu bermain musik dengan kedua orang tuanya. Jadilah sekarang, Henan benar-benar terbawa masuk ke dalam hal musik.

"Tugas dikumpul di pertemuan berikutnya. Buat esai tentang orang-orang yang berpengaruh bagi kalian mengenai musik," sahut dosen di depan.

Duduk Henan menegak hanya ketika dirinya mendengar orang yang berpengaruh akan dirinya selain musik. Mungkin dikesempatan ini dia bisa mengenalkan orang tuanya kepada semua orang bagaimana pengaruhnya mereka tentang musik bagi Henan.

Kelas berakhir dan tanda istirahat akhirnya tiba. Dari pada keluar, Henan memilih mendekam dirinya di dalam kelas. Hari ini terlalu tidak membuatnya ingin bergerak banyak. Entahlah, dirinya sendiri bahkan tidak tahu apa alasannya. Kakinya sekarang ini terasa malas untuk dia gerakkan. Berakhir diri sendiri dalam ruangan kelas tak bersuara. Menyumpal kedua lubang telinga dengan airpod. Menyalurkan alunan musik melalui benda itu masuk ke dalam telinganya secara halus.

Mulut Henan terbuka. Bergerak bebas sembari menciptakan nada merdu di telinga. Ruangan yang hanya diisi dirinya menjadi menggema, membuat alunan suaranya menyeruak hingga keluar. Henan bernyanyi mengikuti lagu yang didengarnya. Tidak peduli akan reaksi orang-orang yang akan mendengar suaranya. Saat ini, Henan hanya ingin mengeluarkan suaranya barang sebentar.

If you don't mind baby
Crazy I may be in Lo- Love
If you don't mind baby
Think that I may be in Lo- Love

'Cause baby one and done
Simply not enough
I need you more and more
Baby one and done
Simply not enough
I need you more and more

Dengan pandangannya yang mengarah pada kaca luar jendela. Kelas yang berada di lantai dua, pandangan di luar hanya memberinya sebuah objek sambungan bangunan kampus dan tingginya dahan pohon yang menjulang. Dari jauh tak terlupakan kumpulan awan putih yang bergerak mulus di langit cerah berwarna biru. Hari ini terlihat begitu menenangkan dengan cahaya cerahnya yang menerangi bumi.

"Suara siapa itu?"

Gina yang tidak sengaja berjalan dalam koridor lantai dua gedung Fakultas Seni dan Musik, sedikit celingak-ceinguk kala melewati setiap kelas dalam koridor hanya untuk menemukan asal suara yang menggema dalam seluruh penjuru lorong. Dengan langkah pelannya dan buku tebal dalam pelukan, Gina terus berjalan menyusuri lorong dengan pandangan penasaran. Suara yang didengarnya terlalu enak dan saking sukanya, Gina merasa ingin mendengarkannya secara terus-menerus.

Tepat ketika pandangannya mendapati Henan yang duduk menyendiri di dalam kelas. Menatap ke arah luar dengan mulutnya yang terbuka bebas menyanyikan alunan lagu. Begitu merdu dan menenangkan dalam telinganya. Rasa terkejutnya tak lupa menguap dalam raga. Dirinya baru tahu kalau sosok menyebalkan seorang Henan adalah anak lelaki yang mempunyai suara semenenangkan itu. Dia bisa bayangkan bagaimana reaksi orang-orang yang dia yakin pasti sama seperti dirinya begitu mendengar suara Henan.

[✓] Campus Love Story [Lee Haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang