Bab 2 Desa apa ini?

16 7 4
                                    



Rumah itu begitu sederhana, dengan lantai batu dan perabotan sekedarnya. Bu Miranti menunjuk kursi kayu bulat dengan sandaran, serupa punya kakeknya yang terbuat dari plastik. Wanita berbaju abu-abu pudar itu mempersilahkan Della untuk duduk di atasnya.

Dari ruangan itu Della bisa melihat Bu Miranti menuang air dari teko, tanpa sedikitpun memegang benda itu. Mulutnya berkomat-kamit, sebelum tangan gemuk itu menunjuk teko, yang kemudian  bergerak sendiri.

Gelas keramik putih itu melayang di depan Della, bu Miranti memberi isyarat untuk meminum air putih itu. Wajah  gadis dengan rambut berkepang dua itu pias, takut-takut tangan kecil itu meraih benda yang melayang di depannya.

“Hari yang panas, Miran. Apakah kamu tidak ingin memberiku minum juga?” pangeran Adelio masuk rumah dengan mengibas kibaskan topi lebarnya ke wajah.

“Seharusnya Tuan bisa menciptakan kipas yang bisa membuat rumah ini lebih sejuk udaranya,” jawab Miranti datar, dengan suaranya terdengar berat. Tangannya mengulurkan gelas yang serupa dengan yang dipegang Della.

‘Mungkin karena ia orang lebih tua, makanya dihormati. Memberi minumpun tidak menggunakan sihir, seperti padaku tadi’ batin Della.

“Terima kasih, Miranti,” ucap Adelio yang dibalas dengan anggukan kepala oleh Miranti.

“Namamu siapa, gadis kecil?” Adelio mencoba berkenalan dengan Della, setelah meneguk habis air putih di gelas keramik itu.

“Namaku Fradella. Kalau nama Om siapa?” Della balas bertanya dengan melebarkan senyum. Tangannya menggantung seakan hendak menyalami tangan Adelio.

“Dia Raja kami, anak kecil. Bersikaplah yang sopan!” Miranti menatap Della datar. Tidak ada amarah di mata itu, hanya saja wajah itu terlihat sangat murung.

“Maafkan saya Baginda Raja, saya tidak tahu kalau sedang berhadapan dengan penguasa negeri ini. Tapi bolehkah saya bertanya, ini desa apa? Kenapa Baginda Raja tidak memakai baju indah dan duduk di kursi yang megah?” mulut Della masih akan bertanya lebih banyak, tapi tangan pangeran Adelio seakan memberi isyarat untuk diam.

“Tenang gadis kecil ...,” Adelio menarik napas panjang. Matanya menatap wajah Della yang tampak sedikit ketakutan. “Memang benar, aku adalah raja di sini, namun aku merasa tak pantas untuk diistimewakan. Menurutku, kita mempunyai kedudukan yang sama, sama-sama manusia biasa, hanya mungkin aku beruntung terlahir sebagai anak raja. Mungkin hal itulah yang membuat adikku Frey marah kepadaku, dan selalu memusuhiku.” Adelio menatap Della dengan wajah yang tenang. Seandainya ditambah dengan sedikit senyum, pastilah wajah itu akan terlihat sangat menyenangkan.

Della tersenyum lebar, seketika ruang kosong di dekatnya tampak lebih terang. Sontak hal itu membuat Adelio terperangah, tanpa sadar ia bergumam,”Indah sekali senyummu.”

“Itulah yang ingin aku tanyakan, Baginda Raja. Kenapa tidak ada orang yang tersenyum di desa ini? Apakah ada larangan tersenyum atau tertawa di sini?” Della mengungkapkan hal yang selama ini menjadi pertanyaan di hatinya.

“Tidak ada larangan seperti itu, Del. Dulu kami juga melakukan hal itu, tersenyum, tertawa bahkan terbahak. Akan tetapi semenjak terjadinya kutukan oleh Raja, semua kebiasaan itu  sirna. Kami seakan lupa bagaimana cara tersenyum. Maukah kamu mengajari kami untuk kembali tersenyum?” tawar Adelio sangat ramah.

“Maaf, Baginda Raja ....” Adelio mengangkat tangan, memberi isyarat agar menghentikan ucapannya.

“Panggil aku om atau paman, seperti yang kamu bilang tadi. Tampaknya itu lebih menyenangkan. Aku ingin merasakan sensasi menjadi manusia normal seperti di duniamu. Sesuatu yang hangat menyelimuti hatiku, saat kamu tersenyum dan memanggilku Om. Maukah kamu?” Della kembali berandai-andai, seandainya semua ucapan manis itu ditambah dengan sedikit senyum, pasti akan lebih enak dipandang.

Della  tersenyum lebar dan mengganggukkan kepala dengan cepat, poninya bergerak mengikuti gerakan kepalanya yang kemudian memutar, menoleh ke arah Miranda. “Bolehkah aku memanggilmu, Bibi?”

Perempuan tengah baya itu mengangguk pelan. “Kenapa kamu tidak takut berada di sini, sendirian tanpa teman? Biasanya gadis seusiamu akan menangis dan merengek minta pulang?”

“Menangis ...?” Air muka Della sesaat tampak murung, namun bibir tipis itu kembali menyunggingkan senyum meski terpaksa. “Dulu, menangis dan merengek adalah kegiatanku setiap saat. Apapun keinginan yang tidak dapat terpenuhi, maka aku akan menangis seharian. Aku akan ngambek dan mogok makan.”

Della menatap Miranti, mata bulat itu dipenuhi kaca-kaca, dengan mengerjap sekali saja, luruh sudah butiran bening itu dan turun ke bawah dengan cepat. Seketika suasana di sekitar rumah itu, tampak suram. Sangat berbeda auranya saat gadis bercelana pendek itu tersenyum lebar.

Miranti bergegas berjalan menghampiri Della, tangan gemuknya merangkul gadis kecil yang tergugu itu. Perlahan, ia mengusap punggung kecil yang bergetar.

“Tenang, Sayang. Jangan menangis lagi. Setiap ada tangisan  di kampung ini, maka matahari akan lebih redup sinarnya dan tangisanmu akan membuat  kami turut bersedih. Di sini, akan lebih mudah menularkan kesedihan dan amarah, itulah mengapa senyummu bagai mentari pagi yang indah bersinar. Aku senang melihatnya. Maafkan pertanyaanku tadi, aku hanya ingin tahu saja, kenapa kamu bisa setenang itu dan tampak selalu gembira. Sesuatu yang jarang kutemui pada gadis sekecil kamu.” Miranti mengurai pelukannya, jari-jarinya merapikan rambut di dahi Della yang berantakan.

“Della, secepatnya ajari kami tersenyum, ya. Harusnya, saat ini aku menenangkanmu, meski hanya dengan sebuah senyum. Tapi nyatanya, usaha menarik ujung bibir ini ternyata tak semudah yang kubayangkan.” Adelio menatap Della, tangannya mengepal naik turun seakan memberi semangat kepada gadis yang sedang bersedih itu.

Bersambung

***************

Hallo readers, bagaimana menurut kalian tentang bab ini? Kasih vote dan komen ya, biar othor makin semangat nulisnya.

Klik bintang di bawah, biar jadi bahan bakar mamak, ya

Terima kasih sudah mampir untuk membaca cerita fantasi mamak yang pertama.

Jangan lupa baca juga karya punya teman saya ini,ya

Berikut judul cerita dan nama akunnya

1. Viloise--@Chimmyolala

2. The Lucky Hunter--@Dhsers

3. Tersesat di Dunia Sihir--@Halorynsryn

4. Aku Bisa--@okaarokah6

5. Kurir On The Case --@AmiyaMiya01

6. Is It Our Fate?--@ovianra

7. Crush--@dhalsand

8. Keping Harapan--@UmaIkhFfa

9. Cinta Alam Untuk Disa--@DenMa025

10. Memutar Waktu--@dewinofitarifai

Happy reading❤️❤️❤️❤️❤️

Tersesat di Dunia SihirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang