SELAMAT MEMBACA.
Tiga Bulan Kemudian.
Myesha mengendarai sepeda motor nya menuju kafe tempat favoritnya seusai pulang sekolah. Disana dia akan mengerjakan tugas sekolah atau hanya membaca novel yang menjadi hobi terbarunya. Setelah Ansell memutuskan untuk kuliah di luar negri membuat dia merasa bebas, namun tetap saja dia akan merindukan omelan kakaknya itu.
Myesha memesan secangkir kopi mocca dengan Croissant sebagai camilan agar tidak jenuh. Beberapa saaat kemudian pesanannya telah dibuat, dia segera membawa nampan yang berisi pesanannya dan memilih tempat kosong yang ada di dekat dengan jendela. Setelah duduk di bangkunya dia menyesap kopinya dulu sebelum mulai melakukan rutinitasnya. Myesha mengambil Croissant dan menggigitnya dan ternyata rasanya masih sama enak membuat mood dia naik.
Myesha mengeluarkan perlengkapan yang dibutuhkan di dalam tasnya. Ketika mengeluarkan buku di dalam tas, tiba-tiba sebuah kertas jatuh membuat dia mengerutkan kening dan mengambil sesuatu yang jatuh itu.
Bagaimana bisa surat ini belum dibaca?
Batin Myesha.
Dia baru teringat bahwa surat ini ada bersama dengan voice recorder. Dia pun mencarinya di dalam tas dan betul saja ada di sana.
Pun Myesha membuka surat itu dan mengeluarkan kertas didalamnya. Sebelum mulai membacanya dia menyesap kembali kopinya agar bisa menenangkannya sedikit. Pun dia mulai membaca kata per kata menjadi sebuah kalimat yang membuat Myesha terkesiap.
Jakarta, 06 Mei 2020
Dear Myesha.
Wanita tercantik selama hidupku. Aku bahagia dan nyaman selama bersamamu. Terimakasih karena kamu telah menjadikan penyemangat hidupku. Kamu adalah satu-satunya tempat mencurahkan isi hati dan pikiranku. Tolong sampaikan rasa terimakasih ku kepada kedua orang tuamu karena telah melahirkan putri cantik nan jelita dan berhati malaikat. Boleh aku mengingat kembali kenangan kita saat masih bersama? Kencan pertama kita pergi ke pasar malam dan aku masih ingat ekspresi ketakutan kamu saaat kita memasuki wahana rumah hantu setelah kita selesai melewatinya aku menertawakanmu dan jujur kamu memang menggemaskan. Saat itu pula hari pertama kamu ngambek ke aku. Tapi, aku tidak percaya ternyata dengan hadiah boneka dan es krim membuat mood kamu kembali normal. Kita juga telah melewati momen saat berkebun dan memetik hasil panen kita menanam bunga mawar merah. Momen saat kita bermimpi menjadi musisi, berlatih bersama bermain piano dan aku masih ingat bagaimana cara kamu mengajarkanku bermain biola, itu sangat menyenangkan. Sampai kita masuk momen dimana kita akan tampil bersama demi mimpi kita di masa depan. Aku senang sekali saat kamu mengirim foto dimana kamu terlihat seperti bidadari dengan memakai gaun yang sangat cantik ditubuhmu.
Kemungkinan terbesar, kamu membaca surat ini setelah musibah yang telah kamu lewatkan. Aku bangga kamu telah melewatkan musibah besar itu. Maka dari itu Mahesa cuman mau bilang, maaf. Maaf karena selama kamu bersamaku juga, kamu selalu menderita. Tapi, percayalah itu semua diluar kendaliku sebenarnya aku ingin keluar dari lingkaran yang akan terus membuatmu menderita, tapi aku gak tau gimana caranya. Saat kamu memutuskan hubungan kita, aku merasa lega. Setidaknya kamu tidak akan merasakan penderitaan lagi, membiarkanmu bahagia bersama yang lain. Namun, hati ini tidak bisa berbohong. Aku tidak sanggup melihat kamu mulai membuka hati kamu untuk orang lain. Rasanya aku ingin buang jauh-jauh pria yang mencoba mendekatimu. Itu sebabnya, aku rela pindah ke sekolah kamu supaya aku bisa terus mengawasimu secara dekat. Akhir kata, aku selalu menyayangimu. Oh iya, aku melupakan Ansell, kakakmu yang satu ini sangat membenciku hahaha. Beritahu kakakmu ya... Mahesa minta maaf telah membuat dia selalu khawatir mengenai adik tersayangnya saat bersamaku. Jangan lupakan permintaam maafku kepada kedua orang tuamu karena sering membuat putrinya menderita karena ku. I Love U Myesha Sifabella.
Mahesa Putra.
Myesha tak kuasa menahan tangisannya dia ingin memecahkan tangisannya. Air mata keluar begitu deras dan rasa sesak di dada semakin menjadi.
Perhatian di beralih pada voice recorder yang berada di atas meja. Dia mulai menyetel voice recorder itu dengan menyambungkannya di earphone miliknya.
Dengan seksama dia mendengarnya. Ternyata voice recorder itu berisi percakapan om Daniel dengan Agam?
Mata dia melotot ketika mendengar penuturan dari Agam. Sungguh dia syok dan masih berusaha mencerna percakapan mereka.
Mata dia memanas ketika selesai mendengar detik terakhir rekaman tersebut.
Tangan Myesha bergegas membereskan buku yang berserakan di meja dan memasukan kembali ke dalam tasnya. Myesha berusaha menenangkan diri dengan menatur napasnya normal lalu dia menyesap kopinya lagi sebelum bergegas pergi meninggalkan cafe. Dia sudah tidak peduli dengan tatapan orang yang berpasasan dengannya dengan tatapan yang membuatnya jengkel.
Di perjalanan, Myesha kembali mengingat momen saat bersama dengan Mahesa dia memang bahagia ada bersamanya. Tiba-tiba dia mengingat Julian. Dia menyadarinya bahwa dia sangat jahat pada Julian. Dia telah mempermainkan perasaannya, dia telah memanfaatkan Julian menjadi bahan pelampiasan atas emosi dia yang terlalu lama dipendam.
Beberapa menit kemudian dia sudah sampai tujuan.
Setelah memarkirkan motornya dia berjalan menuju sekumpulan tempat peristirahatan terakhir. Myesha melihat gundukan tanah yang masih terihat baru dari jauh yang menjadi tempat tujuannya.
Myesha berhenti di samping batu nisan lalu dia menatap batu nisan itu yang bertuliskan 'Mahesa' itu sambil tersenyum. Lalu dia menundukkan kepalanya melontarkan do'a kepadanya. Setelah selesai dia menyimpan buket bunga di tanah yang sempat dia beli di tengah perjalanan tadi. Lalu mengeluarkan sebotol air mineral dan menyiramnya.
Myesha memegang batu nisan itu. "Apa kabarnya sekarang kamu disana?" Myesha bertanya sambil menyunggingkan senyumnya.
"Maaf ya aku baru baca surat dari kamu selama hampir beberapa bulan ini aku baru jenguk kamu. Aku Terlalu sibuk mengurus diri agar aku gak terlalu larut dari kesedihan atas kepergian kamu. Acara sekolahnya sangat lancar dan aku mendapatkan hadiah penghargaan dari sekolah karena telah menghiasi acara itu. Sekarang aku kelas 12, dan aku berencana kuliah di luar negri menyusul kak Ansell. Iya kamu benar, kak Ansell kuliah di luar negri. Tapi aku belum menyampaikan perminta maafmu kepadanya, tapi jangan khawatir setelah ini aku akan langsung memberitahunya dan aku yakin dia juga pasti telah memaafkanmu. Sebelum aku benar-benar meninggalkan negara ini, aku pasti akan sering menjegukmu." Myesha menggigit bibirnya dia harus menahan tangisannya. Dia tidak ingin terlihat menderita lagi di depan Mahesa. Dia mulai mengatur napasnya agar dia tenang.
"Mengenai bagaimana nasib Agam sekarang. Kemarin dia baru saja di vonis oleh hakim. Dan sekarang adalah hari pertamanya sebagai narapidana. Walaupun hukuman dia tidak sebanding dengan kelakuan jahat dia ke kamu, rasanya tidak adil dengan dia ada di balik jeruji sedangkan kamu ada dibawah tanah ini." Myesha menundukkan kepalanya dan mulai terisak, dia tidak bisa mengontrolnya lagi.
Myesha menangis dalam diam. Ya Tuhan, kenapa rasanya sesakit ini? Jika tau akhirnya seperti ini, dia pasti tidak akan meninggalkan Mahesa saat itu dan bersama-sama melawan hadapi Agam. Jika itu terjadi, ini semua tidak akan terjadi.
Myesha mengangkat kepala menatap nisan di depannya dengan tatapan terpukul. "Kenapa rasanya sulit sekali mengikhlaskan kamu Mahesa?"
Myesha menggeleng kepalanya lalu mulai menyeka air mata di pipinya dengan tangannya. "Aku lupa, jika berhadapan dengan kamu, aku tidak boleh menangis. Aku tidak ingin membuat kamu di alam sana ikut sedih."
Myesha mengangkat kepalanya sambil menutup mata. Ketika mendengar suara gemuruh di langit membuat dia membuka matanya, langit sudah terlihat mendung. Dia kembali menatap nisan itu.
"Mahesa. Aku pamit. Aku akan belajar ikhlas dan janji akan selalu menjengukmu. Rest In Love."
TAMAT
•••
Terima kasih sudah membaca.Saya membutuhkan kritik dan saran dari kalian, dimohon untuk menulisnya di kolom komentar ya 😉
Jangan lupa dukung cerita ini dengan cara klik Vote ⭐️
KAMU SEDANG MEMBACA
Myesha
Teen FictionSemua manusia memiliki masalalu mereka masing-masing. Namun, ada banyak macam manusia yang menghadapi masalalunya, ada yang berani menghadapinya, ada juga yang berusaha menghindarinya. Mereka melakukan apa yang menurut mereka baik dimasa depannya na...