.
.
.
.
Selain Johnny terdapat satu lagi orang yang menatap kembar tersebut dengan tatapan yang sulit diartikan.Dia menyadari tatapan sedih dan sendu kedua anak disebrang nya.
Setelah beberapa menit kemudian mereka menyelesaikan makannya, kedelapan orang tersebut duduk di ruang tamu atas perintah Suho.
"Jeno, jaemin" panggil Suho.
Mereka yang awalnya tengah menatap irene yang sedang memangku haechan, mengalihkan pandangannya ke Suho.
"Kemari" ujarnya
Jeno dan jaemin menatap Johnny sebentar, setelah mendapat anggukan dari Johnny keduanya mendekat dan berdiri di depan Suho
"Paman dengar kalian sekolah bersama haechan, dan juga kalian kembar ya?" Tanya Suho, keduanya mengangguk.
"Paman ingin bertanya, siapa yang lebih tua diantara kalian berdua?" Tanya nya
Jeno mengangkat tangannya
"Ah jadi jeno kakak nya"
Suho menatap Johnny sebentar sebelum melanjutkan perkataannya
"Kalian bahagia disini?" Tanya nya lagi
"Tentu saja paman" jawab jaemin.
"Apa kalian merindukan ayah dan ibu kalian?" Tanya nya membuat jeno dan jaemin tersentak kaget, bahkan yang lainnya juga.
Keduanya mengangguk lirih
Suho tersenyum dan menangkup wajah keduanya.
"Apa kalian bersedia kalau Paman menjadi ayah kalian?" Tanya Suho yang sekali lagi membuat duanya terkaget"A...ayah?" ujar jaemin.
"Iya, kalian mau?"
Jeno dan jaemin mengangguk ragu
"mulai sekarang kalian anggap paman sebagai ayah kalian" ujarnya.
"Sayang turun dulu ya" ujar Irene
Haechan turun dari pangkuan Irene dan mendekat ke Johnny kemudian memeluknya.
"Kalau ada ayah, pasti ada bunda" Irene mendekat ke arah mereka bertiga.
Suho tersenyum menatap Irene.
Dirinya memang tidak salah memilih pemdamping."Walaupun kami tidak bisa menyamai kasih sayang orang tua kandung kalian, tapi kami akan berusaha membuat kalian nyaman dan memberikan kasih sayang sebanyak banyaknya hingga kalian merasa bahwa Kamilah orang tua asli kalian" ujar Irene.
"Coba panggil kami ayah dan bunda" ujar nya
"A. Ayah..bunda" lirih jeno dan jaemin bersamaan
"Hey hey anak kami tidak boleh menangis" Suho mengelap air mata yang luruh dikedua pipi mereka.
"Kami memiliki bunda!....Hyung kami memiliki bunda.. hiks...bunda" ujar jeno, ia mengadu kepada jaehyun yang berada paling dekat dengannya , kemudian tanpa ragu dirinya memeluk Irene disusul oleh jaemin
"Iya sayang, ini bunda" Irene membalas pelukan kedua nya.
Sangat terasa tangan keduanya yang memeluk erat dirinya.Suho menatap haechan yang sudah menangis dan menyuruhnya untuk mendekat.
Haechan mendekat ke mereka dan memeluk Suho.
"Kalian anak kami" ujar Suho.
Dilain sisi, Johnny taeyong dan jaehyun menatap sedih kedua adiknya.
Sedari dulu,
Adik mereka tidak pernah mengeluhkan masalah bunda mereka, kalau Rindu mereka hanya akan mengunjungi makamnya. Begitu pula ayahnya.Adik mereka tidak pernah menangis sepilu ini setelah kematian ayah mereka.
Bahkan mereka sendiri juga dapat merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh adik mereka.Beralih ke taeyong, dia memandang haechan yang sekarang sudah bergabung bersama jeno dan jaemin yang tengah memeluk Irene
Taeyong bersyukur, masa kelam yang mereka jumpai telah berlalu. Dan dirinya berharap semoga masa depan mereka akan selalu cerah.
Sejenak Taeyong merutuki dirinya dulu yang dengan bodohnya pernah memarahi dan hampir mengusir haechan dari rumahnya. sekarang lihatlah, haechan seolah menjadi penghantar pertolongan untuk mereka.
Taeyong akan selalu mengingat ini. Haechan dan adiknya merupakan sumber kebahagiaannya.
Seseorang yang pernah dianggapnya sumber bencana, menjadi sumber kebahagiaannya untuk semua saudaranya."Kalian juga bisa memanggil kami ayah dan bunda" ujar Suho kepada mereka ( Johnny, jaehyun, dan taeyong)
Taeyong tersadar dari lamunannya saat mendengar ucapan Suho.
Jeno, jaemin dan haechan sudah berhenti menangis walau masih sedikit terisak.
"Bagaimana kalau hari ini kita ke makam orang tua kalian, kemudian kita jalan jalan. Kalian harus membeli pakaian yang baru. " usul Irene
"Aku setuju, kita bersiap sekarang" ajak Suho. Lagipula dirinya tidak memiliki pekerjaan di kantornya, semuanya telah di selesaikan ya saat sebelum menjemput haechan.
"Tidak perlu pam- "
"Ayah" potong Suho
"Tidak perlu ayah, baju kami juga masih banyak, mungkin belikan untuk haechan saja" ujar jaehyun.
"Tidak! Tidak! Baju kalian sangat sedikit, itupun sudah sangat lama dan sudah tidak cocok untuk dipakai"
Tolak irene, pasalnya kemarin dia membantu haechan mengeluarkan pakaiannya dan dia melihat pakaian mereka sudah banyak yang kusam, jumlahnya juga sedikit bahkan seragam sekolah mereka sudah mulai menguning. Irene berpikir pasti yang lainnya juga seperti ini
Saat ditanya, haechan menjawab kalau setelah kebakaran rumahnya, mereka tidak memiliki cukup uang untuk membeli pakaian yang bagus, walaupun memiliki, hyungnya hanya akan membelikan mereka pakaian masing masing satu pasang.
Dan sisanya untuk ditabung. Itupun hanya beberapa kali dalam setahun.Bahkan haechan pernah melihat lemari baju Johnny yang jumlahnya lebih sedikit dari mereka.
Irene sangat sedih mendengar nya, bagaimana bisa dirinya dan suaminya hidup nyaman bergelimang harta sedangkan anaknya hidup serba kekurangan.
Mulai sekarang dirinya berjanji tidak akan membiarkan haechan dan yang lainnya merasakan lagi kekurangan tersebut.
"Kami tidak menerima penolakan, lagipula apa salahnya seorang orang tua berniat membelikan anaknya pakaian yang layak" ujar Suho.
.
.
.
Ah entah kenapa sekarang keenam orang tersebut menyesal menuruti keinginan Irene.Awalnya Irene hanya berkata akan membelikan pakaian.
Namun sekarang bukan hanya pakaian, tapi baju tidur, baju sekolah, buku, sepatu, handphone, laptop, Kaus kaki dan berbagai barang lainnya juga ikut dibeli.
Entah sudah berapa banyak uang yabg dihabiskan dalam waktu kurang dari 2 jam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mata Dan Tangan
FanfictionPernah dengar teori tentang mata dan tangan? Jika tangan terluka, maka mata akan menangis Dan jika mata menangis maka tangan pula yang akan menghapusnya. Begitulah yang terjadi dengan haechan dan keluarga nya. Yang Berbagi tawa saat berbahagia da...