Bab 12. Hari Libur

31 18 70
                                    

Hari Sabtu hari di mana Gina mengurungkan diri di kosnya. Tidak berniat untuk melakukan kegiatan apa pun. Baginya, hari ini adalah hari beristirahat dengan kegiatan rebahan tanpa kenal waktu. Ditemani dengan berbagai jenis makanan ringan tentu saja. Begini-begini, Gina doyan ngemil juga.

Meskipun hari libur, Gina tetap tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang mahasiswi. Tugas demi tugas yang dia kerjakan sampai pukul dua belas siang akhirnya selesai. Baginya, mengerjakan tugas di waktu luang itu lebih baik dipergunakan. Dari pada nanti seluruh isi kepalanya penuh dengan tugas yang belum selesai dan membuat gundah. Gina paling tidak suka soal itu.

"Akhirnya selesai!"

Meregangkan tubuhnya setelah kisaran empat jam duduk di kursi belajar dan berhadapan dengan layar laptop akhirnya berakhir.

Modelan Gina yang sudah hampir mirip layaknya seorang gelandangan di siang hari. Rambut tidak beraturan yang dicepok asal, piyama kotak-kotak berwarna biru, dan satu lagi, dia belum mandi sedari bangun tidur. Kasurnya saja masih dalam mode berantakan tak tersusun.

Gina mendesah begitu melihat penampilan tempat tidurnya. Hanya mengedikkan bahu dan melemparkan tubuhnya segera. Masa bodoh dengan merapikan kasur, toh, ini hari libur. Hari bermalas-malasan bagi Gina.

"Ngapain, ya? Bosan juga kalau kayak begini terus," gumamnya.

Dirinya hanya menatap langit-langit kamar. Memang hari bermalas-malasan, tapi di jam panjang yang seperti ini juga rasanya bosan kalau tidak ada kegiatan.

Gina menoleh ke samping, rak buku yang berisikan berbagai macam buku novel tersusun rapi berbaris nampak berdesakan.

"Sudah gue baca semua. Novel baru itu juga belum datang, huft," monolognya.

Sekarang dirinya benar-benar bosan. Sela? Dia keluar dengan teman lainnya. Jangan berprasangka kalau Sela hanya berteman dengannya. Dia berbeda dengan gadis itu. Kalau Sela punya banyak kenalan, Gina hanya memiliki yang terhitung dengan jari. Dia juga tidak bermasalah kalau Sela lebih menghabiskan waktu dengan teman-temannya, itu adalah haknya. Selama gadis itu masih tetap mengingatnya hal itu bukan masalah.

"Pulang gak, ya?"

Gina bangun dan bersandar pada kepala kasurnya. Meraih ponsel yang masih terhubung dengan charger. Membuka kontak dan menelfon sang Bunda.

"Halo? Bunda?"

"Oh? Gina. Ada apa? Gak biasanya kamu menelpon. Butuh uang?"

Gina tersenyum miris. "Seperti itu, kah, Gina di mata Bunda?"

"Eh? Bukan, ya? Lalu apa? Kamu memang biasanya telpon Bunda hanya untuk minta uang jajan. Alasannya beli novel terus."

Kali ini, Gina baru terkekeh sembari menggaruk pipinya. "Hehe ... Kalau itu mah, memang. Sekarang beda."

Terdengeran dengkusan halus dari seberang, "Ada apa?"

"Gina berniat pulang nih, Bun. Bermalam sampai besok. Di kos gak ada kerjaan, bosan." Matanya sibuk menelaah langit kamar.

"Iya, terserah kamu. Kamu juga jarang pulang, kan? Bisanya pas libur semester saja."

"Yaudah, deh. Nanti kalau Gina mau benaran pulang, Gina kasih pesan, ya," dan setelah jawaban singkat Bunda dirinya lantas memutuskan panggilan.

Gina mengambil posisi bersila tegak. Memandang pantulan dirinya pada cermin di pojok kamar. Sejenak menggelengkan kepalanya.

"Lihat modelan lo. Astaga, benar-benar mirip gembel," sindirnya.

Ping!

Kepalanya menoleh menatap ponseln. Notifikasi pesan yang muncul pada layar mengundang dirinya untuk berdecak namun tetap membukanya.

[✓] Campus Love Story [Lee Haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang