Ternyata waktu satu minggu berlalu begitu cepat bagi seorang Ali, dia gelisah karena hari ini dia harus memberikan keputusan pada Ayahnya.
Matanya menatap nanar langit - langit kamarnya, mengingat hari - hari kemarin disaat dia mencoba melamar Nabila pujaan hatinya, namun tolakan yang selalu didapatnya. Yang wanita itu pikirkan adalah karir, karir dan karir.
Wanita itu berpendapat jika dia menikah dalam waktu dekat ini dia akan gila, karena promosinya akan dicabut belum lagi dia belum siap jika harus mengikuti semua peraturan dalam istana.
" Ya Allah, apakah ini takdir hamba ? Tapi saya tidak mengenal wanita itu, saya tidak cinta wanita itu "
Pintu kamar lelaki itu diketuk dari luar, beberapa detik kemudian terdengar suara yang memintanya untuk menghadap Ayahnya di kamar Pribadi sang Sultan.
Ali menghembuskan nafasnya kasar, lalu berjalan kearah pintu kamarnya dan membukanya. Dia melihat Haikal teman sekaligus Kaki tangannya yang tengah tersenyum mengejek.
" apa hal ?"
" Kamu diminta pergi ke bilik Sultan. "
" hmm "
" apakah pasal perjodohan itu ?", Tanya Haikal yang mengikuti langkah Ali untuk sampai ke kamar Ayahnya. " Saya harap tidak, saya belum bersedia Kal "
" belum bersedia kahwin ke? Atau apa hal ?"
" hmm, saya tak kenal wanita itu. Dan saya tak cinta dia Kal "
" lebih baik kamu ikut sahaja kehendak Ayah dan Bonda kamu, ini mesti yang terbaik Li "
" kemudian bagaimana dengan Nabila? Saya sangat sayangkan dia Kal. "
" Sekarang awak lihat, adakah Nabila telah menerima lamaran awak? adakah dia peduli ? apa yang dia ambil berat sekarang ialah kerjaya Li, bukan awak. ", benar yang dikatakan Haikal, Nabila lebih mementingkan karirnya di bandingkan bersama dengan dirinya dalam sebuah rumah tangga.
" tapi macam mana aku boleh habiskan masa rumahtangga aku dengan perempuan yang aku tak cinta Kal. "
" percayalah, cinta akan datang dengan sendirinya. "
Ali berhenti didepan pintu kamar Ayahnya, dia melihat kearah Haikal yang tersenyum dan menyemangatinya. Ali masuk setelah mengetuk pintu dan di persilahkan masuk, Haikal menggelengkan kepalanya dengan tersenyum bahagia, ada - ada saja perbuatan Sultannya itu dengan geleng - geleng kepala.
Selepas mengucap salam Ali duduk dikursi yang waktu itu ia gunakan saat berbincang dengan orang yang sama dan tempat yang sama. Matanya melirik kearah pintu kamar mandi yang terbuka, dan menampilkan sosok Bundanya yang tersenyum manis dengan berjalan kearah lelaki beda generasi kesayangannya.
Bundanya duduk disamping sang suami, melihat kearah suaminya yang tengah memulai percakapan dengan anak sulungnya. " Ayah dah bagi Ali seminggu, jadi bakal isteri mana yang akan Ali kenalkan kepada kita? "
Ali menundukkan kepalanya, " tak ada "
Ayah dan Bundanya saling pandang, mereka tau jika anaknya itu tengah memiliki hubungan dengan seorang wanita. Tapi kenapa Ali tidak mengajaknya? Namun untuk Bunda nya dia merasa itu lebih baik, karena entah kenapa dia tidak menyukai kekasih anaknya itu. Bahkan jika saja mereka akan menikah, dia adalah orang pertama yang tidak akan memberikan restu.
" Girlfriend Ali mana tuh ?"
" kerja "
Bundanya mengangguk - anggukkan kepalanya. " mengikut perjanjian, jika Ali tidak membawa bakal isteri Ali kepada ayah dalam masa seminggu. Ali mesti ikut pilihan Ayah. "