HOPE
"Aku meminta untuk terus bersama Levi, dalam waktu yang lama. Bahkan jika bisa aku ingin hidup dalam lingkar infiniti bersama kamu,"
• Nuii Matsuno Present •
♛┈⛧┈┈•༶ C A T T L E Y A༶•┈┈⛧┈♛
"Dingin."
Levi mengeratkan mantelnya. Ia berdecih saat menatap ekspresi sumringah Hange yang tepat berdiri di sebelahnya. Seolah dingin Musim Gugur di kala senja bergulir bukan apa-apa baginya."Imun tubuhmu aneh, tidak begitu dingin, kok!" ucap Hange.
Keduanya berjalan beriringan memasuki kawasan taman yang di penuhi Pohon Momiji. Daun mereka sudah berubah warna menjadi kecokelatan, ada beberapa yang berwarna jingga dan sedikit dari mereka yang berwarna merah gelap.
Kencan pertengahan Musim Gugur kata Hange. Ia menarik Levi yang sibuk bergumul dengan setumpuk laporan di mejanya, merengek pada pemuda yang sudah menghiasi hari-harinya sejak delapan tahun lalu. Dan Levi entah mengapa selalu lemah dengan rengekan Hange.
Bukan karena gadis itu menggemaskan, tapi terlalu ribut. Hange dan suara melengkingnya bisa merusak gendang telinga jika dibiarkan berlama-lama merengek.
"Jangan berjalan dengan wajah tertekuk begitu, Levi!"
"Lalu, aku harus senyum terus? Begini?" Levi menampilkan raut aneh dengan senyum paksa.
Tawa Hange menguar bersama desiran angin yang berhembus. Lupakan adegan romantis, Levi memeluk dirinya yang menggigil. Ia tidak pernah suka Musim Gugur yang berangin dan Musim Dingin yang beku. Apalagi jika ia terpaksa keluar dari selimutnya di rumah.
"Coba senyum yang tulus, Levi. Senyum kamu itu mahal sekali," ucap Hange dengan nada jahil, jemarinya menoel dagu sang Kekasih.
Membuat Levi berdecak kesal, mendorong Hange menjauh sebelum ia melangkah pergi. Tangan di masukkan ke dalam saku mantel dengan kesal, meninggalkan Hange jauh yang masih sibuk meneriakinya.
"Tunggu, dong! Kaki mu pendek tapi jalannya cepat sekali!"
"Aku tidak pendek, Mata Empat. Kebetulan saja aku berkencan dengan mu yang tinggi,"
"Pffft, alasan macam apa itu?"
Keduanya memutuskan duduk di salah satu kursi taman, mendekatkan pundak masing-masing. Dengan Levi yang bungkam mendengar celoteh Hange perihal mitos daun Momiji.
"Jika jatuh terbawa angin dan kamu menangkapnya sebelum menyentuh tanah, katanya itu bisa mengabulkan permintaan mu!"
"Dan kamu percaya mitos gila itu?"
"Setidaknya aku mau mencoba, aku juga mau kamu mencobanya, Levi!"
"Tidak, terima kasih, Sayang."
Levi berdecih malas, ia mengalihkan pandang ke arah lain. Membiarkan Hange sibuk dengan dunianya sendiri, berlari ke sana kemari, menatap Pohon Momiji bahkan berteriak meminta angin berhembus menerbangkan daunnya.
Beruntung hanya mereka berdua di sekitar sini, Levi tidak harus berpura-pura tidak kenal pada Pacar sendiri. Dan ajaibnya, angin berhembus kala itu. Cukup kencang, menerbangkan banyak helai daun Momiji namun tak satu pun mampu Hange tangkap sebelum menyentuh tanah.
Alih-alih berwajah masam, netra sienna itu malah memancarkan binar senang. Berlari gembira, menatap pucuk kepala Levi dengan binar antusiasme berlebihan, seperti Hange yang biasanya.
"Levi! Ada sehelai daun di kepala mu, setidaknya itu belum menyentuh tanah jadi sama saja. Boleh ku ambil?" tanya Hange
"Apa, sih?"
Levi meraih daun di pucuk kepalanya, menyerahkannya langsung pada Hange yang bersorak gembira. Gadis itu kemudian memejamkan mata, menutupi wajahnya dengan helai daun tadi sebelum membuangnya melambung ke angkasa. Jatuh perlahan, seolah menari, sebelum bergabung bersama jutaan helai daun di bawah kaki mereka.
"Kamu minta apa?" tanya Levi, ia merapihkan poni rambut Hange yang berantakan.
"Kamu penasaran? Itu permintaan yang begitu ku damba akan terwujud,"
"Hm? Kamping di atas gunung di bawah konstelasi gugusan bintang yang indah? Atau kamu mau melihat Aurora? Selalu begitu, kan, hal yang kamu damba."
Levi menggesek telapak kaki berbalut sneaker-nya, menghancurkan dedaunan kering di bawah sana. Sebelum pandangnya ia bawa kembali untuk menatap Hange. Gadis itu menggeleng atas pernyataan Levi barusan.
"Aku tahu kamu akan menolak jika ku minta ikut ke Kutub Utara. Musim Dingin di Denver saja sudah kamu benci,"
"Lalu? Berbaring di bawah konstelasi bintang?"
"Tidak juga."
"Aku penasaran seperti apa hal yang kamu damba itu, Mata Empat."
Hange tergelak, ia menjatuhkan kepala ke pundak Levi. Merangkul lengan dan tersenyum saat Pemudanya memberi kecupan ringan di kening. Singkat, tapi sangat manis sehingga mengundang rona merah muda indah di kedua pipi Si Gadis bermata Sienna.
"Aku meminta untuk terus bersama Levi, dalam waktu yang lama. Bahkan jika bisa aku ingin hidup dalam lingkar infiniti bersama kamu," ucap Hange
"Apa, sih? Kamu tidak perlu meminta hal seperti itu pada daun."
Hange terkekeh saat Levi merunduk dan mengusap ujung hidung pemuda itu ke pipinya. Merasakan bagaimana wajah Levi yang dingin dan bibir tipisnya yang menari, mencipta geli di sekitar pipi.
"Soalnya aku takut kamu bosan. Setumpuk dokumen di atas meja bahkan lebih menarik perhatianmu akhir-akhir ini," ucap Hange di sela tawanya. Levi masih bermain, sedikit menggelitik pinggang, membuat keduanya bergerak gelisah dengan tawa tertahan dan rona merah muda di pipi.
"Oh, ya? Setidaknya kamu bisa langsung mengatakannya padaku. Daun-daun sialan itu tidak akan mengabulkan permintaan mu,"
"Dih, kenapa tidak?"
"Karena, bahkan sebelum kamu minta aku akan melakukannya." ucap Levi, lengannya menarik Hange mendekat untuk di dekap. Satu kecupan kembali mendarat, "Bahkan jika tidak kamu minta. Aku akan melakukannya, hidup di sisi Hange Zoe selama yang aku bisa,"
"Terdengar picisan, tapi aku suka."
"Ya, jangan menyuruhku mengatakannya lagi."
Tbc.
Makassar, 08 Juli 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
CATTLEYA [√]
Fanfiction[kumpulan cerita Oneshot Levi x Hange] "Tau tidak? Aku tidak perlu meneropong ke arah langit untuk melihat Proxima Centauri." "Kenapa?" "Karena, hanya dengan aku menatap ke dalam mata mu. Aku sudah menemukan konstelasi yang jauh lebih indah dari mer...