TWENTY ELEVEN

3 0 0
                                    

SELAMAT MEMBACA

Sekumpulan pemuda kini telah sampai pada tujuannya, banyak pertanyaan yang tersimpan didalam kepala mereka. Pasalnya, lokasinya membawa mereka ke tempat gedung 6 lantai.

Mereka mulai memasuki gedung dipimpin oleh Mahesa dan Ansell dilanjut Julian berikut teman yang lainnya.

Seorang resepsionis menyambut mereka, "Selamat malam, ada yang bisa saya bantu?"

"Mbak, apakah salah satu taksi ada yang tertinggal ponsel penumpang?" Tanya Mahesa.

"Kalau boleh tau hubungan kalian dengan pemilik ponsel yang tertinggal siapa? Karena kebetulan hari ini ada dua ponsel yang tertinggal di taksi kami" Ujar resepsionis.

"Gue kakaknya." Jawab Ansell.

"Baik boleh saya ambilkan dulu sebentar." Ucap recetionist sembari memberikan tiga ponsel di atas meja.

Kini saatnya mereka menemukan milik Myesha salah satunya.

Ansell mengambil salah satu dan benar saja itu ponsel milik Myesha.

"Mbak, gue mau minta tolong pertemukan kita dengan supir yang membawa pemilik ponsel ini." Pinta Ansell.

Kini Ansell, Julian dan Mahesa sedang berada di sebuah ruangan bersama dengan supir taksi yang membawa Myesha.

"Apakah betul bapak pernah menjemput penumpang di daerah Menteng?" Tanya Julian langsung.

Supir tersebut terkejut mendengar itu, dia mulai memperhatikan gelagat tidak nyaman.

"E-eh.. sa-saya tidak pernah menjemput penumpang di daerah sana." Ucap supir gugup.

"Cepat beritahu kami pak, karena adik saya diculik kami harus segera mengetahui keberadaannya." Ucap Ansell.

Mahesa yang notabenenya tidak sabaran pun menggebrak meja membuat sang supir ketakutan dan dengan susah payah supir itu menelan ludahnya.

"Lo bisa cepet kasih tau kita dimana terakhir kali lo turunin Myesha?!" Tanya Mahesa dengan nada tinggi.

Supir itu mulai gemetar ketakutan. Pikiran dia kembali pada ancaman pria berhelm tadi, takut benar-benar terjadi pada keluarganya. Namun, mengingat gadis yang dibawa hampir seumuran dengan anaknya, dia menangis ketakutan.

"Maafkan saya. Saya telah membiarkan penumpang saya dibawa kabur oleh para begal. Mereka seperti sekumpulan geng motor dengan senjata api. Saya tidak bisa membatu nona muda itu karena mereka mengancam keluarga saya." Terang supir sambil menangis sesegukan.

Mendengar geng motor membuat pikiran mereka tertuju pada satu hal. Yaitu geng Alaska. Ini semua pasti perbuatan Agam, Mahesa yakin sekali.

"Bisa beritahu kami ciri-ciri yang bapak kenali?" Tanya Julian.

"Mereka semua memakai motor Trail, helm yang menutupi seluruh wajah. Dan apalagi ya eh," supir itu masih mengingat kembali ada sesuatu yang mencolok diantara semuanya.

"Mereka memakai jaket hitam dengan logo beruang hitam dipunggung mereka. Iya itu mereka." Tambah sang Supir itu.

"Berarti memang bener lo tau dimana Shasa sekarang, Mahesa?!" Kecurigaan Ansell langsung menuju Mahesa.

Seluruh arah pandang mereka tertuju pada Mahesa.

"Serius bang gue gak tau, dan asal lo tau geng Alaska logonya bukan beruang hitam tapi harimau putih." Jelas Mahesa.

"Tapi gue rasa gue tau dalang dibalik semua ini," tambah Mahesa kini menatap Ansell, "Agam. Gue yakin dia orangnya, sialnya gue gak tau dimana lokasi penyekapan Shasa."

MyeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang