Bab 34. Tamu Penting

38 16 41
                                    

ATM Novel🎀:
| Jam 4 sore kita ke bandara, ya.
| Abang sudah balik.
Hari ini, 08.17 AM.

Koko China💞:
| Bunda pasti sudah kasih tahu.
| Awas saja kalau gue sampai gak lihat batang hidung lo di bandara nanti.
Hari ini, 08.19 AM.

Gina berdecih kala membaca pesan dari abangnya. Sifat saudara yang terbilang aneh. Tak ingin diberi sayang tapi posesif tak ketulungan. Mengganggu konsentrasi mana seharusnya Gina terbawa menjadi peran utama dalam novel di depannya. Benda pipih itu lantas ditaruh dengan sedikit hentakan di atas sampul buku cokelat.

Hari Sabtu Gina memang tidak mendapat jadwal apa pun. Termasuk Sela yang dia yakin pasti tengah menikmati panggilan video bersama Delio. Sempat mencuri dengar waktu ingin ke dapur tadi. Pasangan langgeng itu akan melakukan kencan dari sore hingga malam nanti.

Kembali menaruh perhatian pada bacaan. Tepat pada paragraf kedua perhatian Gina kembali teralihkan pada ponselnya yang bergetar. Mendesah gusar sebelum benda itu di balikkan dan mendapat panggilan dengan nama kekasihnya di sana. Sekadar menekan tanda hijau tanpa niatan didekatkan pada telinga.

"Hm."

"Di indekos, kan?"

"Kenapa?" jawabnya seraya membalik lembaran bukunya.

"Gue di depan."

Sontak gerakan pupil yang membaca itu terhenti bersama dengan kepala yang berpaling. Kedua alisnya menyerit.

"Ngapain?"

"Turun buruan."

Bahkan sebelum Gina memberi jawaban panggilan itu sudah mati lebih dulu.

Gadis itu mendengkus. Acara maraton membaca novelnya tidak berjalan lancar hari ini. Ada saja yang mengganggu tidak kenal waktu.

Dengan langkah kaki yang sedikit terhentak Gina keluar dari kamar. Menuruni tangga menuju halaman depan demi menemui Henan yang tanpa diundang tiba-tiba datang. Lelaki itu nampak begitu santai duduk di atas motor. Beruntung cuaca tidak panas di pagi ini.

"Ngapain?"

Gina yang sudah menunjukkan diri tengah berusaha membuka kunci gerbang. Digeser kuat hingga berdiri dekat berhadapan.

Henan menatap diam. Menelaah gadis di depannya dari ujung kaki hingga kepala. Sontak kedua alisnya bergerak ke atas.

"Belum mandi?"

"Hari libur. Apa itu mandi pagi?"

"Ih! Jorok. Cewek tapi kok, malas mandi," ledek Henan.

Gina merotasikan matanya malas. "Kalau gak ada yang penting pulang sana," usirnya.

"Memang gue mau pulang," jawab Henan cepat. "Gue mau ke rumah," ucapnya lagi.

Mata yang menerjap beberapa kali sembari mencerna kalimat Henan. Baru kala Gina sadar akan tampilan lelaki itu kepalanya mengangguk singkat.

"Ya sudah, hati-hati," katanya kemudian.

Henan melepas kekehan singkatnya. Menggigit bibir bawah sembari mencubit sebelah pipi Gina tanpa izinnya. Gadis itu meringis dan melepas tangan Henan dengan sedikit kuat. Mengusap pipi yang merona dari bekas cubitan.

"Mandi sana baru kita berangkat."

"Apaan bawa kita? Kan, lo yang mau pulang," tolak Gina.

"Bawa lo sekalian. Sana buru," titah lelaki itu sekali lagi.

"Gak bisa. Gue mau ke bandara sore nanti jemput Abang."

"Gak lama. Nanti dari rumah langsung ke bandara," sanggah Henan. "Buruan, deh. Jangan panas di jalan."

[✓] Campus Love Story [Lee Haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang