Bab 31. Drama Selesai

31 16 33
                                    

Kelas Henan baru saja selesai. Lelaki itu keluar bersama dengan teman kelasnya saling merangkul membawa perbincangan yang hangat. Banyak sekelebat tawa yang menggiring mereka. Seperti pancaran sinar matahari di sore hari ini. Tawa Henan nampak begitu lepas dengan penuh semangat.

Di ujung jalan keluar koridor fakultas, Gina berdiri seraya menunduk menatap ujung sepatunya yang tengah bermain bersama kerikil. Di tangan ada sebuah totebag dengan ukuran sedang. Mahasiwa Fakultas Musik yang menatapnya tak banyak memberi sapaan. Dibalas ramah dari sang empu.

"Eh, Hen. Tuh, di ujung ada yang tunggu kayaknya," tegur teman Henan seraya memberi senggolan siku.

"Itu si Gina, bukan?"

"Siapa lagi memangnya? Kan, cuman doi yang dekat sama Henan. Iya gak, bro?"

"Apa sih, lo semua."

Mendapat tawaan dari teman-temannya.

Setelah berpisah pada mereka, dari jarak kurang lebih lima meter Henan menatap gadis itu di tempatnya. Merasa lega kala bayangan buruk pasal Gina nyatanya baik-baik saja. Semuanya terselesaikan dengan begitu tenang. Tidak ada penggemar Abey yang bersikap gila dengan ujaran pembelaan. Keduanya menjalin perdamaian dan tak jarang selalu pergi bersama.

Tapi sekelebat pasal hubungan Gina dan Mavi masih mengganggunya. Terlebih kala mendapat postingan Mavi semalam. Sebuah jam tangan baru dengan deskripsi postingannya yang menandai Gina. Memberi kejelasan akan hadiah ulang tahun paling spesial yang dia dapat. Ditambah lagi dengan instastory yang penuh akan foto keduanya. Semalam, kepala Henan mendidih dengan begitu berasap.

Henan ingin melangkah pergi dan melewati gadis itu seakan-akan tak mengetahui keberadaannya. Tapi membayangkan akan Gina yang sudah menunggu membuatnya merasa tak enak. Jadilah kini berdiri di depan dengan pandangan datar bercampur tanya.

"Ngapain?"

Gina mendongak. Seketika senyum manis terbit dalam hitungan detik. Henan terperangah namun dengan sikap diam-diamnya mencoba untuk menahan jeritan. Cukup batin saja yang jingkrang-jingkrak.

Posisi sandaran lantas Gina tegakkan. "Kelas lo sudah selesai?"

"Menurut lo?"

Henan memaki dirinya saat ini. Bukan kesengajaan dirinya ingin menjawab seperti itu. Panutaan maaf tak berhenti menyahut dalam hati.

Gina mengigit bibir bawahnya seraya menatap Henan takut-takut. Dia masih bisa melihat jelas bagaimana raut kesal lelaki itu. Dengan menampung waktu memantapkan diri Gina mencoba membalasnya.

"Henan, gue minta maaf," ujarnya.

Wajah memelas dengan gerakan yang gusar. Bahkan meski sudah merasa mampu bersitatap, nyatanya Gina masih dilanda menciut untuk melihat Henan.

Rematan pada tali totebag itu semakin kuat. "Maaf karena keegoisan gue selama ini. Gue tahu lo marah besar dan kecewa. Lo pulang ke rumah dan gak balas pesan gue beberapa hari karena itu. Gue mau temui lo tapi sama sekali gak dapat kesempatan karena-"

"Jalan sama Mavi?" potong Henan.

Kepala Gina menggeleng kuat. "Gak! Bukan karena itu."

"Terus kemarin?"

Menelan ludahnya sejenak dan kembali menjawab. "Kemarin itu pintaan Kak Mavi sebagai perpisahan. Gue mana bisa tolak karena pasti bakal bikin dia sedih. Gue mau semuanya jadi lebih baik tanpa menimbulkan musuh, Hen. Gue gak taruh maksud lain di sana. Gue gak mau lo salah paham," jelasnya.

"Memangnya kenapa kalau gue salah paham?"

Dalam hati, Henan tidak bisa untuk menahan rasa gembira itu menguap. Ingin sekali segera memeluk gadis di depannya yang tengah memohon. Terlalu menggemaskan sampai Henan mati geregetan sendiri. Tapi dia ingin mengacaukan kelucuan ini. Masih ingin melihat lebih dengan mengabdikan pada retina gelapnya.

[✓] Campus Love Story [Lee Haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang