Angin berhembus menerpa wajah cantik nan jelita. Myesha dengan Juian sudah sampai di tempat Julian membawa Myesha. Kini mereka sedang berada di suatu tempat Telaga.
Julian bernafas lega melihat reaksi gadis yang di sebelahnya nampak berdecak kagum sembari tersenyum lebar, itu artinya Myesha sangat menikmati pemandangan yang menyejukkan mata.
"Gue gak nyangka lo bakal bawa gue ke tempat se-indah ini.'' kagum Myesha.
Julian tersenyum, "Lo seneng?"
Myesha menoleh kearah Julian lalu tersenyum, "Gue seneng, makasih ya udah bawa kesini."
Perhatian Myesha kembali mengamati pemandangan di sekitarnya yang sepertinya akan menjadi candu. Sungguh tempat ini benar-benar indah sehingga ia merasa ingin menginap disini hanya semalam.
"Lo mau makan, minum atau ice cream?" tawar Julian.
Sepertinya memakan ice cream sembari menikmati pemandangan akan menyenangkan, maka dari itu Myesha memilih untuk membeli ice cream dengan rasa vanila.
Julian memperhatikan luka lebam di pipi Myesha, "Sakit ga?" tanya Julian membuat perhatian Myesha teralihkan.
Myesha menyirit kebingungan, namun setelah di beri tanda oleh Julian yaitu luka lebam yang ada di pipinya.
"Udah ga terlalu," ucap Myesha.
"Lagian kenapa lo mau-maunya dibawa dia ketempat sepi? lo bisa 'kan lari? lo bisa 'kan teriak buat minta tolong?" nada bicara Julian terdengar khawatir.
"Lo tau 'kan kalau gue gak dateng tepat waktu saat itu?" - "Atau lo sebenarnya masih suka sama Mahesa?" tanya Julian bertubi-tubi.
Tiba-tiba saja mood bahagia nya itu hilang seketika, Myesha tidak menyukai arah pembicaraan Julian kali ini.
"Gue tau apa yang akan terjadi kalau lo ga dateng. Terimakasih karena lo udah dateng. Dan untuk masalah kenapa gue gak lari dari dia," jeda Myesha, "karena gue tahu ada yang harus diselesaikan dengan dia. Tapi, semua tidak sesuai dengan ekspetasi gue." Cetus Myesha.
"Terimakasih juga untuk hari ini, karena gue harus pulang sekarang. Gue seneng lo bawa gue kesini, tapi sayang sekarang gue gak seneng lagi" tukas Myesa lalu melesat pergi meninggalkan Julian sendiri.
Julian berlari mengejar Myesha dan berhasil menahan lengannya.
"Gue salah, gue minta maap." ujar Julian menyesal.
Myesha melepaskan cekalan di lengannya. "Gue salah untuk ikut sama lo. Seharusnya gue pulang tadi."
"Gue yang bawa lo kesini itu artinya lo pulang sama gue." ujar Julian.
"Gue baru tahu ada peraturan baru kaya gitu lagipula gue bisa pulang sendiri gue bukan anak kecil lagi." Myesha benar-benar meninggalkan meninggalkan Julian sendiri.
Perkataan Julian seperti mengarahkan kejadian tadi sepenuhnya terjadi salah Myesha. Pikiran Myesha kacau itulah mengapa dirinya tidak santai menjawab pertanyaan Julian.
•••
Hari telah berlalu dan hari ini malam dimana pesta ulang tahunnya Shina diadakan. Hari ini pun juga hari ke-2 Myesha mengacuhkan Julian, entah apa yang ada dipikiran pria tersebut selalu saja mengirim pesan teks maupun mengirim makanan lewat ojek online.
Kini Myesha sudah masuk gedung tempat diadakannya pesta. Myesha tampil dengan elegan dengan jumpsuit warna biru navy tanpa lengan dan berkaki panjang memakai heels jenis gladiator warna hitam dengan tatanan rambut messy up-bun, dengan sedikit polesan make-up tipis agar tidak terkesan pucat diwajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Myesha
Teen FictionSemua manusia memiliki masalalu mereka masing-masing. Namun, ada banyak macam manusia yang menghadapi masalalunya, ada yang berani menghadapinya, ada juga yang berusaha menghindarinya. Mereka melakukan apa yang menurut mereka baik dimasa depannya na...