new genre: marriage life, slight nsfw, fluff.
tw// harshwords. DIRTY TALK.
sumpah baca baik baik bakal ada DIRTY TALK yang mungkin menjijikan atau ew kalian tidak sanggup gitu membacanya. aku sudah memperingatkan yh okh 😡
—bullied—
"nah makannya, biasanya asas hak asasi manusia sama asas keagamaan itu bertolak belakang. contoh negara yang prinsipnya liberal itu amerika. mereka juga ekonominya pake sistem.. apa ya, sebentar ayah lupa. yang pasti bukan sistem komando soalnya kalau komando itu korea utara. kayaknya sistem ekonominya liberal juga deh."
Jeongwoo menuturkan penjelasan tentang materi asas dan prinsip kehidupan kepada Jaegyu yang hanya bisa menatapnya dengan mulut terbuka tanpa gigi.
"nanti kalau udah gede pasti belajar itu kok, nanti dedek mau ngambil jurusan kuliah apa? saintek atau soshum? ayah sih nyaraninnya masuk hubungan internasional aja. nanti ayah bantuin bikin skripsi. kemaren ayah cumlaude tau dek."
"berat banget pembahasannya kak, sekalian ajarin cara menggaet wanita juga dong." Junghwan datang ke ruang tengah, menghampiri sang bayi yang terbaring di atas karpet bulu tebal bersama suaminya yang telungkup disebelah Jaegyu.
sosok papa itu membawakan sebuah nampan berisi bubur biskuit, segelas air putih, serta semangkuk salad buah.
semuanya untuk Jaegyu, kecuali salad buah yang ia bawakan untuk suaminya agar tak merajuk.
Jeongwoo itu cemburuan, tidak hanya kepada orang orang. kepada anak sendiri pun cemburu. pria itu selalu merajuk jika hanya Jaegyu yang diperhatikan. bahkan tak segan mantan berandalan itu mengancam akan membuang si bayi ke irigasi menggunakan kresek hitam.
nampaknya manusia tampan satu ini memang tak cocok menjadi ayah. kadang Junghwan bingung, ayah mana yang selalu mengajak anaknya bermain kertas gunting batu setiap malam, dan yang menang berhak tidur memeluk sang papa.
tentunya tak pernah sekalipun Jaegyu menang, bayi polos ini tak mengerti sama sekali. jadi tangan mungilnya akan selalu terbuka lebar menunjukkan kertas sedangkan Jeongwoo pasti mengeluarkan tanda gunting.
pernah saat itu Junghwan membawakan bubur organik untuk menemani sang putra bersantai karena diluar hujan deras. namun ia lupa bahwa suaminya ada disana menemani sang bayi. dan berujung Jeongwoo menatapnya dengan mata berkaca kaca, mencebikkan bibirnya seperti akan menangis. lalu naik ke atas kamar begitu saja, merajuk karena tak dibuatkan cemilan juga.
sejujurnya Junghwan sangat terkejut dengan sisi super kekanakan Jeongwoo setelah menikah. apalagi setelah hadirnya sang putra yang menemani mereka. saat masa berpacaran dulu, suaminya itu benar benar berandalan yang selalu menguarkan aura dominan dimanapun. sekalipun itu hanya berdua dengannya, Jeongwoo tak pernah semanja ini.
meski tak munafik, Junghwan menyukai sisi lain Jeongwoo yang ini.
Junghwan meletakkan nampan di atas meja, kemudian membantu Jaegyu untuk duduk perlahan.
"kak, aku bawain salad buah tuh. dimakan gih." Junghwan berujar sambil melirik ke arah sang suami yang masih betah dalam posisinya.
Jeongwoo hanya mendehem sebagai jawaban, pria itu sibuk memperhatikan bagaimana indah pemandangan dihadapannya ini. tak pernah terlintas dalam benaknya bahwa ia akan menonton bagaimana mantan kekasihnya itu tampak sangat menawan padahal hanya menyuapi anak mereka.
Junghwan sangat baik dalam menjalankan peran layaknya seorang ibu. pria manis itu terus menerus dua puluh empat jam mengurus Jaegyu tanpa henti. jika Jaegyu menangis, Junghwan yang turun tangan. jika Jaegyu lapar, Junghwan yang menyiapkan makanan. jika Jaegyu tak bisa tidur, Junghwan yang rela begadang hingga sang putra terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
bullied; iksan boys [end]
Fanfiction"yeee tolol, sembarangan bener lo sama pacar gue." romansa klasik ala anak SMA, yang dikemas dalam bentuk hubungan Jeongwoo- sosok most wanted sekolah dengan Junghwan- korban bully. dom! jeongwoo sub! junghwan (fluff - high school - bully - bxb)