You Hurt Me! and Maybe I Do it Too...

21 2 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.....

Aku sangat tidak mengerti bagaimana alam semesta bekerja, namun yang ku tahu hanyalah, aku wanita yang malang.

Tepat seminggu yang lalu, pria itu memutuskan hubungan kami yang telah berjalan selama delapan tahun, hanya dengan sebuah alasan yang tidak jelas. Hingga kemudian hari ini, tujuh hari setelah kami berpisah, dengan begitu bangganya dia memposting sebuah foto yang mengguncang seluruh duniaku.

Ya, pacar barunya.

Rupanya Nadio bukan pria cupu. Dia berselingkuh sebelum akhirnya memutuskanku. Dan sampai akhir dia menyalahkanku atas perpisahan kami, yang padahal dialah pelakunya.

Oh, dan perhatikan caption foto itu. 'I Love You, Babe!'. Sungguh lucu. Bagaimana mungkin hanya dalam waktu tujuh hari pria brengsek ini sudah mengaku mencintai wanita jalang itu, kecuali jika mereka diam-diam bersama dibelakangku.

Wanita itu bukan orang asing bagi kami, dia Ulya, tetangga Nadio. Yang awalnya ku pikir hanya kedekatan seseorang yang kebetulan bertemu setiap hari. Meskipun harus ku akui, jika aku tetangga lelakinya, aku juga akan menyukai wanita naif itu.

Usinya mungkin belum genap 18 tahun. Berbanding denganku yang berusia 22 tahun. Dia cantik dan energik. Usia keemasan yang menggairahkan. Untuk itu, aku memaklumi hubungan mereka diam-diam.

Namun, aku bukan tipe wanita yang akan diam saja saat dikhianati. Atau akan memilih mengiklaskan perbuatan tidak adil orang lain dan melanjutkan hidup dengan tenang dan bersahaja. Aku akan meluruskan urusan ini, termaksud melabrak wanita brengsek itu, Ulya, yang memanggilku kakak dengan manisnya.

Aku mengirim pesan dengan agresif, menanyakan kebenaran hubungan mereka yang terjadi begitu ajaib bagiku. Tentu saja si gadis munafik itu berpura-pura tidak mengerti keadaan dan bersikap seolah tidak ada hubungan yang terjalin meskipun foto manisnya telah terpampang rapi di akun Instagram Nadio. Dia mungkin berfikir aku idiot dan lamban, sehingga tidak mengerti situasi. Dan hanya mengatakan sebuah kalimat yang membuatku nyaris mencabuti seluruh bulu hidungku.

"Katanya kakak sudah putus. Lagian aku ngak ada niatan kok sama kak, Nadio..." Disertai desahan genitnya yang memuakkan. Aku jengah dan menutup telepon.

Selanjutnya kuhubungi saja si bajingan itu. Mendampratnya, meminta dia mengembalikan nama baikku yang telah dilecehkannya. Yang dengan sadar dijadikannya tameng saat memutuskanku, apa katanya dulu? Dia tidak bisa melupakan beberapa kesalahanku dimasa lalu dan merasa sudah tidak bisa melanjutkannya lagi karena kelakuanku? Bedebah! Aku di tipu mentah-mentah.

Baikknya ku ketik saja semua omelanku. Takutnya jika memakinya lewat telfon yang terucap hanyalah jenis-jenis nama hewan. Dan beginilah pesan yang ku kirimkan:

"Aku pikir kamu orang baik, ternyata kamu yang bikin kesalahan. Kamu selingkuh sama Ulya. Jadi berhenti pura-pura lugu dan merasa tersakiti. Semua ini, dari awal, memang bukan salahku. Bajingan!"

Send.

Beberapa menit kemudian sebuah pesan template ku terima:

"Jangan ganggu dia, Ulya ngak tahu apa-apa! Ayo bicara."

Brengsek! Orang gila mana yang percaya bahwa wanita girang itu tidak tahu apa-apa. Jelas-jelas dia lihat fotoku dan foto Nadio di akun kami masing-masing tampak mesra dan harmonis. Dan Ulya followers kami. Lalu apa dia tiba-tiba diserang amnesia lalu lupa bahwa kami punya hubungan yang lumayan serius meski hanya menurutku?

Nadio kemudian tak henti menelfonku. Yang semuanya ku abaikan. Aku tidak mau berbicara dengan penghianat itu.

Memangnya siapa dia? Apakah baginya dia supper star dan punya kewenangan untuk mempermaikan wanita? Atau apakah pantulan dirinya dicermin adalah sosok Leonardo Dicaprio saat berusia belia? Sungguh tidak tahu malu. Aku membencinya setengah mati.

Aku beranjak dari kasurku. Menghapus air mata yang sialnya, membasahi pipiku bagai air bah yang menyeruak kalap. Sungguh malang, aku Sarah Rania, perempuan cantik dan berbadan ideal ini, menangisi seorang kutu kupret yang ternyata tidak pernah berniat menikahiku.

Aku melirik jam di ponselku. Pukul 9 malam. Aku ada janji.

Dengan cepat ku poles wajahku yang sembab dengn hati-hati. Berusaha memancarkan kembali wajahku yang percaya diri dan memesona seperti sebelumnya. Persetan dengan kisah pelik ini, aku akan berjalan kedepan dengan bahagia.

Beberapa saat kemudian aku sudah tiba ditempat ini. Dilorong yang familiar. Dilorong yang dipenuhi dengan vas dan guci mewah. Berjalan diatas lantai marmer yang dilapisi karpet mahal. Menuju sebuah ruangan yang menjadi tempat tujuanku.

Aku berdiri tepat didepan pintu besar berwarna hitam. Terdiam sejenak dan meraih ponsel yang masih bergetar. Itu masih telfon dari Nadio. Segera saja, aku, dengan yakin memblokir nomornya.

Aku menyentuh gagang pintu yang dingin. Mendorong daun pintu terbuka. Didalamnya sesosok pria paruh baya duduk tenang tersenyum dengan nakal. Tubuhnya hanya dibalut jubah mandi yang tersibak sedikit. Aku tersenyum merekah dan menutup pintu.

"Kesini sayang, papi sejak tadi bertanya-tanya, kapan wanita cantikku akan sampai..." Ucapnya sambil meraih lenganku agresif.

Inilah kehidupan keduaku. Sisi lain yang hanya diketahui aku, dan beberapa pria yang kutemani tidurnya.

*****

Setia itu, Mitos!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang