Delapan

199 46 3
                                    

Kandungan Prilly semakin hari semakin terlihat, sudah menginjak 4 bulan mengandung dan itu membuat aura Prilly semakin kuat.

Ali yang tengah duduk di kursi makan, melihat kearah datangnya Prilly bersama adiknya Alif dengan canda tawa, berbeda saat berhadapan dengannya.

" Akak nak makan apa?"

" mmm amboy ..perhati betul Adik Akak ni "

" tentu lah "

" nak apa? Alif ambilkan "

" tak payah lah, biar Akak je "

Dengan berat hati Prilly melihat kearah Ali yang tengah menatap kosong kearah depannya. " awak nak makan dengan apa?"

" hmm ?"

Ali melihat Prilly yang mengambil piringnya, mengalaskan nasi diatasnya serta lauk pauknya. Prilly menyimpan piring itu, lalu dia mulai mengambil untuknya sendiri. Walaupun menjaga jarak dari Ali, tapi Prilly tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai isteri untuk meladeni suaminya.

Saat semua fokus pada makannya tiba - - tiba saja perut Ali mual, lelaki itu pergi meninggalkan meja makan dan berlari kearah toilet. Semua mata melihat kepergiannya, " Kenapa ?"

" mungkin masuk angin "

Tak melihat Ali yang kembali ke tempat makan, Prilly meminta izin untuk menemui Ali. Di toilet Prilly melihat Ali yang berusaha untuk mengeluarkan apa yang ada dalam perutnya, namun tidak keluar apapun.

Prilly memijat tengkuk Ali, membantu lelaki itu untuk mengeluarkan isi perutnya. " masuk angin ke ?"

" tak tau "

Wanita itu mengikuti suaminya masuk kedalam kamar mereka, Ali duduk di tepi ranjang dengan tak enak. " lepas baju awak "

Ali melihat kearah Prilly, wanita itu selalu berbicara cuek padanya berbeda pada yang lain, dia akan lembut. " nak apa ?"

" lepas je "

Tanpa ingin berdebat lagi, Ali akhirnya membuka bajunya. Dan tak lelaki itu ketahui, pipi Prilly sudah memerah. Selalu seperti itu jika dia melihat tubuh suaminya, " hadap belakang "

Prilly mengoleskan sesuatu di punggung suaminya itu, lalu mengurut dan memijatnya. Ali memejamkan matanya, merasakan sentuhan istrinya yang begitu lembut itu.

Ali berbaring saat Prilly selesai memijat punggungnya, " nak kemana ?"

" simpan ni "

" tak payah, diam disini kejap " pinta Ali, akhirnya Prilly hanya duduk di tepi ranjang. Ali memperhatikan Prilly yang hanya diam, " kenapa awak tak pakai baju lagi? "

" panas mencekik. "

Mereka saling terdiam, sampai akhirnya Ali memecah keheningan. " Sayang, Abang nak cakap hal penting pada awak "

" hal apa?"

" Abang nak jujur pada awak. Sekarang Abang tiada hubungan dengan Nabila. ", Prilly mendelik malas, dia tak suka jika harus membahas tentang wanita itu. " lalu ?"

" Abang mahu kita mulakan semula, tolong beri Abang satu peluang lagi. "

" peluang tuk apa? Tuk selingkuh ke?"

" untuk memperbaiki hubungan kita, Abang mahu kita baik-baik sahaja. "

" marilah kita sama-sama menjaga anak-anak kita. " lanjut Ali dengan menggenggam tangan Prilly. Lelaki itu bangkit dan memeluk tubuh istrinya dari samping, Prilly menunduk air matanya luruh entah kenapa? Dia rasanya ingin baper dengan perbuatan dan perkataan Ali. Tapi sakit hatinya lebih dominan.

Life Goes OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang