Bab 21. Antara Cewek dan Cowok

31 18 51
                                    

"Mavi!"

Pemilik nama yang dipanggil sontak menoleh dengan cepat. Seorang perempuan nampak berlari dengan senyum merekah yang menghias wajahnya. Tepat ketika mereka berhadapan, Mavi ikut tersenyum membalasnya.

"Hai, Bey," sapanya.

Gadis itu menambahlebarkan senyumnya hingga deretan gigi putih itu terlihat. "Kelas lo sudah kosong?"

"Iya, kenapa?"

Tangan lelaki itu dengan mulusnya bergerak merapikan anak-anak rambut Abey yang sedikit berantakan sebab larinya tadi. Sedangkan gadis itu nampak tidak masalah dengan itu. Semua sikap manis Mavi padanya sudah sangat sering didapatkan dan menjadi kebiasaan.

Bibir Abey cemberut beberapa senti. "Gue lapar. Hari ini Mr. Ferryd menjelaskan panjang lebar banget kayak rel kereta api. Padahal kelas dia seharusnya gak terlewat dari dua jam," gerutunya.

Mavi membalasnya dengan kekehan singkat. "Mungkin saja semua yang dia ucapkan penting buat nilai mata kuliah lo. Makanya hari ini dia cerewet."

"Saaangat cerewet!" sanggah Abey membuat lelaki itu kembali tertawa kecil.

Interaksi keduanya yang begitu terang-terangan di antara banyaknya mahasiswa berlalu-lalang. Sudah bukan hal aneh lagi mendapat pemandangan seperti itu. Tidak jarang mereka memilih berhenti untuk sekadar menjadi penonton dari drama manis dua anak dewasa itu. Ada yang menaruh iri menatap bagaimana sempurnya kedekatan keduanya. Begitu banyak dukungan yang Mavi dan Abey dapatkan dalam hubungan mereka. Terlebih lagi, keduanya memang anak mahasiswa yang cukup terkenal seantero kampus.

Belum ada yang tahu pasal kabar Mavi yang menunda untuk membuat hubungan dirinya dan Abey melebihi sahabat masa kecil. Para penduduk kampus sekedar tahu kalau hubungan mereka hanya berjalin sweet in partnership, not relantionship. Sosial media yang menjadi ajang pamer bagaimana lengketnya mereka berdua, manusia-manusia yang menatap hanya memasang penuh terkaan akan hubungan mereka tanpa tahu keasliannya.

Mavi dan Abey, dua anak muda yang sudah menjalin pertemanan dari taman kanak-kanak. Selain karena dulunya Mavi adalah anak yang pendiam, berkat kedekatan kedua orang tua membuat mereka menjadi sepasang anak yang sulit untuk dipisahkan. Beranjak dewasa sudah mulai paham akan yang namanya perasaan. Namun, di saat itu Abey lebih memilih untuk tidak menjalin status lebih bersama Mavi karena hubungan persahabatan mereka. Gadis itu tidak ingin mengalami kata putus yang membuat keduanya kemungkinan merenggang. Dan siblings zone berhasil bertahan hanya sampai pada masa mereka duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.

Persahabatan antara perempuan dan lelaki tidak akan bisa terhindar dari masalah jatuh cinta, baik Abey dan Mavi sekalipun. Meski kisah asmara mereka kandas demi mempertahankan hubungan sahabat dan saudara, berakhir menyerah dengan umur yang kini sudah menginjak masa kuliah. Namun, satu masalah kini yang harus diselesaikan dan mereka kembali terjerat hubungan tak lebih dari teman.

"Jadi bagaimana, Vi? Sudah ketemu belum?"

Keduanya kini duduk di taman kampus. Sempat membeli beberapa makanan ringan untuk menuruti permintaan lapar Abey.

Mavi mendesah penuh pasrah. "Belum, Bey. Gue gak ada clue sama sekali buat cari tahu siapa cewek itu," jawabnya.

Ikut mencomot sepotong kentang goreng milik Abey tanpa permisi. Bukan masalah, lagi pula dia yang membelinya.

"Sebegitu banget lo pengin tahu?" tanya Abey seraya menyesap cappucino-nya dengan pelan.

"Ya, begitu." Mavi sendiri pun tidak tahu apa alasan dirinya ingin mencari tahu gadis itu dengan sangat. Ada sebuah harapan di dalam diri yang entah apa maksudnya.

[✓] Campus Love Story [Lee Haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang