THIRTY ONE

2 0 0
                                    

SELAMAT MEMBACA.

Flashbak On.

Disebuah ruangan terdapat seorang pemuda yang tengah memainkan piano yang berhadapan dengan jendela yang menampilkan seorang gadis cantik bergaun putih panjang yang tengah memetik bunga di halaman depan.

Permainan pemuda itu tiba-tiba saja berhenti membuat gadis itu menghentikan kegiatannya dan menatap pemuda itu. Mereka beradu pandang yang hanya kaca yang memisahkan jarak mereka. Gadis itu mengambil keranjangnya yang akan menghampiri kekasihnya itu masuk kedalam rumah. 

"Kenapa kamu berhenti bermain? Padahal sebentar lagi adalah bagian favorite aku." Gadis itu cemberut dihadapan pemuda itu yang membuat pemuda itu tersenyum.

Senyuman pemuda itu membuat gadis dihadapan dia tidak bisa mengartikannya membuat dia khawatir.

"Sebentar lagi Mama aku akan menikah." ucap pemuda itu membuat gadis itu mengangkatkan alisnya.

Pemuda mengambil setangkai bunga di keranjang yang sedang diapit kedua tangan gadis itu, "Kamu harus janji setelah ini, apapun yang akan terjadi kedepannya, kamu harus percaya sama aku ya." Pinta pemuda itu sembari memberikan bunga Mawar merah yang indah sama seperti si penerimanya.

Entah apa yang memenuhi pikiran pemuda itu hingga berucap sesuatu yang membingungkan gadis itu. Tanpa pikir panjang gadis itu meletakkan keranjang di meja terdekatnya dan mengambil bunga pemberian kekasihnya itu lalu mengambil sebuah biola yang letaknya tak jauh dari nya.

"Baiklah aku berjanji akan selalu percaya sama kamu, tapi ada syaratnya. Kamu harus duet sama aku." kata gadis itu tersenyum sambil mengangkat biola nya tinggi ke udara.

Merekapun mulai memainkan alat musik mereka. Sahut-sahutan suara itu telah membuat melodi yang indah. Membuat mereka saling membalas senyuman mereka. 

Flashback off.

Daniel hanya menatap nanar pada gundukan putih yang ada di depannya. Dia merasakan sesak yang hinggap di dadanya. Dia menundukkan kepalanya kemudian badannya bergetar. Daniel semakin tidak bisa mengontrol air matanya keluar ketika mendengar tangisan mantan istrinya yang terdengar sangat pilu.

"Buka mata kamu sayang, Mama ada disini, kemarin kamu telpon Mama katanya kangen Mama.. Sekarang Mama ada di hadapan kamu nak." ucap Mirna sambil terus terisak sambil mengguncang tubuh anaknya agar terbangun.

"Sayang tolong ikhlaskan Mahesa. Dia pasti akan sedih melihat Mamanya menangis. Kamu yang tegar ya, sayang." ujar Alex yang kini tengah mengelus punggung tangan Mirna.

Mirna kini menatap ke arah suaminya lalu berhambur ke pelukan suaminya. Menumpahkan semua emosinya di dada suaminya. 

Alex bergeser memberikan ruang ketika melihat Daniel menghampiri Mahesa. 

Daniel menatap kedua mata yang kini telah tertutup rapat, dia menyadari bahwa dia tidak akan melihat kelopak mata ini akan terbuka. Sekelebat memori menghampirinya, mengingat pertama kali malaikat kecil yang hadir hingga bisa melangkahkan kakinya  dan menyuapi makanan untuk pertama kalinya hingga dia bertumbuh tinggi yang telah melewati tinggi dia itu sungguh kebahagiaan yang tak terhigga dihidupnya. Bibir Daniel berkedut tidak percaya jika anaknya pergi mendahuluinya. 

Daniel meraup udara yang terasa sesak lalu menutup mata dan air matanya pun keluar begitu saja. Mengeluarkan sepuasnya emosi dia. Menangisi kepergian putranya. Kini dia menyadari sekarang dia benar-benar sendirian. 

"Maafkan Ayah nak, selama ini kamu selalu merasa sendirian. Ayah terlalu gila kerja setelah bercerai dengan ibumu, sampai kita tidak ada kenangan bersama lagi ya? dulu Ayah percaya dengan gila kerja akan membuat sakit hati Ayah hilang. Tapi ternyata selama ini Ayah salah, seharusnya kamulah yang menjadi obat bagi Ayah. Tolong maafkan Ayahmu yang sangat egois ini nak. Ayah sayang banget kamu Mahesa." ucap Daniel dalam hati. Daniel memeluk  lalu mencium kening putranya untuk yang terakhir kalinya.

MyeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang