FLU
.
.
.Nuii Matsuno Present :
⋇⋆ C A T T L E Y A ⋆⋇
.
.
.‧͙⁺˚*・༓☾ Happy Reading ☽༓・*˚⁺‧͙
"Sejak awal sudah ku peringatkan, bukan? Jaga kesehatan mu di Musim Dingin. Memang belum ada salju, tapi, hujan akhir-akhir ini membuat kebanyakan orang terserang flu. Kamu salah satunya karena, tidak mau mendengarkan ucapan Suami mu."
Sepiring omlet tersaji di hadapan Hange, hidung bangirnya memerah dan basah. Sesekali, orang yang sedang mengomel itu mengambil tissue dan mengusap hidungnya. Padahal, ia sudah dewasa, tapi, tetap saja diperlakukan seperti anak kecil.
"Aku harus bekerja, 'kan. Jika saja kamu bisa menjemput ku, aku tidak mungkin kehujanan setelah turun dari bus." ucap Hange
Levi menggerling malas, ia berjalan dengan gulungan benang wol di tangan juga dua buah jeruk untuk pencuci mulut Hange selepas makan. Duduk di sisi kiri wanitanya dengan wajah malas.
"Siapa yang ponselnya tidak bisa di hubungi, hm? Aku sudah hampir mendatangi kantor mu itu saat kamu muncul dengan basah kuyup di teras rumah."
Oke, Hange kalah sekali lagi. Dirinya memang ceroboh, tapi, haruskah Levi selalu marah seperti ini? Ya, jika di pikir-pikir, pria ini bahkan akan marah hanya karena jarinya teriris pisau. Maka dari itu, di dalam rumah tangga mereka Levi Ackerman-lah yang memegang kuasa penuh di dapur setelah Hange pernah nyaris kehabisan darah sebab memotong jarinya.
Tenang, bukan luka yang parah. Levi hanya terlalu paranoid sehingga tidak mengizinkan sang Istri menginjak dapur selain untuk membantunya mencuci piring.
"Berhenti cemberut dan makan." ucap Levi
Hange menurut. Dan seperti biasa, masakan Levi selalu enak. Ia bergumam senang di hampir setiap suapan, yang membuat Levi tanpa sadar melukis senyum kecil di wajahnya.
"Enak!"
"Itu hanya omlet, Mata Empat."
"Ya, tapi, enak!"
"Hm. Makan yang banyak agar kamu bisa cepat sehat."
Senyum Levi di akhir kalimat membuat Hange tidak menahan diri untuk ikut tersenyum lebar. Ia kembali fokus pada makanan di hadapannya, sesekali bertanya perihal mengapa Levi selalu bersih keras membuat syal untuk mereka di Musim Dingin.
"Hanya suka." dan jawaban yang sama selalu pria itu berikan.
Nyaris setiap tahun Hange mendapat hadiah akhir tahun yang sama selain sebuah kecupan hangat atau pelukan penuh cinta. Dan sejujurnya, Hange tidak merasa keberatan. Tumpukan syal buatan tangan sejak jaman SMA yang masih di simpannya, walau ada beberapa yang sudah lapuk di makan usia adalah bukti bertapa Levi mencintai dirinya.
Terlalu fokus pada pemikirannya, Hange tersentak ketika Levi menepuk pundaknya. Ia berbalik, menatap Levi yang wajahnya selalu datar. Pria itu berkedip, kemudian menepuk sudut bibirnya dengan jari telunjuk.
"Apa?! Minta cium di saat aku sedang flu begini? Biasanya dia takut tertular." batin Hange mendeklik kaget.
Hal itu mengundang semu merah muda di wajah Hange, Levi masih melakukan hal yang sama sampai pada akhirnya Hange menepis rasa malu yang ada dan mengikis jarak. Memberi satu kecupan di atas bibir Levi yang seketika bergeming dengan wajah terkejut.
"A-apa? Kenapa menatapku begitu?" tanya Hange gugup. Di saat seperti ini, walau pernikahan mereka sudah berjalan cukup lama. Rasanya Hange masih terlalu malu.
"Han, maksud ku bukan begitu. Ada sisa nasi di bibir mu."
Oh Tuhan, bisakah Hange mencelupkan diri di kolam renang yang beku di luar sekarang juga!? Bagaimana bisa pemikirannya salah tentang hal barusan!?
"A-a- aku ... Aaaahh ... Aku tidak tahu!"
"Pfft, kamu berpikir aku menyuruhmu mencium ku?"
Hange segera menutup wajah malunya dengan kedua telapak tangan. Enggan untuk menebak ekspresi seperti apa yang Levi tunjukkan sekarang.
Namun, tangannya yang dingin merasakan sesuatu yang hangat menariknya. Itu adalah kedua tangan Levi.
Bagaimana pria itu membuka dengan lembut dan mengulas simpul hangat ke arahnya. Sebelum menarik tengkuk Hange, dan wanita berkacamata itu kini bisa merasakan dinginnya bibir mereka yang saling mengecup.
Pelan, begitu lembut. Sampai akhirnya ia terbuai dan memutuskan untuk membalas ciuman Levi.
Mata terpejam, rasanya setiap kecupan yang Levi beri membuat persendiannya terasa lemas. Hange selalu suka bagaimana cara Levi menciumnya dan akan selalu memberikan pelukan hangat setelahnya.
"Sudah merasa baikan?" tanya Levi lembut. Lengannya melingkar di sepanjang pundak Hange, membiarkan Hange bersandar sepenuhnya di dada bidang Levi. Sementara tangannya kembali bekerja merajut syal merah muda.
"Hm. Kamu tidak takut tertular? Biasanya kamu tidak mau mencium ku kalau aku sakit begitu juga sebaliknya." bisik Hange, matanya fokus menatap jemari Levi yang lihai dalam hal merajut.
"Hm? Kata siapa? Setiap kamu sakit aku selalu mencium mu seperti malam-malam biasanya, kok."
"Heh?"
"Hanya saja kamu tidak sadar. Soalnya aku mencium mu saat sudah tidur pulas."
"Kalau tertular flu bagaimana!?"
"Kamu akan merawat ku. Omong-omong, sangat jarang aku dimanja oleh mu, 'kan?"
"Dasar! Jangan sakit, ih! Pokoknya kamu tidak boleh tertular! Mulai sekarang jangan cium aku saat sakit!"
"Cerewet."
Tbc.
[ Hi, finally akhirnya bisa back lagi :") sebenarnya sudah sejak minggu lalu aku mau kembali update, karena, aku udah ada waktu senggang buat ngetik wkwk.
See u next chapter! Jangan lupa vote dan komennya, ya! Dukung Author dengan menekan bintang di bawah ^^ ]
Makassar, 26 November 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
CATTLEYA [√]
Fanfiction[kumpulan cerita Oneshot Levi x Hange] "Tau tidak? Aku tidak perlu meneropong ke arah langit untuk melihat Proxima Centauri." "Kenapa?" "Karena, hanya dengan aku menatap ke dalam mata mu. Aku sudah menemukan konstelasi yang jauh lebih indah dari mer...