Duabelas

362 40 6
                                    

Sudah beberapa hari ini Prilly kembali ke Istana atas bujukan sang suami yang beberapa hari tinggal berdua bersama Prilly di dalam desa.

Bukan apa, alasan Ali memboyong Prilly kembali ke Istana adalah karena besok adalah hari jadi negara mereka, jadi tidak mungkin Ali sampai absen untuk itu.

" Sayang "

Ali celingukan karena di kamarnya tidak ada tanda - tanda kehidupan, padahal hanya ditinggal sebentar ke kamar mandi. Lelaki itu tersenyum saat melihat baju yang sudah disiapkan istrinya yang tersimpan diatas tempat tidur, lalu segera ia mengenakannya.

Dia keluar dengan pakaian santainya, karena kegiatannya hari ini hanya memantau sudah sejauh mana persiapan untuk besok.

Wanita yang tengah membantu pelayanan yang sedang menata makanan di meja makan itu terjengit kaget saat ada yang memeluk pinggangnya tiba - tiba. " ishhh .. saya terkejut "

Bukannya menjawab, lelaki itu malah mencium kepala samping istrinya yang tertutup hijab. " kemana Abang mahu pergi hari ini? "

" cari persiapan esok. "

" Aku nak ikut boleh tak ?"

" tak "

" kenapa ?"

" Tinggal di Istana, nanti sibuk sangat kat sana. "

Prilly melihat sinis suaminya, para pelayanan yang melihat itu hanya menundukkan kepala mereka. Antara takut dan salah tingkah melihat interaksi Puteri dan Pangeran mereka. " Ye lah, tak payah balik "

" Sayang, jangan macam tu "

Prilly melepas tangan Ali, lalu meninggalkan lelaki itu yang mematung lalu dengan cepat mengikuti langkah isteri menggemaskannya.

" kenapa ni ?" Tanya Bundanya ketika mereka berpapasan, Bundanya heran melihat raut wajah Prilly yang ditekuk dan juga Ali yang mengejar dari belakang.

" tak Bonda " jawab Ali cepat sebelum wanitanya itu berkata yang tidak - tidak. " kenapa ?", kurang yakin dengan jawaban anaknya, permaisuri kembali bertanya pada menantunya itu.

" Saya nak ikut Abang tengok persiapan esok, tapi Abang tak benarkan. "

" kenapa Li ?"

" Ali akan sibuk nanti, jadi bagaimana dengan Prilly? "

" ada apa hal ?", semua mata tertuju pada sang Sultan yang berjalan menghampiri anak, istri dan menantunya. Mereka sedikit menundukkan kepalanya, " tak apa "

" Ayah ?"

" Iya Prill ?"

" Aku nak ikut Abang tengok persiapan esok, boleh tak ?"

" boleh, kenapa memang ?"

" Abang tak bagi "

" kenapa ?"

" entah, mungkin Abang malu nak bawa Prilly ke tempat sesak. " jawab Prilly dengan senyum yang di paksakan.

" bukan gitu Sayang "

" tak kisah, Prilly takkan ikut Abang. "

-

Ali terus melihat Prilly yang hanya terdiam, selama sarapan berlangsung tidak banyak percakapan disana.

" Ayah Bonda, maaf Prilly sudah selesai. Prilly nak minta izin ke bilik dulu ", Sultan Yaqeen menganggukkan kepalanya mengizinkan.

Prilly terdiam di tepi ranjang dengan ponsel yang dia genggam, rasanya tidak enak seperti ini. Moodnya selalu berantakan saat tengah hamil, bawaanya bete dan kesal apalagi pada suaminya.

Life Goes OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang