°~48~°

162 32 2
                                    

"apa kalian akan berhasil?" Sutisno menatap Dev penuh harapan.

Dev tak menjawab. Dia hanya berdiri tegak di depan pengadilan, agak ragu masuk kesana setelah sekian lama tapi Dev tahu bahwa dia harus segera masuk. Sugiono bebas dari penjara karena uangnya, dia harus memastikan dia mendapatkan hukuman nya. Masa depan tidak bisa berubah, Marina menolak keras perjodohan nya dengan Sugiono hingga pria itu memperkosanya. Dia berlaku seakan dia adalah Tuhan yang harus menghukum Marina karena telah mempermalukan didepan umum, waktu itu dia tak bisa menampar Marina karena Dev selalu berdiri di sebelah gadis itu. Pria kotor itu melakukan nya dari belakang,

Dev memejamkan mata nya kuat saat itu. Nafasnya hampir berhenti saat mengatakan nya pada Marina, "Kau punya pilihan untuk menggugurkan bayi itu, kau tidak menginginkan nya bukan?" Walaupun dia tahu di masa depan bayi itu adalah mamanya, tapi kenyataan bahwa kehidupan masa lalunya juga buruk itu juga benar.

Marina tak menjawab apapun, dia hanya menangis di pelukan Marlin sahabat nya. Seluruh tubuh Dev selalu gemetar setelah itu, dia gagal mencegah hal ini. Dia gagal lagi, apa Kelvin akan kecewa padanya di sana? Sutisno menggenggam pundak nya, dia lah orang yang selalu ada di sebelah nya. Jangan tanyakan bagaimana kondisi Budi sekarang, dia terkena HIV. Pakde Slamet masuk rumah sakit jiwa karena merasa bersalah kepada Budi, semuanya begitu kacau di sini. Dev bahkan tidak tahu lagi kabar Yanto setelah kejadian eksekusi mati Kelvin, pria itu menghilang begitu saja.

Rasanya kepalanya ingin pecah karena masalah yang datang bertubi-tubi ini, Sutisno melihat sedikit keraguan di diri Dev sekarang. "Kau baik-baik saudara?"

"Tidak"

"Kita datang nanti saat saudara benar-benar siap saja"

"Kepala gue rasanya pengen pecah kalau setiap hari selalu menangis semua ini. Gue nggak pernah siap tapi gue juga nggak bisa berhenti, kita tetap harus masuk! Di dunia ini cuma ada 2 hukum yang berlaku di kehidupan, lari dari masalah atau menghadapi nya. Kalau kita lari dari masalah maka selamanya juga masalah itu akan mengejar kita dan jika kita memiliki menghadapi nya setidaknya kita punya tekad dan keberanian untuk mengalahkan nya walaupun diakhir bisa saja kita mati dalam pertarungan ini tapi setidaknya akan ada orang lain yang seperti kita dan gue yakin orang itu juga nggak akan berhenti sama seperti yang kita lakukan sekarang, itu kata adik gue" Dev berjalan duluan memasuki pengadilan, Sutisno berjalan di belakang nya sedikit tertinggal tapi tak masalah.

Sutisno tersenyum dia menatap ke arah langit yang cerah sebelum benar-benar memasuki pengadilan, di dalam hatinya dia berdoa. "Terima kasih saudara Kelvin" entah sampai atau tidak ucapan itu ke Kelvin yang sekarang nyasar ke masa depan.

Langkah kaki Dev terhenti oleh seorang pria setengah baya yang menghentikan nya, Dev menatap nya datar.

"Sampai berapa kali pun anda datang kemari, tuntutan anda tidak akan pernah di setujui" tegas pria itu.

Dev menahan tangannya agar tak melayang tepat ke wajah pria di hadapannya itu, Sutisno sudah berdiri di sebelah nya.

"Tuan punya bukti?"

"Kali ini kami datang dengan semua buktinya" Potong Sutisno sambil menyingkirkan tangan pria itu dari dada Dev.

Kelvin berlari sekuat tenaga ke tempat yang dulu rumahnya dengan kakaknya, dia berharap semoga saat dia sampai ke sana dia bisa menemukan apa yang sekarang dia cari. "Di dalam hidup ini gue emang banyak dosa, nyaris nggak percaya sama lu Tuhan! Tapi sekarang gue minta harapan pertama gue di dunia ini. Gue pengen ketemu kakak gue!" Kaki nya seperti parah saat itu juga, rumahnya tidak ada. Masa depan telah berubah, di mana rumahnya. "Sialan!"

Kelvin melihat kesekeliling orang-orang di sini, "ADA APA DENGAN INDONESIA?!" dia berteriak frustasi melihat orang-orang di sini pada memakai masker di wajahnya.

Lintas Waktu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang