Neil bersyukur ada sinar matahari yang membantu penglihatan mereka. Ia mengamati sejenak, rumput sebelah mana yang nampak berbeda pertumbuhannya. Karena disitulah, kemungkinan tubuh Adelio sempat melewatinya.
Tidak ada bercak darah yang tercecer di rumput dan tanah, sedikit lega dihati Neil. Ia menarik kesimpulan, kemungkinan besar Pangeran Adelio tidak terkena bidikan anak panah.
Jarak dua meter dari pinggiran jalan atas, Neil melihat rumput rebah dengan area cakupan yang lebar dan cukup dalam. Neil menempelkan tangannya pada tanah lembab itu. Lalu berkesimpulan bahwa, Pangeran Adelio sedikit lengah saat berkendara, hingga saat tembakan panah itu menyasar kuda, dan mengakibatkan beliau terpelanting ke bawah sejauh hampir tiga meter.
Mereka berjalan lebih hati-hati. Beberapa kali, rumput yang licin karena hujan itu, membuat mereka terpeleset.
Di bagian bawah jurang, tanaman semak berduri semakin tinggi. Samar, terdengar suara air yang mengalir. Pijakan yang cukup landai, membuat mereka bisa bergegas untuk lebih cepat.
Sungai itu tidak terlalu besar, hanya selebar dua meter saja. Baxter, memberanikan diri untuk menceburkan diri ke dalam air dan mendapati sungai itu berkedalaman hanya seukuran dada lelaki besar dan tinggi itu.
Ia menyelam untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan apa saja yang bisa ditemukan. Sesekali ia menyembulkan kepala ke atas untuk mengambil napas, lalu menyelam lagi. Hingga akhirnya ia menemukan sesosok tubuh putih yang berdiri mengambang dalam air, dengan kepala menunduk dan tangan terentang, bergerak pelan mengikuti arus air.
Segera ia menyambar tubuh yang lemah itu dan membawanya ke atas. Neil dan yang lain menyambut dengan segera.
Tubuh itu lemas, tak berdaya. Mereka membaringkan di tanah yang datar. Dengan cekatan, mereka melepas sepatu, jubah, baju, serta tas yang menyelempang di punggung Adelio. Baxter mengelap tubuh basah itu dengan jubahnya. Lalu meminta jubah jubah Gerry untuk menghangatkan tubuh Adelio.
Neil memeriksa napas pangeran dengan menaruh jari telunjuk di hidung dan mendekatkan telinganya ke mulut putra mahkota itu. Neil bersyukur, meski terasa lemah masih terasa embus dari mulut Adelio.
Pemimpin pasukan itu, lalu memiringkan kepala putra mahkota itu, untuk memeriksa apakah ada luka atau cedera. Dengan sangat teliti, ia telusuri kepala dan leher pangeran. Hingga ia menemukan sebuah titik kecil merah di leher bawah telinga.
Ia mengenali luka sebagai bekas bidikan sumpit, untuk melemahkan lawan dengan membuatnya pingsan. Pantas saja, setelah teriakan singkat itu, tidak terdengar suara mengaduh ataupun minta tolong. Sebab pangeran langsung pingsan, dan Blacky yang bergerak brutal karena terkena panah.
Jim menekan telapak kaki pangeran di bagian sepertiga atas, sebagai tindakan untuk menyadarkan korban pingsan. Neil, menekan cekungan hidung yang memanjang bagian bawah di sepertiga bagian atasnya dengan ujung kuku. Semacam memberi totokan ringan, untuk merangsang korban supaya sadar, sembari mengoles minyak campuran Sage dan Rosemary.
“Jim, tolong berikan napas buatan!” perintah Neil yang segera diiyakan oleh anak buahnya itu.
Jim mengambil napas seperti biasa, lalu menjepit hidung pangeran dan meniupkan udara secara perlahan ke mulut Adelio selama beberapa saat. Ia mengulangi sekali lagi, untuk memberi napas buatan pada pangeran.
