°~44~°

167 35 4
                                    

Happy reading
.
.
.
o0o

"kak aku pergi ya?" Kanaya memberanikan diri nya untuk mengatakan ini, dia tau bahwa ini bukan waktu yang tepat. Tapi dia tahu dia tak punya banyak waktu,

Dev mengerutkan keningnya. "Mau kenapa? Kalau mau pergi nanti aja tunggu aku sembuh, biar aku temenin" Dev meminum obat nya.

Kanaya menggelengkan kepalanya. "Ndak bukan itu, aku ingin pulang"

Ekspresi Dev langsung berubah saat mendengar itu.

"Kasian mbak Bestari sendirian, pasti dia sedih" lanjut nya.

Gadis ini benar-benar sedang berusaha setidaknya.

Dev tak menjawab apapun, dia meletakkan kembali gelas yang sejak tadi ia pegang. Dev menggenggam telapak tangan gadis itu, dia masih belum mengatakan apa-apa sekarang. "Jangan pergi ku mohon," entah kenapa logika nya berfikir bahwa dia tidak memiliki hak sama sekali melarang nya. "Aku nggak bisa melindungi mu di sana"

Kanaya menahan nafsu nya. "Kan ada Tuhan, tenang saja. Aku bahkan sudah berterima kasih padanya karena telah mengirim seseorang untuk menggenggam erat tangan ku, kalau di sini terus nanti akan terjadi hal buruk yang bisa saja terjadi sama mbak Merlin dan Marina karena ibu ku. Ndak papa kok, makasih kak Dev" gadis itu tersenyum. "Aku telah banyak sekali merepotkan kak Dev" dia menatap dalam Dev. "Aku senang saat dulu kau bilang untuk memanggil mu kak daripada kangmas, aku senang saat bertemu dengan mu, aku senang semua hal yang ku lakukan bersama kak Dev." Gadis itu tersenyum.

Dev tertegun beberapa detik, tapi dia kemudian menggelengkan kepalanya. "Jangan pergi, kali ini dengarkan aku. Tenanglah aku akan melindungi mu, aku berjanji akan membawa kakakmu Bestari ke mari. Tentang Merlin dan Marina, tenanglah aku sudah memikirkan cara untuk melindungi kalian semua. Tetaplah di sini-"

Kanaya memeluk erat Dev tiba-tiba, dia bergumam. "Kak Dev nggak capek?"

"Enggak,"

"Jangan berhenti ya kak, maaf tapi aku harus tetap pulang."

Dev sadar dia tak punya hak apapun untuk melarang keinginan nya, dia sama sekali tak membalas pelukan gadis itu. Suasana hatinya sangatlah kacau sekarang, dia tahu gadis ini sebenarnya cengeng dan rapuh.. dia masih ingat ketika dia bangun dan menangis tersedu-sedu waktu pertama kali dia bertemu dengan nya. Dia berteriak kalau dia sudah tak memiliki apapun, beberapa kali bahkan ingin melukai dirinya sendiri. Dev bahkan tak pernah melihat gadis itu tidur dengan tenang, dia selalu menangis dalam tidurnya seolah benar-benar ada banyak kesedihan yang gadis itu sembunyikan. Dia gadis yang ceria dan cengeng,

Meskipun Dev sering melihat nya marah-marah ketika seseorang mencoba menggoda dia terang-terangan di depannya.

"Pergi sana! Jangan coba-coba ya kalian ganggu kak Dev, dia punya ku!" Sering kali juga memberi hak paten pada nya,

Tapi semua itu tak berhasil menyembunyikan rasa takut yang sering dia lihat ketika di dekati oleh pria lain, hanya Dev lah satu-satunya orang yang dia terima. Gadis itu hanya mempercayai Dev, dia pernah berbicara bagaimana jika Dev suatu saat nanti pergi meninggalkan nya apa yang akan terjadi? Dia yakin bahwa dia akan tenggelam di dalam kolam yang penuh dengan air mata kalau hal itu terjadi, setiap mengoceh Dev hanya terkekeh dengan semua hal yang keluar dari gadis itu.

Lintas Waktu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang