Bab 7 Keraguan Frey

3 3 0
                                    



Pangeran Adelio menarik napas panjang, hatinya lega karena telah menemukan  Frey yang bersandar di pohon Pinus di samping istana. Seperti yang ia kira sebelumnya, kuda lagi, kuda lagi.

Frey bisa menghabiskan waktunya dengan berkuda atau mengurus binatang itu seharian, sebagai pelampiasan disaat suntuk atau sedang tidak enak hati. Lelaki itu mempunyai beberapa ekor kuda yang bagus, namun Si Jantan yang berwarna hitam adalah kuda yang paling disayang.

“Hai Frey, aku mencari keliling istana. Ternyata kamu ada di sini. Sedang apa?”

“Heh ...,” decih Frey. “Enggak usah berlagak baik, Adelio. Aku sudah tahu semua niat terselubungmu!”

“Niat terselubung? Niat apa itu Frey? Aku kesini karena mengkawatirkanmu. Kami takut, kamu akan berbuat sesuatu yang bisa mencelakai dirimu sendiri pasca pengumuman tadi.”

Frey tertawa pelan, lalu mendecih. “Ya memang harusnya seperti apa, Adelio. Jangan lupa gunakan terus topeng itu! Berpura-puralah terus, supaya semua penghormatan dan rencana-rencana baik itu hanya diperuntukkan buatmu saja!”

“Rencana apalagi, Frey? Semua yang terjadi murni atas kehendak Raja Thomas dan ayahanda kita. Aku sama sekali tidak tahu menahu! Kalaupun nanti kau lebih menginginkan tahta kerajaan dan Masche, aku rela mengalah untukmu! Jadi berhenti selalu menuduh aku yang merencanakan ini semua!”

“Mulutmu selalu manis, Adelio. Semua orang bisa kau tipu dengan kata-kata indah itu, tapi tidak dengan aku!” Frey menoleh, menatap tajam Adelio yang terbelalak di sebelah kanannya. Sejenak mereka saling menatap.

Sebenarnya Frey sudah muak dengan wajah sok polos dan bibir selalu berbicara tentang kebaikan milik Adelio. Ia hanya mampu mengikuti permainan Adelio demi menjaga wibawa kerajaan. Namun, semakin hari rasa tidak nyaman dengan sikap Adelio semakin mengganggunya.

“Pergilah! Aku masih mau duduk di sini, untuk menenangkan diri. Katakan pada Raja Thomas dan ayahnda, aku masih ingin sendiri.”

“Tapi, Frey —.”

“Pergilah!”

“Tidak! Aku tidak akan pergi, sebelum berhasil membawamu masuk istana! Secepatnya masalah ini harus selesai. Raja Thomas dan ayahanda sedang menunggu kita, di dalam. Akan tidak sopan, kalau kita mengabaikan mereka!”

“Pergilah, jangan pedulikan aku!” sentak Frey kasar, ia meraup wajahnya dengan kesal. “Jangan pedulikan aku!” teriaknya lebih kecang.
“Toh, selama ini memang semua selalu mengatakan, aku semaunya sendiri. Aku yang tidak peduli,” Frey terkekeh, dengan ujung bibir atas sebelah kanan terangkat.

“Cukup kamu saja yang peduli, perhatian, pengertian dan selalu menjaga perasaan orang lain. Berbeda dengan aku yang keras kepala dan susah diatur ini.” Frey menepuk pundak Adelio pelan.

“Baiklah ...,” sahut Adelio tertahan, tangannya menyugar rambut kasar. “Kalau kamu tidak mau pergi karena ajakanku, setidaknya kamu harus tetap pergi karena cintamu pada ibunda dan Kerajaan Paraldo!” Adelio bernegosiasi.

“Aku tetap di sini. Kalau kamu mau pergi, pergilah! Aku tidak mau menahanmu, untuk tetap di sini.

Katakan pada mereka, bagaimana kerasnya kepala batu si Frey, dan lambungkan terus namamu. Sempurnakan pencitraan dirimu.” Frey tertawa sinis.

“Katakan padaku, apa masalahmu? Dari tadi, kau selalu mengatakan aku bersandiwara. Sandiwara yang mana?” Adelio mulai terpancing emosinya. Ia menggeser duduknya, dan berpindah ke depan Frey.

“Dengarkan aku! Justru sebenarnya aku ingin memberikan kesempatan kepadamu untuk menjadi pasangan Masche! Atau bahkan menjadi penerus tahta Kerajaan Paraldo! Berhenti bersikap, seolah-olah kamu adalah pihak yang selalu tertindas!” Adelio mencengkeram kedua pundak Frey.

“Bersikaplah selayaknya raja! Kesampingkan emosi dan pendek akal. Berhenti berpikir sesuatu yang buruk, jangan bertindak sebelum kamu benar-benar tahu suatu masalah! Cepatlah berdiri, segera ganti pakaian dan temui raja! Ini perintah!”

Adelio bangkit dari duduknya. Tangannya menepuk-nepuk celana, membersihkan kotoran yang menempel dari tanah berumput itu.

“Aku duluan!” Adelio bergegas kembali ke istana.

Frey masih diam, tak beranjak dari duduknya. Namun, ucapan Adelio membuatnya bergegas kembali ke istana. Demi tahta dan tentu saja Masche! Mungkin kali ini, adalah saatnya dia mendapatkan apa yang ia cita-citakan.

‘’Good job, Frey. Tunjukkan bahwa kamu layak mendapat itu semua, bukan hanya selalu Adelio!’ monolog Frey sambil tersenyum.

Si Jantan telah kembali ke kandangnya, dan lelaki  berambut ikal itupun sudah berganti pakaian. ‘Saatnya meraih kemenangan,' batinnya bersorak gembira.

Kakinya melangkah dengan pasti, dan bibir menyungging senyuman. Namun, langkahnya tiba-tiba berhenti saat terbersit sebuah ragu,” Jangan-jangan justru aku akan dipermalukan.

Apakah Adelio setulus itu padaku? Apakah ayahanda akan semudah itu memberikan wewenang besar itu kepadaku? Sedangkan selama ini, beliau selalu melihatku dengan separuh hati.”

Sisi hatinya yang lain, mengatakan untuk tetap pergi, karena ini adalah titah raja. Bagaimanapun, selama menjadi adik Adelio tidak pernah sekali saja, kakaknya itu mencelakainya. Akhirnya dengan sedikit ragu, lelaki berkulit bersih itu melanjutkan langkahnya.

Ruangan jamuan itu masih ramai, meski sudah berkurang jumlah undangannya. Tampak Raja Thomas masih duduk bercengkrama dengan sang ayahanda di salah satu sisi ruangan. Sesekali wajah mereka tampak serius, namun kemudian cerah kembali dengan tawa.

Frey melangkah menghampiri, tubuhnya membungkuk memberi hormat. Raja Finn menyambut anak bungsunya itu dengan senyum lebar.

“Hai, Frey, kemarilah, duduk sama ayahanda.” Raja Finn menepuk kursi yang berada di sebelahnya.

“Kamu habis berkuda, Jagoan!” tangan kekar lelaki yang berambut keperakan itu menepuk dada Frey pelan sambil tersenyum. “Raja Thomas ingin ngobrol denganmu. Beliau rindu untuk mengajak kamu berburu seperti kala itu. Kamu pasti bersedia, kan?”

Frey tersenyum kikuk, kepalanya mengangguk ragu-ragu. Hatinya bertanya,”Kenapa mereka malah membahas tentang berburu? Ataukah ini baru obrolan pembuka, untuk masuk ke topik yang lebih besar?”


Bersambung

*****

Halo readers, apa kabar? Semoga kalian selalu dalam keadaan sehat dan dalam lindungan Allah.

Sudah masuk bab 7, nih. Masih belum masuk konflik besar, ya. Sabar, ya. Biar Babang Frey mantap menentukan pilihan hatinya.

Setelah membaca jangan lupa tekan tanda bintang, ya. Komentar, kritik dan sarannya, sangat dinantikan.

Jangan lupa baca karya peserta Olimpus Match Battle lainnya, ya!

1. Viloise--@Chimmyolala

2. The Lucky Hunter--@Dhsers

3. Tersesat di Dunia Sihir--@Halorynsryn

4. Aku Bisa--@okaarokah6

5. Kurir On The Case --@AmiyaMiya01

6. Is It Our Fate?--@ovianra

7. Crush--@dhalsand

8. Keping Harapan--@UmaIkhFfa

9. Cinta Alam Untuk Disa--@DenMa025

10. Memutar Waktu--@dewinofitarifa

#OMB2022 #eventAE #wpAE #Olimpus #AEPublishing

Happy reading

Tersesat di Dunia SihirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang