Enam

182 43 2
                                    

Kata orang sabar itu ada batasnya, tapi tidak bagi Prilly. Wanita itu tidak memiliki stok sabar, karena sabar itu selamanya bukan sebatasnya.

Entah sudah berapa kali Prilly memergoki Ali yang jalan dengan kekasihnya, sudah hampir tiga bulan mereka menikah tapi tidak ada perkembangan apapun.

Wanita bernama Nabila itu semakin menjadi, dia selalu mengirim Prilly pesan dengan kata - kata yang menyakitkan, atau sebuah foto dimana dirinya tengah bersama dengan Ali.

Prilly menyimpan kesakitannya itu seorang diri, tidak memberitahu pada siapapun.

" Prilly ?"

" ya Bonda ?"

" boleh antar Bonda ke pejabat Ali  tidak? "

" boleh Bonda "

-

Semua karyawan perusahaan Ali menunduk saat melihat Ibu dan Isteri Ali yang terlihat begitu cantik jika dilihat secara nyata.

Saat tiba di depan pintu utama ruangan Ali, sang Bunda celingukan mencari sekretaris yang biasanya berjaga disana. Kenapa tidak ada siapapun?

Prilly tersenyum melihat mertuanya yang akan membuka pintu, namun kalah cepat saat ada yang membukanya dari dalam. " Sayang, aku nak makan-" ucapan itu terhenti saat melihat orang didepannya.

Mereka semua terkejut, " Bonda ".

" kita balik Prill ", Sang Bunda menarik tangan Prilly untuk pergi dari sana.

Prilly meringis karena tarikan Bundanya yang kencang ditangannya, "  Bonda, Ali nak terangkan semuanya "

Bundanya terhenti, bahkan mereka sekarang jadi pusat perhatian dari para karyawan Ali. " tak payah!"

" Bonda Please ", Ali memohon - mohon pada Ibunya itu dengan terus mengikuti langkahnya.

" Prilly masuk!", Prilly masuk kedalam mobil yang sudah terparkir di lobbi, kemudian di ikuti Bundanya.

Prilly menatap nanar pada Ali, entahlah dia tak tau bagaimana kelanjutan rumah tangganya ini sekarang. Ali pasti mengira jika Prilly yang memberitahu Bundanya.

👑👑👑

" Prilly tau semua ini ?"

Prilly diam tak menjawab pertanyaan Bundanya, " oke Bonda paham, Prilly dah tau pasal ni "

" Prilly tau tak hati Bonda sakit sangat sekarang ni, Bonda malu pada Prilly. Pada Atuk dan Nenek, terlihat seperti Bonda tak ajarkan hal baik pada dia "

Prilly menarik Bundanya kedalam pelukannya, tangisnya begitu ngilu di hati Prilly. Dia jadi rindu Mak dan Ayahnya yang telah tiada.

" Prilly baik - baik je Bonda, tak usah risau "

" sejak bila ? Sejak bila dia macam ni ?"

" Abang dan Nabila tak pernah putus ", tangis wanita paruh baya yang ada didalam pelukan Prilly itu semakin keras.

" Bonda, Prilly mohon tetap bersikap biasa saja pada Abang. Prilly tak nak Abang akan semakin benci pada Prilly kerana pasal ni "

-

Dari dalam kamar Prilly bisa mendengar percakapan suami dan mertuanya karena Bundanya berbicara dengan berteriak.

Ternyata Bundanya melanggar janjinya agar tidak membahas ini dalam istana. " kuatkan hati dan diri hamba Ya Allah "

Pintu kamar terbuka dengan kasar, dia melihat Ali yang datang dengan amarahnya. Prilly kira Ali akan memarahi atau bahkan bermain fisik padanya tapi nyata tidak, lelaki itu masuk kedalam kamar mandi dengan menutup pintunya kencang.

Life Goes OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang