31. Mood Yang Memburuk

9.1K 393 9
                                    

Happy reading🌞
Maaf kalau ada typo:(

Cia menatap pantulan dirinya di depan cermin, ia kini tengah berada di dalam kamar mandi. Ia ragu untuk keluar mengingat terakhir kali ia berjumpa dengan Adelardo, lelaki itu terlihat murung setelah mendengar penjelasannya. Sudah terhitung lima belas menit ia berada di dalam sini, ia marah sekaligus sedih jika harus bertatap muka dengan Adelardo. Sekarang ia bahkan merutuki kebodohannya sendiri yang tidak bisa menempatkan situasi dengan baik. Bolehkah ia mengulang waktu?, padahal tinggal sedikit lagi bibir keduanya bertemu. Tapi, ah sudahlah ini memang karna ulahnya sendiri ia harus kehilangan kesempatan itu.

Flashback On

"Boleh gue cium bibir lo"

Cia mengerjapkan kedua matanya cium?, bibir?, Adelardo ingin menciumnya di bibir. Tidak bagaimana bisa, ia belum siap kenapa Adelardo bertingkah mendadak seperti ini. Lagipula ia juga masih takut, bayang-bayang kejadian di malam itu terus saja berputar di otak Cia seperti kaset rusak, ia menahan nafasnya saat Adelardo mulai memajukan kepalanya dan menarik tengkuk belakangnya agar semakin mendekat. Hembusan nafas hangat menerpa kulit wajah Cia, ia tidak mau kembali mengulang kejadian dulu ia belum siap.

"Ka-k aku--" Adelardo menahan kepalanya tinggal sedikit lagi bibir mereka bertemu, Adelardo tersenyum kecut ia rasa Cia belum bisa melupakan kejadian malam itu, ia menatap dalam mata yang memancarkan ketakutan itu. Tidak, ia tidak bisa melakukan ciuman disaat Cia masih memiliki rasa ketakutan padanya.

Adelardo melepas tangannya yang berada di belakang tengkuk leher Cia, dengan begitu Cia dengan cepat kembali ke posisi awalnya ia menunduk takut, ia sadar bahwa secara langsung gelagatnya menolak perlakuan yang diberikan oleh Adelardo. Entah apa yang dipikirkan lelaki itu yang pasti, Cia telah membuat kesalahan dengan menolaknya.

"Maaf"ucapnya dengan lirih, Adelardo terhenyak hey, disini bukan dia yang bersalah tapi dirinya. Dia yang dengan lancang meminta hal yang di luar batas disaat ia belum bisa menghilangkan rasa trauma Cia.

Adelardo dengan perlahan memposisikan tubuhnya menyandar pada kepala kasur "Gue yang seharusnya minta maaf karna udah lancang-,"

"Jangan takut gue nggak akan marah. Sini!" Adelardo menepuk sampingnya menyuruh Cia agar duduk dekat dengannya.

Cia dengan kepala yang masih menunduk mengambil duduk di sebelah Adelardo, ia memainkan jari-jari tangannya. Kenapa sekarang ia menjadi bersalah karna menolak ciuman itu.

"Boleh gue pegang?" Cia mengikuti arah telunjuk Adelardo yang mengarah pada perutnya lalu ia mengangguk. Tangan besar Adelardo mulai memegang bukan tapi,lebih tepatnya mengelus dengan lembut.

"Kerasa banget, terakhir kali waktu gue pegang masih datar perasaan" Adelardo sedikit tertawa, perut Cia yang sekarang begitu pas ditangannya. Jika begini, Adelardo akan sering-sering untuk mengelusnya.

Cia sedikit menarik ujung bibirnya, ini yang ia suka dari Adelardo saat berinteraksi dengan anaknya. Ia akan berubah menjadi sosok yang hangat.

"Gue bukan cowok baik-baik selama gue hidup gue udah sering buat dosa, gue nggak pernah menyesal setelah melakukan itu semua. Tapi nggak sama satu kejadian yang buat gue menyesal sekaligus merasa jadi cowok ter brengsek di dunia, malam itu dimana gue rusak masa depan seorang gadis. Gue berusaha bersikap bodoamat dan sebisa mungkin ngelupain kejadian itu-, tapi tetep gue nggak bisa. Hidup gue nggak tenang setelah itu, gue berusaha cari siapa gadis itu. Gue udah janji sama diri gue sendiri bahwa gue akan tanggung jawab, dan akhirnya gue ketemu lo. Gadis yang udah gue rusak-," sebelum melanjutkan perkataannya, Adelardo sedikit mengambil nafas.

ADELARDOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang