Cerita Tentang Martabak Manis

13 2 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.....

Mereka itu pasangan serasi. Seperti layaknya pemeran utama dalam sebuah film atau novel, mereka adalah paduan visual yang cantik dan cocok.

Diseluruh sekolahku, tidak ada pasangan yang lebih menarik perhatianku dibanding mereka, Aiman yang merupakan kakak kelasku, dan Novita teman seangkatanku.

Aiman itu anak orang kaya, bukan yang terkaya di kotaku, namun salah satu yang terkaya dan cukup terkenal, sedangkan Novita, keluarganya cukup berada. Mereka adalah gabungan tampan dan cantik yang menggemaskan.

Sedangkan aku? Tidak perlu berekspektasi tinggi, aku hanyalah gadis kebanyakan yang kebetulan bersekolah di tempat yang sama. Seorang wanita dengan potongan biasa dan bergaul dengan seluruh lapisan sosial dengan mudah. Aku gadis biasa yang 'mungkin' menyenangkan. Dan aku juga berteman dengan Novita. Gadis periang dan ramah.

Seperti siang ini. Anak itu sedang bercerita riang dengan beberapa orang yang mengelilinginya, diantaranya ada aku juga. Dia nyerocos macam-macam. Tentang pelajaran, tentang guru Fisika yang killer, tentang makanan kantin yang selalu enak, dan tentang Aiman, si kaka senior yang terkenal.

Beberapa dari kami menimpali sesekali, termaksud juga aku, sambil diam-diam mengagumi kehidupannya yang penuh gairah dan menyenangkan.

"Aku putus..." Katanya santai sambil membolak-balik sebuah novel yang di pinjam dari Erliana, anak kelas dua.

"Kenapa, Vi? Sayang banget..." Ucap Rissa dengan wajah kaget bercampur kecewa.

"Begitulah..." Katanya cepat sambil tersenyum manis dan tetap ceria.

"Kenapa ngak balikan aja?" Tanyaku antusias, dengan senyum yang juga ceria.

"Males ah, nanti aja..." Katanya dengan wajah usil dan ringan.

Kami tertawa-tawa kecil menyambut ucapannya. Dan beberapa dari kami mulai membahas topik baru. Seperti melupakan obrolan ringan barusan. Tampaknya itu hanya seperti obrolan sambil lalu.

Namun tidak bagiku. Itu adalah berita besar. Sebuah gerhana matahari, fenomena besar. Hatiku bergetar, entah senang atau nelangsa. Aku menyembunyikan getaran itu diam-diam.

Baiknya ku akui saja. Aku menyukai Aiman sejak memasuki sekolah ini, lebih tepatnya, mengaguminya setengah mati. Sosoknya yang clean dan karismatik membuat, menurutku, hampir semua orang menaruhnya diam-diam di dalam hati. Menurutku dia adalah cinta pertama sebagian orang disekolah ini, temaksud aku.

Tidak bisa ku ceritakan bagaimana sedihnya saat aku tahu Aiman mulai berkencan secara terang-terangan dengan primadona SMA ini. Tentu saja, aku kalah telak dalam segala hal. Namun hari ini, aku melihat secercah cahaya.

Tak terhitung berapa banyak usahaku untuk menarik perhatian Aiman, setidaknya membuat pria ini tahu bahwa ada aku di bumi yang sama dengannya. Maka aku gencar melakukan pendekatan. Dari lewat didepan kelasnya, menontonya saat bermain sepak bola dengan kakak senior lainnya, mem-follow akun sosmednya, bahkan meninggalkan like pada semua postingannya, bahkan pada postingan kucing kawin yang dia bagikan. Dan setelah berita putusnya dan Novita. Aku gencar melakukan pendekatan yang, agresif namun berjarak itu.

Setia itu, Mitos!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang