Bab 29. Dirampok Habis

29 17 45
                                    

Kalau tidak masuk kuliah memang paling enak rebahan sambil nonton. Kayak kegiatan Henan sekarang. Dari pagi sampai menjelang malam, dirinya jarang keluar dari kamar hanya demi maraton Shin-chan. Orang rumah juga nampak tidak terlalu peduli karena sudah mengenal habitat kesehariannya. Malah justru menyediakan hal yang lelaki itu butuhkan. Bak anak raja.

Henan benar-benar pulang ke rumah. Tempat kedua orang tuanya tinggal. Henan anak bungsu yang memiliki kakak laki-laki. Kakaknya itu sudah menikah bahkan istrinya dalam status mengandung lagi. Tak jarang dirinya akan berkunjung demi menjenguk kakak ipar. Atau alasan yang lebih sering dia gunakan untuk meminta jajan. Henan masih menaruh banyak harapan untuk isi ATM-nya pada sang Kakak.

"Henan, Mama mau keluar sama Papa. Kamu gak apa di rumah sendirian?"

Mama yang menunjukkan diri di balik pintu setengah terbuka menatap anak bungsunya yang berbaring santai di atas kasur.

"Mau ke mana?" Henan sedikit menegak.

"Acara kantor Papa. Kalau kamu mau ikut ya, siap-siap. Biar Mama kasih tahu Papa kamu di bawah."

"Gak, deh. Enakan di rumah, nonton," tolaknya dan kembali ke posisi awal. "Tapi pulang bawakan sate, ya? Henan lapar."

"Kamu ini. Giliran makan saja nomor satu. Iya, Mama bawakan," ucap wanita itu. "Ya sudah. Kunci pintu depan, Mama bawa cadangan. Jangan aneh-aneh kamu sendirian."

Henan melayangkan acungan jempolnya sebagai jawaban tanpa menoleh. Pintu yang tertutup menandakan kalau sang Mama sudah berlalu. Tunggu beberapa menit ribut kendaraan pun terdengar. Dan Henan sudah sangat yakin kini tersisa dirinya seorang di rumah.

Laptop di atas perut lantas disingkirkan. Menyibak selimut yang menutupi setengah badan. Sekarang jam empat lewat menuju lima sore. Henan belum mandi dan niatnya sekarang ingin membasuh diri. Dua hari tak masuk kampus benar-benar membuatnya merasakan healing. Meski sempat mendapat wawancara dadakan pasal kepulangannya yang tiba-tiba.

Henan tak pernah menyentuh ponselnya selama dua hari penuh ini. Hanya berputar pada laptop dan komputer game-nya saja. Benda tipis persegi panjang itu bahkan sudah tidak dipedulikan pasal notif yang bertumpuk banyak. Entah pesan maupun panggilan, Henan tidak pernah membukanya.

Tapi untuk hari ini, lelaki itu memutuskan untuk mengecek pasal berita yang terjadi selama dua hari dirinya tak masuk kampus. Sejenak kala jarinya menekan tombol on, notifikasi yang paling teratas adalah pesan dari Gina. Dirinya mematung sekedar memandang. Sekarang, dirinya baru sadar dilanda rindu.

Tanpa hambatan lantas membuka notifikasi dari gadis itu. Paling pertama dibandingkan dengan pesan Jeon maupun Nanda yang terlalu banyak spam dan penuh hal yang tak penting. Bahkan di saat dirinya tengah mencoba untuk tidak melanjutkan perasaannya, tak bisa dipungkiri kalau Henan sejatinya tak mampu. Semakin dia mencoba untuk berhenti, dirinya malah semakin menginginkan gadis itu.

Ma little sweetness♡:
| Henan, lo gak masuk kuliah?
| Kemarin gue cari katanya izin.
| Lo sakit?
29 Juli, 04.45 PM.

"Banget. Gue sakit banget, Gin," jawabnya.

| Henan, gue pengin mie ayam.
| Tapi gue gak ada teman jalan.
| Kak Mavi sibuk temani Abey.
29 Juli, 08.12 PM.

| Henan, gue salah ya?
| Apa lo semarah itu sama gue?
29 Juli, 11.02 PM.

| Henan, gue gak bisa tidur.
| Lo belum nyanyi buat gue.
| Tapi lo pasti sudah tidur so, night.
Kemarin, 02.33 AM.

| Hari ini lo masuk kampus, kan?
| Gue lagi baik nih, mau traktir.
| Ketemu di kantin nanti.
Kemarin, 08.21 AM.

| Lo gak masuk lagi hari ini, Hen.
| Mau sampai kapan ngambeknya?
Kemarin, 04.00 PM

[✓] Campus Love Story [Lee Haechan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang