.....
Kata orang aku beruntung memilikinya. Dan memang harus ku akui itu.
Aku hanya pria biasa, pekerjaan biasa, dan kehidupan biasa. Kemudian seperti mendapat durian runtuh, menemukan seorang wanita belia yang cantik dan energik. Yang jika melihat wajahnya sekali, pria akan jatuh cinta dan menyimpan hasrat besar dihati, untuk segera memilikinya sendiri.
Namanya Violin, perempuan berkulit putih dan memiliki senyum mempesona. Gerak tubuhnya anggun dan teratur. Dia adalah semua definisi dari kesempurnaan. Dan dia mencintaiku, itu katanya.
Aku bersyukur, tentu saja. Memilikinya dengan sah. Dicintai makhluk seindah itu akan memberimu getaran hebat yang menghangatkan. Kamu akan merasa memiliki tropi mentereng, dan setiap berjalan keluar akan banyak mata yang menyimpan kekaguman dan iri sekaligus. Istriku, cantik!
Hidupku sebenarnya sempurna, jika satu hal ini tidak membuatku frustasi disetiap malam. Di jam tidurku yang tenang dengan sosok bidadari disisiku, tergolek hanya dengan kain tipis. Harusnya tidurku nyenyak dan melenakan. Harusnya mimpiku indah dan dipenuhi bintang-bintang. Namun mengapa, mimpi buruk itu selalu sama, dan ini cukup menakutkan buatku.
Seperti malam ini. Setelah bercengkrama panjang dan suasana romantis yang panas, aku berbaring lelah disisi istriku yang memelukku manja. Dan bibirku masih tersenyum sampai tertidur. Tapi sosok itu tetap saja datang lagi. Menghantuiku tanpa tahu situasi.
Sama seperti mimpi sebelumnya, plotnya selalu sama. Wanita itu akan berjalan kearahku, tersenyum dengan kecantikannya yang unik dan menenangkan, mengatakan satu kalimat yang akan menusuk batinku. Dan kakiku akan berlari mengejarnya sambil menangis. Berusaha menggapainya yang berlari kepelukan lengan kekar yang menjangkaunya sambil tertawa. Siapa pria itu?
Dan lagi, aku terbangun terhenyak. Mendapati jantungku yang berdetak kencang dan menyakitkan. Keringatku bercucuran deras. Nafasku memburu.
Disisiku, Violin masih lelap. Wajah cantiknya tertopang diatas bantal dengan lembut. Ah, manisnya.
Aku beranjak keluar, setelah sebelumnya menyelimuti dan mencium kening istriku lembut. Takut ia terbangun.
Lagi lagi, seperti malam-malam sebelumnya setelah mendapatkan mimpi yang sama. Aku akan merenung di balkon, namun kali ini, dengan coklat panas yang baru saja ku seduh. Rokokku ku nyalakan. Bersiap memulai renungan yang panjang dan dalam.
Sebenarnya ada satu hal yang belum ku ceritakan. Rahasia besar yang mungkin akan mencoreng kekaguman orang lain pada hidupku, maksudku kami. Aku dan Violin. Tentang masa lalu kami, dan... Wanita dalam mimpiku itu.
Wajah cantik itu tidak asing, dia bukan orang yang tidak ku kenali. Dia Rania, mantan pacarku. Orang yang pernah ku cintai, dulu.
Baiklah, akan ku ceritakan saja. Dengan resiko kau akan membenci wajah cantik Violin, dan mungkin mengurangi kekagumanmu atas pernikahan sempurnaku. Tapi, mungkin saja, mimpi yang berulang itu, bisa berakhir jika ku ceritakan.
Saat itu, dua tahun yang lalu, aku telah menjalani hubungan yang lama dan melelahkan dengan Rania. Delapan tahun, dan itu membosankan buatku. Dan mungkin, bagi Rania juga.
Kamu harus tahu ini, Rania pernah berselingkuh. Dengan seorang pria yang lebih tua dariku. Pria yang memiliki kehidupan stabil dan keren, lebih baik dari aku. Meskipun akhirnya, mereka putus dan Rania memilihku. Dan kami berbaikan kembali. Berjanji akan saling mencintai dengan lebih keras lagi. Bersumpah akan bersama hingga akhir. Sekaligus tidak akan ada perselingkuhan lagi. Itu janji kami.
Tapi, luka itu ada bekasnya. Aku tidak melupakan kejadian itu sepenuhnya. Semuanya, semua tentang dia yang mengkhianatiku dulu, aku masih ingat bagaimana aku memergokinya, air matanya saat memohon ampunan, dan pria yang jauh lebih baik dari ku itu. Apa saja yang sudah mereka lewati berdua? Berapa lama hubungan itu terjalin? Aku sungguh muak saat mengingatnya. Dan diam-diam aku menaruh sakit hati yang tidak kunjung sembuh, meski aku memilih tetap bersama Rania, dan mempercayainya lagi.
Kemudian aku bertemu Violin, wanita melenakan dengan pesona yang telah ku ceritakan tadi. Harusnya kamu akan mengerti, kami berselingkuh. Ya, Violin tahu aku punya pacar. Dan dia kenal Rania. Dia memutuskan menungguku memutuskannya, bersedia mendengar keluh kesahku tentang Rania dan kebusukan wanita itu dimasa lalu.
Hingga akhirnya waktu itu tiba, dan aku mengakhiri hubungan yang melelahkan itu dengan Rania. Wanita yang mengaku telah berubah, tidak pernah melakukan hal buruk lagi (Ya, memang. Aku tidak mendapati keanehan apapun lagi), dan mencintaiku dengan besar, katanya. Tapi aku tetap memilih melepaskannya.
Dia menangis tentu saja, tapi Violin tertawa menyambutku yang akhirnya menjadi hanya miliknya. Aku bahagia dan menikahinya tanpa pikir panjang lagi.
Harusnya semuanya sudah selesai. Rania menghilang sejak saat itu. Dia tahu aku selingkuh dengan Violin, dan harusnya dia tahu aku menikahinya kemudian, sebab aku dengan sengaja mengundangnya. Namun dia raib. Seperti tidak pernah ada, bak legenda yang dipertanyakan kebenarannya. Dia seperti menguap dan tidak meninggalkan jejak dan bekas. Dan aku merasa tidak perlu repot-repot mencarinya. Lagi pula itu hal baik untuk hubunganku dengan Violin.
Namun, mengapa dia menghantuiku setiap malam? Mengapa masih mengusikku bahkan setelah dia menghilang?
Aku tidak salah, seharusnya kamu setuju ini. Dia 'pernah' berkhianat, dan tidak masalah jika aku melakukannya juga pada akhirnya. Sebab dia juga bukan wanita baik, kan? Lalu kenapa, dia dengan tidak tahu diri, masih mengangguku?
Ah, kamu harus tahu kalimatnya didalam mimpiku itu. Dia selalu mengatakan kalimat yang sama: "Kamu sudah menikah, jika memang masih mau aku, datanglah, sebelum aku benar-benar dimiliki tubuh lain!".
Brengsek. Untuk apa aku kembali padanya. Dia wanita yang tidak jujur, dia pernah selingkuh!!!Harusnya aku dan Violin tidak bersalah, dan menurutku memang tidak. Harusnya segini saja tidak masalah, dia juga pernah bersalah. Harusnya dia tidak boleh muncul dihidupku lagi, harusnya, aku tidak memilirkannya lagi.
Namun, perasaan mengganjal apa ini?
Ah, pasti hanya perasaan terganggu belaka. Ini hanya karena mimpi buruk itu sangat tidak kusuka. Atau aku terlalu membenci Rania sekarang. Entahlah, mungkin saja. Lagi pula istriku cantik, dan dia mencintaiku dengan sangat. Sangat tidak mungkin jika perasaan mengganjal ini kau sebut penyesalan.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Setia itu, Mitos!
Short StorySetia itu 'katanya' adalah ketika kita mampu menjaga hati dan fikiran untuk tidak tertarik dan memulai hubungan lain dengan orang lain. Namun, seberapa banyak yang mampu melakukannya? Beberapa pria menghabiskan waktumu dengan mengaku si paling setia...