Neil mengambil alih, dengan menekan pelan dada pangeran beberapa kali. Lalu mengecek kembali nadi, dan napas pangeran.
“Ulangi pemberian napas buatan, Jim!”
Setelah dua kali pemberian napas buatan dan usaha untuk memacu jantung, nampak pangeran mulai terbatuk, Neil dibantu yang lain memiringkan kepala pangeran agar tidak tersedak.
Setelah memuntahkan air , Pangeran Adelio yang lemah mulai membuka matanya. Senyumnya terkembang melihat pasukan yang setia. Mulutnya bergerak tanpa mengeluarkan suara, seakan berkata, terima kasih.
Ia tidak sempat untuk bertanya tentang apa yang terjadi, sehingga membuatnya pingsan. Yang ia ketahui, nalurinya berkata, ada sesuatu yang lebih darurat dan harus segera diselesaikan.
Neil memutuskan untuk menggendong pangeran di punggungnya, dan memerintahkan Baxter untuk menahan Adelio di belakang.
Setelah sampai atas, Neil memerintahkan untuk mendudukkan pangeran di kudanya. “Kita terpaksa harus menunda misi kita ini. Keselamatan Pangeran Adelio lebih utama. Beliau harus segera mendapat perawatan dari tabib istana.
Baxter, Gerry dan Jim, kalian bersama aku kembali ke istana lebih dahulu. Tom dan Charles, kalian tunggu sampai Hans dan yang lainnya kembali, lalu segera menyusul. Bawa serta kuda pangeran.
Apakah kalian sudah memberi pertolongan pertama pada luka Blacky?”
“Sudah, Panglima. Setelah mencabut anak panah, kami mengurut bagian yang terluka untuk mengeluarkan racunnya, agar tidak menjalar ataupun infeksi. Kemungkinan besar Blacky sudah bisa berjalan meski nanti akan sering istirahat.” Tom menunjuk luka bekas panah itu yang sudah dibubuhi ramuan rempah.
“Baik, terima kasih atas kerjasamanya, Tom. Segera setelah Carter dan temannya kembali, cepatlah menyusul. Semoga Blacky bisa bertahan sampai istana nanti.
Aku berangkat dulu, hati-hati! Kita tidak tahu, apakah penyerang itu sudah pergi atau masih mengintai. Semoga kita diberkahi keberuntungan.” Neil menepuk pundak Tom dan Charles, lalu bergegas naik ke pelana kuda.Bersambung
***********
Halo readers, bagaimana kabar hari ini. Semoga kalian selalu diberkahi dengan keberuntungan dan kesehatan, ya.
Menurut kalian, bagaimana kisah ini? Semoga Pangeran Adelio membaik dan kembali sehat, ya.
Baca terus kelanjutan kisah Fradella, ya. Biar gak ketinggalan ceritanya.
Oiya, jangan lupa baca karya peserta Olimpus Match Battle lainnya, ya!
1. Viloise--@Chimmyolala
2. The Lucky Hunter--@Dhsers
3. Tersesat di Dunia Sihir--@Halorynsryn
4. Aku Bisa--@okaarokah6
5. Kurir On The Case --@AmiyaMiya01
6. Is It Our Fate?--@ovianra
7. Crush--@dhalsand
8. Keping Harapan--@UmaIkhFfa
9. Cinta Alam Untuk Disa--@DenMa025
10. Memutar Waktu--@dewinofitarifa
#OMB2022 #eventAE #wpAE #Olimpus #AEPublishing
Happy reading
KAMU SEDANG MEMBACA
Tersesat di Dunia Sihir
FantasySinopsis Tersesat di Dunia Sihir Fradella, selalu menghabiskan masa liburan di desa tempat kakek neneknya. Bermain bersama sebaya, hingga sebuah kejadian saat bermain petak umpet membuatnya tanpa sengaja masuk ke dunia para penyihir. Beruntungnya di...