Pagi hari yang sangat cerah ditandai oleh burung-burung yang berkicauan dengan riang dari ranting-ranting pepohonan di taman belakang mansion keluarga Rainsworth. Matahari yang belum berdiri tepat di atas kepala menunjukkan waktu masih berada di bawah pukul dua belas siang. Allison yang duduk dengan santai di bawah pohon maple yang berdiri kokoh di sangat tengah dikelilingi beberapa buku tua yang ditemukannya dari perpustakaan. Oh ya, tak lupa seorang laki-laki berambut hitam duduk di sampingnya.
"Haah," hela Allison sambil menutup sebuah buku bercover warna coklat di pangkuannya.
"Ada apa? Kau terlihat lelah," ucap laki-laki itu yang kemudian memperhatikan Allison.
"Aku rasa aku semakin gila. Aaaa aku ingin hibernasi panjang tanpa ada pengganggu."
"Dasar, kau saja yang semakin hari semakin berlebihan. Pantas saja kau tidak pernah punya pacar."
"H-hei! Aku sudah - lu-lupakan."
"Hmm, kau masih belum menganggap anak keluarga Nightray itu pacarmu, hmm?" Goda Zayn sambil memainkan alisnya dan berhasil membuat wajah Allison benar-benar memerah.
"Diam kau, hantu bodoh," seru Allison sambil mengayunkan tangannya untuk memukul Zayn. Namun alhasil, tangannya tersebut menembus tubuh Zayn yang transparan tersebut. Laki-laki ber-long coat coklat itu hanya mengeluarkan lidahnya pada Allison.
"Tapi sejujurnya, aku merasa benar-benar bisa menjadi gila bila seperti ini terus. Duniaku semakin aneh saja setiap saatnya."
"Maksudmu?" Kini Zayn mulai kembali serius mendengar apa yang dikatakan Allison. Dirinya meletakkan sebuah buku yang sedari tadi digenggamnya di atas tanah.
"Pertama, masalah pertunangan tersebut. Jangan potong ucapanku dulu," ucap Allison secepat mungkin sebelum Zayn sempat kembali berkata untuk menjahilinya.
"Kedua, kau, hantu aneh, tanpa asal-usul, tiba-tiba datang menghampiriku dengan alasan yang tidak jelas. Berlagak sok cool pula."
Zayn kembali membuka mulutnya untuk membalas penyataan Allison.
"Jangan potong ucapanku."
Lagi-lagi kesempatan Zayn hilang dan dirinya hanya bisa memanyunkan bibirnya.
"Ketiga, kau tahu, mengenai makhluk yang sampai sekarang masih kita - kau dan aku - bicarakan. Aku masih berusaha mencari kebenaran mengenai makhluk itu. Lihatlah! Buku-buku yang berserakan di antara kita semua ini tidak membuahkan hasil," gerutu Allison dengen sedikit kekesalan di wajahnya.
"Dan yang terakhir, Niall mulai membuatku penasaran dan semakin ingin tahu tentang dirinya," ucap gadis tersebut yang diikuti suara tarikan nafas pelan dari sosok di sebelahnya.
"Maksudmu anak laki-laki berambut pirang yang beberapa kali datang ke mansion ini?" Tanya Zayn ketika Allison mulai membahas mengenai Niall.
"Memang kau mengenalnya?"
"Uh, tidak juga, sih. Hanya saja beberapa kali aku mendapatinya tengah berbincang dengan kedua kakakmu. Tapi paling sering kujumpai ketika dia sedang berbicara berdua dengan Louis," Zayn meletakkan sebelah tangannya di dagunya menunjukkan bahwa dirinya tengah berfikir.
Allison terdiam sesaat menanggapi ucapan Zayn. "Seberapa sering dirinya datang kemari?"
"Yah, lumayan sering. Ketika kau dan Liam tengah pergi ke hutan untuk berlatih, aku sering melihatnya datang kemari dan Louis menunggunya di pintu depan."
"Apa kau tau apa yang mereka bicarakan?" Sontak Allison yang membuatnya berdiri sambil menghadap Zayn. Ekspresi penuh rasa ingin tahu yang menggebu-gebu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn Back The Pendulum
FantasiFairy tales don't always have a happy ending, do they?