CHAPTER 2

544 19 0
                                    


Lewis membuka pintu kamar Ibunya dengan hentakan yang sangat keras hingga membuat Lenny tersentak kaget di dalam sana.

"Hey, ada apa? Mengapa membanting pintu sekeras itu, nak?" Tanya Lenny dengan masih mengelus dadanya akibat kaget.

Lewis berusaha menetralkan detak jantungnya yang berdebar akibat memendam amarah, wajahnya sudah begitu memerah dengan keringat bercucuran di pelipisnya.

Melihat itu membuat Lenny yakin jika putrinya itu sedang marah besar.

"Aku selalu diam dengan semua ini, aku selalu berusaha untuk mengabaikan semuanya agar aku selalu waras dan tidak gila karena memikirkan apa yang Ibu lakukan sejauh ini.." ujar Lewis dengan bibir bergetar menahan tangis.

Lenny langsung berdiri menghampiri Lewis seraya memegang bahu Lewis, tetapi Lewis menghentakkan tangan Lenny dan berusaha menjauh.

"Apa Ibu senang Ayah meninggalkan kita?"

Lenny cukup terpukul mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Lewis.

"Apa maksudmu, nak? Tentu Ibu sedih dan setiap hari setiap saat Ibu selalu memikirkan Ayah."

Mendengar itu membuat Lewis tertawa sinis seperti orang kehilangan kewarasan.
Yah, mungkin sebentar lagi Lewis akan kehilangan kewarasannya!

"JIKA KAU SEDIHH, MENGAPA KAU MERENCANAKAN PERNIKAHAN BUSUK INI TANPA PERSETUJUANKU?" Teriak Lewis dengan sangat kencang dengan nada frustasi, membuat Pelayan dan Pengawal di luar sana bisa mendengar teriakan Lewis.

Lenny menestak air matanya seraya terbungkam sesaat.

"K..ka..kau sudah mengetahuinya?" Ujar Lenny terbata-bata.

"Mengapa Ibu kaget? Apa Ibu akan menyembunyikan pernikahn ini dariku? Atau kau mau menikah di tempat yang jauh supaya aku tidak mengetahuinya?" Tanya Lewis berusaha untuk menenangkan dirinya.

Lenny terdiam sesaat, ia sebenarnya akan memberi tahu Lewis tapi ia juga butuh waktu yang tepat, mengetahui Lewis masih mendiami dirinya.

"MENGAPA IBU SELALU MEMENTINGKAN EGO IBU SENDIRI, MENGAPA IBU TIDAK PERNAH MEMIKIRKAN PERASAANKU?" Teriak Lewis lagi.

Lenny langsung terisak mendengar teriakan Lewis yang begitu penuh dengan amarah dan kesedihan!

"Ibu bisa jelaskan! Ku mohon dengarkan Ibu dulu.. Perusahaan Ayah mengalami penuruan pesat, dan itu cukup membuat Ibu kesusahan belakangan ini. Ibu memiliki kesepakatan bersama Dominic, dan itu adalah pernikahan. Jika Ibu menyetujuinya, Dominic akan bersedia membantu kita mengembangkan kembali Perusahaan." Jelas Lenny berusaha meyakinkan Lewis agar Lewis tidak salah paham akan pernikahannya bersama Dominic.

"Itu alasan kedua, kan? Alasan pertama karena kau mencintainya!" Jawab Lewis dengan senyum sinisnya walaupun hatinya begitu sendu.

Lenny menggelengkan kepalanya, seraya ia berusaha mengelak mendengar apa yang di ucapkan Lewis walaupun sebenarnya itu benar!

"Lewis, ini demi kebaikan Perusahaan Ayah.."

"Yang aku tahu saat ini, Perusahaan Dominic jauh di bawah Perusahaan Ayah dan bahkan dengan kondisi Perusahaan Ayah saat ini belum bisa menyetarakan penghasilan Perusahaan kita dan Dominic. Sangat jauh di bawah kita, Aku tahu itu! Paman bercerita banyak padaku Ibu, tetapi kau seperti berusaha menutup mata dan langsung menerima kesepakatan konyol itu!" Ujar Lewis.

Lenny mendekati Lewis seperti ingin memeluk Lewis dengan erat.
"Dengar nak.. Dominic orang yang baik, aku percaya dia bisa membantu Ibu! Kita akan bersama-sama membangkitkan kembali Perusahaan. Jadi percaya lah pada kami, Lewis.."

Lewis Janelle, My Obsession!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang