Kabar hilangnya Marsha sudah terdengar oleh Jinan dan Cindy, keduanya nampak begitu khawatir, apalagi Jinan yang sejak tadi di kursi penumpang terlihat tidak begitu tenang, iya, Jinan dilarang Cindy untuk mengemudi karena panic attack yang dirasakannya saat ini tidak memungkinkan Cindy mengijinkan Jinan untuk mengemudi.
"Gimana bisa??" Pertanyaan penuh rasa amarah dan khawatir itu di tanyakan terus terusan oleh Jinan.
Cindy menghembuskan nafasnya, pun tangan kirinya menggenggam tangan istrinya itu, berharap memberi tenang.
"Relax nan relax! Kamu sampe keringetan begitu.." ujar Cindy.
Jinan yang mendengar itu pun mengatur dirinya sendiri, menenangkan dirinya dari pikiran ketakutan yang memenuhi kepalanya.
"Aku takut Cin.." lirih Jinan.
Cindy mengangguk.
"Me too.. tapi kalo kamu sampe panik attack begini juga ga baik buat kamunya"
Jinan itu padahal bukan ibu biologis Marsha, Cindy lah yang melahirkan Marsha, tapi dibandingkan dengan Cindy, ikatan Marsha terjalin lebih kuat dengan Jinan.
Tempat perkemahan jadi ramai, karena banyak orang tua murid yang datang begitu anak- anak mereka mengabari ada dua orang teman mereka yang hilang, para orang tua murid ingin memastikan sendiri yang hilang bukan anak mereka, begitu juga dengan Shani dan Gracia, sebenarnya kedatangan mereka tidak hanya untuk memastikan Zee dan Christy baik- baik saja, tapi juga ingin melihat keadaan pacar Zee yang kata Christy merupakan salah satu murid yang hilang itu.
"Kakak mu di tenda yang mana?" Shani bertanya pada Christy yang datang menjemput keduanya ke parkiran.
Christy menggandeng tangan mommnya di sebelah kanan dan menggandeng tangan mommanya di sebelah kiri.
"Di tenda guru, kak Marsha nya habis di rawat sama dokter dan belum sadar jadi kak Zee nemenin kak Marsha" jelas Christy.
Shani dan Gracia mengangguk.
"Momma sama mommy kesana gapapa?? Mau liat si kakak juga sekalian pacarnya" tanya Gracia.
Christy menggeleng.
"Gapapa, ini aku lagi bawa mommy sama momma kesana"
Keduanya mengangguk dan mengikuti langkah Christy ke tenda dimana Zee dan pacarnya berada.
Terhitung 2 jam Zee menemani Marsha yang belum juga bangun, sampai ia ketiduran dalam posisi duduknya.
Marsha mengerjap- ngerjapkan matanya, menghilangkan pening yang ia rasa, begitu pandangan nya jelas figur pertama yang dia lihat adalah Zee yang sedang tertidur dengan posisi yang kurang nyaman menurutnya.
Marsha tersenyum lega melihat Zee. Sebetulnya ketika merasa tidak sadarkan diri, Marsha cukup ragu bahwa hadirnya Zee saat itu adalah nyata, karenanya begitu melihat Zee dengan jelas saat ini Marsha tak bisa menyembunyikan senyumnya.
Marsha mencoba bangun dari posisi berbaringnya, membuat bangkar yang ia tiduri berderit.
Zee terkejut, ia bangun karena suara yang tidak kencang itu, begitu matanya melihat jelas, Zee lekas mendekat pada Marsha yang tersenyum padanya.
"Hei.. kamu udah bangun ya?? Kamu mau apa? Minum? Makan??"
Marsha terkekeh, bukannya menjawab cercaan tanya itu Marsha malah membawa Zee ke dalam pelukannya.
Zee tertegun, namun kemudian ia balas pelukan itu lebih erat, ada lega yang dilampiaskan secara brutal.
"Maaf bikin kamu khawatir" ujar Marsha tepat di bahu kiri Zee, Zee mengangguk.
"Jangan gitu lagi ya?? Lain kali kalo ilang, ilangnya berdua sama aku aja" ujar Zee yang dibalas kekehan geli Marsha, bisa bisanya pacarnya itu bercanda di kondisi haru begini.
"Aku masih kangen tapi kamu mesti makan" Zee berujar sambil melepas pelukan mereka itu.
Marsha mengangguk.
"Makan bareng ya? Aku tau kamu juga belum makan"
Zee menaikan alisnya keheranan.
"Kok tau si? Cenayang ya kamu??" Tanya Zee, Marsha menggeleng sambil tersenyum, tangannya ia bawa ke pipi Zee, ia usap pipi itu sayang.
"Tau, soalnya aku pacar kamu" kata Marsha tidak menjawab dengan jawaban sebenarnya. Jelas Marsha tau, Zee mana ingat untuk makan jika sedang kalap khawatir kepadanya.
Zee tersenyum, mengangguk- anggukan kepala.
"Iya deh si paling pacar aku.. Yaudah aku ambil makan dulu ya? Kamu tunggu dulu, atau kamu kalo masih pusing ditidurin aja" ujar Zee.
"Iyaaa udah gih sana, jangan ilang ya kaya aku" kata Marsha bercanda, Zee tertawa dan pergi dari tenda untuk ke bagian konsumsi mengambil makanan.
Setelah kepergian Zee. Shani, Gracia dan Christy masuk ke tenda Marsha, Marsha terkejut melihat kedatangan orang- orang yang tidak di sangka itu.
Marsha kenal kedua orang tua Zee, sering bercengkrama jika Zee mengajaknya main ke rumah Zee.
"Kak udah bangun??" Christy bertanya sambil mendekat ke Marsha, disusul dua orang wanita dewasa di belakangnya.
"Halo Marsha, gimana?? Ada yang sakit??" Shani bertanya pada pacar anaknya ini, Marsha tersenyum.
"Halo tante Shani, tante Gre, aku baik syukurnya, cuman yang sakit kaki ku aja ini, kayanya keseleo" jelas Marsha sambil melihat kakinya yang di perban.
Shani dan Gracia mengangguk.
"Syukur deh kalo ga ada yang parah.. oh iya si Zee kemana ya?" Tanya Gracia karena tidak melihat figur anaknya itu.
"Lagi ambil makanan buat ku tante"
Gracia mengangguk- angguk.
"Orang tua mu belum datang Sha??" Tanya Shani.
Marsha menggeleng.
"Belum tante, kebetulan orang tua ku lagi keluar kota, kalo mereka kesini kayanya cukup lama di perjalanannya" jelas Marsha.
Duh memikirkan orang tuanya, Marsha jadi membayangkan reaksi mamahnya begitu dengar kabarnya, Marsha merutuki dirinya sendiri karena sudah ceroboh dan membuat banyak orang kesusahan.
Cukup lama mengobrol, Shani dan Gracia sudah hendak pamit.
"Kakak mu kok lama bangat ya dek?" Gracia mengeluh pada Christy.
Memang sejak tadi ditunggu, Zee tak kunjung kelihatan kedatangannya.
"Lagi masak dulu kayanya mom.. kebetulan makanan yang disediakan perlu di masak dulu" jelas Christy, Gracia mengangguk- angguk paham.
"Yaudah deh, Marsha ditinggal gapapa ya? Tante sama tante Shani mau nyamperin si Zee nih soalnya lama bangat juga dia kalo ditungguin" kata Gracia.
"Eh iya tante gapapa, makasih ya tante udah mau jengukin aku"
"Kamu cepet sembuh ya" ujar Shani sambil mengusap surai Marsha, persis seperti kebiasaan yang Zee lakukan, buah memang kalo jatuh tidak jauh dari pohonnya.
Marsha tersenyum sopan.
Baru saja Shani, Gracia dan Christy hendak pergi dari tenda, kedatangan dua wanita dewasa menghentikan langkah Shani dan Gracia.
Jinan dan Cindy mematung melihat dua orang yang amat sangat mereka kenal itu.
Keempatnya saling memandang, meneliti satu sama lain, Jinan dengan mata penuh amarahnya melihat Shani dan Gracia, Shani yang terlihat terkejut sepenuhnya melihat Jinan dan Cindy, sedangkan Cindy dan Gracia hanya diam dengan Cindy yang langsung menenangkan Jinan, dan Gracia yang langsung menunduk.
Pertemuan yang tidak disangka, yang cepat atau lambat akan mempengaruhi hubungan kedua anak mereka yang sedang menjalin kasih itu.
Coba tebak konflik.. yg bner pinter brarti wkwk🙆♀️
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemies to Lovers [zeesha ff]
Fanfickalo kata orang si, kebanyakan ribut bisa jadi cinta, dan kalo terlalu cinta bisa jadi ribut. jadi hati- hati aja si ya buat Azizi Asadel si ketua MPK sama Marsha Lenathea si ketua osis yang sering bangat ribut, bisa jadi nih ya, dari musuh adu meka...