2

11.8K 978 16
                                    

Sehabis break tadi, rapat pun kembali dimulai. Zee nampak curi- curi pandang pada sosok Marsha yang nampak selalu menunduk itu.

Zee benci melihatnya, rasanya hati Zee gusar sendiri sebab tau murung gadis di seberang itu karena dirinya.

Adel yang melihat karibnya tidak mau diam itu menghembuskan nafasnya kasar. Zee itu apa ya, menurut Adel, Zee itu kelebihan gengsi, jadi apa- apa selalu dibuat rumit.

"Jadi mau gimana nih Zee, Sha?" Adel bertanya, mempertanyakan mau dibawa kemana lagi pembicaraan rapat ini.

Marsha yang memang masih tersisa jejak jejak sehabis menangis itu sebenernya kesulitan untuk menjawab, namun hanya diam juga bukan pilihan.

Namun sebelum Marsha membuka suara, Zee lebih dulu mengambil alih pembicaraan.

"Gua rasa udah cukup rapat hari ini, pointnya adalah untuk ke depannya tolong segala sesuatunya dikerjain dengan lebih teliti dan setiap anggota yang punya tugas tolong tugasnya lebih dipertanggungjawabin lagi, jangan lalai perkara tugas. Gua selaku ketua mpk mengakhiri rapat hari ini, dan gua harap di rapat selanjutnya hasil tugasnya lebih memuaskan." Ujaran Zee yang sepihak itu membuat semua orang kebingungan. Pasalnya rapat seharusnya masih bisa dilanjutkan sebab masih ada pembahasan yang harus dibahas.

Marsha menaikan tatapannya, matanya jatuh pada sosok Zee. Dalam hati Marsha juga kebingungan, bertanya- tanya, kenapa sosok keras itu malah mengakhiri rapat yang Marsha kira akan dilanjut dengan dirinya yang lagi- lagi akan dipojokan.

"Angel! Kakak tunggu diparkiran" Zee memanggil Christy, yang kemudia ia pergi dari ruang rapat.

Adel menatap malas pada sosok Zee yang sudah pergi itu. Tatapannya kini jatuh pada sosok Ashel yang juga menatapnya.

Adel manaikan alisnya bertanya, Ashel tersenyum namun matanya melirik ponsel miliknya, memberi kode pada Adel.

Adel yang mengerti pun membuka aplikasi diponselnya, dan tersenyum.

Setelah membalas pun Adel tersenyum lebih dulu pada Ashel, yang dibalas senyum Ashel, dan kemudian ia pun keluar ruangan menuju parkiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah membalas pun Adel tersenyum lebih dulu pada Ashel, yang dibalas senyum Ashel, dan kemudian ia pun keluar ruangan menuju parkiran.

Sedangkan Ashel, kembali menaruh ponselnya, dan melihat Marsha.

"Dijemput bang Japip kan Sha?"
Marsha yang sedang merapihkan barang- barangnya itu melirik Ashel dan mengangguk.

"Oke deh, gua tungguin sampe dijemput" celetukan Ashel itu membuat Marsha menghentikan kegiatan rapih- rapihnya.

"Kenapa ga balik duluan aja? Lu ga bawa mobil emang? Dijemput pak Adi?"

"Pengen bareng lo, terus gua ga bawa mobil, ga dijemput pak Adi juga"

Marsha menaikan alisnya heran.

"Lah terus? Mau nebeng gua?"

Ashel menggeleng.

"Engga anjirr.. gua cuman mau nungguin lu sampe dijemput aja, terus gua balik bareng Adel" mendengar nama Adel membuat Marsha makin heran, namun melihat senyum malu- malu Ashel, Marsha jadi mengerti.

"Anjir ga pernah cerita! Dari kapan?" Marsha ricuh, membuat Kathrin yang baru datang jadi penasaran.

"Apaan tuh kapan? Kok gua ga diajak ngobrol" tanya Kathrin yang baru nimbrung itu.

"Lah lu belum balik?" Tanya Ashel.

"Belum, nunggu jemputan juga"

Melihat kedua karibnya penasaran itu pun Ashel mulai menceritakan, bagaimana dan seperti apa hubungannya dengan Adel sekarang.

Marsha dan Kathrin menatap tidak percaya.

"Plot twits bangat! Gua kira kak Adel sama kak Zee yang pacaran!" Celetuk Kathrin.

"Gua juga sempet ngira kaya Kathrin, soalnya tuh kepala batu mau denger omongan si Adel doang" Marsha mengangguk setuju pada celetukan Kathrin.

Ashel yang mendengar itu pun tertawa.

"Asal kalian tau ya, gua juga sempet ngira gitu anjir! Terus gua ngomong kan ya ke Adel, mau tau ga reaksi Adel pas denger?" Masih dengan wajah gelinya Ashel berbicara.

"Dia merinding katanya, kata Adel kalo di dunia ini cuman ada dia sama Zee mending dia ciuman sama pohon daripada sama Zee!" Lanjut Ashel bercerita.

Marsha dan Kathrin pun tertawa mendengar itu.

"Anjirrr temennya aja ga mau sama dia! Emang si kepala batu itu mah cocoknya sama rumput laut!" Masih dengan perasaan kesalnya Marsha kembali mengatai Zee.

"Kesel bangat ya Ca?" Tanya Kathrin.

"Perlu bangat gua jawab Tin? I hate her so much! Cewek ngeselin! Cewek ribet! Batu!!" Lagi, Marsha mengeluarkan semua perasaan kesalnya lewat kata.

Kathrin dan Ashel hanya bisa tersenyum geli.

"Tapi Ca, kalo kata orang terlalu benci itu ga boleh, bisa jadi cinta tau! Hati- hati lo!" Ashel memberi petuah walau niatnya meledek.

Marsha merinding mendengar itu.

"Cinta? Sama si kepala batu? Never! Mit amit deh!" Begitu kata Marsha, tanpa pernah tau bagaimana hidup akan berjalan.

"Iyain, kalo jodoh nya lu kak Zee, gua ketawa kenceng!" Ujar Kathrin yang dibalas delikan malas Marsha.













Enemies to Lovers [zeesha ff]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang