°~58~°

132 24 1
                                    

Dev membuka kedua matanya dia merasakan rasa sakit di kepala dan perut nya, saat mendapatkan setengah kesadaran nya dia semakin terkejut karena tergantung dengan keadaan diikat tidak bisa bergerak. Lalu terdengar sebuah tawa tak jauh dari tempatnya, Dev menoleh mencari sumber suara. Dia melihat pelaku nya, orang itu bahkan mengarahkan ponsel di tepat di depannya guna mengabadikan momen langka.

"Halo guys! Ini kakek gue lagi gelantungan, kalian nanyak ini dia kenapa? Kamu nanyak? Nggak tahu ya guys mungkin cosplay jadi monyet-"

"Eh sialan lu kok ada hp?!" Dev berteriak

"Lu pikir gue dari mana?! Gue sama kayak lu, dari masa depan-" El masih merekam,

"SIALAN LEPASIN GUE BANGSAT!"

lintas waktu

Yanti mengandeng lengan kakaknya, ini pertama kali nya dia pergi ke pasar bersama kangmas nya. Yanto pun tak berhenti tersenyum hingga giginya pasti sudah kering karena terlalu sering menghirup udara segar, di tangan kirinya dia membawakan tas belanja adiknya. "Hati-hati dengan langkah mu adinda"

"Tentu kangmas"

Saat ada pemuda iseng yang ingin menyenggol dengan sengaja adiknya, Yanto akan langsung menepis tangan pemuda itu dan berkata. "Tuan berani sentuh adik saya, maka saya akan patahkan lengan itu sekarang juga"

"Sudah-sudah kangmas, saya bisa jaga diri kok"

"Tidak ti, sekarang ada kangmas. Kangmas tidak akan membiarkan seseorang menyentuh mu, lagi." ucap Yanto di sia-sia amarahnya

El memperhatikan itu dari jauh saat ke pasar bersama Dev, sekarang tugas mereka tiap pagi adalah kepasar karena tidak mungkin Marina pergi kesini dengan perut yang sudah besar. "Itu pemuda yang diselamatkan nenek bukan?" Gumam El.

"Diselamatkan?"

"Ya, diselamatkan."

Dev akui dia belum menyelesaikan bukunya, El segera berlari menghampiri seorang gadis cantik tak jauh dari tempatnya. Dev hanya memperhatikan,

"Aku mencintai mu, ayo kita berpacaran" ungkap El pada seorang gadis yang mungkin baru dia kenal.

Dev tak heran lagi dengan pemandangan ini, dia sering melihatnya saat masih bersama Kelvin.

"Maaf ada cinta sahabat ku yang harus ku tunggu-" tolak si gadis.

Dev nyaris saja tertawa saat mendengar penolakan itu, sial ucap El dalam hati.

.
.
.

Ayyara membaca kembali berkasnya dia menggeram kesal karena pihak Sugiono menolak untuk melakukan tes DNA, jika terus seperti ini Yanto tidak bisa mengatakan kesaksiannya. Dia sudah berjanji kepada pemuda itu dari 5 tahun terakhir untuk membawa kasus pemerkosaan adiknya kejalur hukum, dan dia menemui nya lagi untuk meminta Ayyara menjadi jaksa untuk Merlin pula. Ayyara memijit kepalanya frustasi, membuat mbok ngarmi yang hendak mengantarkan makan merasa sedih.

"Ndoro.." ucapnya lirih. "Makan dulu ndoro, sudah sejak pagi ndoro belum menyentuh makanannya. Saya sudah ganti 3 kali menunya, setidaknya pikirkan kesehatan ndoro"

Ayyara menegakan tubuhnya, dia memang sempat menyenderkan tubuhnya ke meja kerja karena frustasi. Dia berfikir akan membawakan surat peringatan dari pengadilan langsung ke Sugiono, tapi surat itu bisa dengan mudah menjadi tameng dengan uang-uang nya.

"Banyak sekali beban yang saya tanggung mbok, jika saya istirahat maka saya tidak tahu apakah mereka akan bisa tenang atau tidak di masa mendatang" keluh nya.

Mbok ngarmi tetap menghampiri nya, dia memberikan semangkuk sup hangat dan air untuk nya. "Ndoro kita ini manusia, tetap harus makan. Banyak yang harus ndoro lindungi, saya juga ada. Saya bertugas melindungi ndoro, saya ingin ndoro tetap sehat dan bugar, jadi ndoro bantu saja mengabulkan keinginan saya"

Lintas Waktu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang