01

18.5K 820 12
                                    

Pengacara handal Lalisa Brüschweiler M. kembali memenangkan kasusnya, hal ini membuktikan julukan pengacara tidak terkalahkan layak disandangnya. Semua orang berkomentar jika kasus ini tidak mungkin bisa dimenangkan apalagi melihat lawannya mempunyai bukti-bukti kuat tetapi kenyataannya pengacara Brüschweiler bisa memenangkan kasus itu.

Jennie mematikan siaran televisi yang hampir semua salurannya membicarakan kemenangan pengacara terkenal itu dengan kesal.

"Memangnya apa hebatnya memenangkan kasus?, kenapa harus semua saluran memberitakannya?"

"Jennie, dia bukan hanya pengacara terkenal tetapi dia adalah pemilik Brüschweiler Corp., selain itu dia juga cantik dan tampan ditambah kasus yang dimenangkannya kali ini bukan kasus sembarangan. Kurasa kau kesal karena iri padanya." Kata Joy.

"Untuk apa aku iri padanya, kami jelas-jelas berbeda. Dia punya uang untuk membuka firma hukumnya, dia punya kenalan yang bisa menjadi kliennya. Itu sama sekali tidak menarik, dia tinggal duduk di balik mejanya kasus datang dan dia tinggal memerintahkan timnya untuk bergerak. Sedangkan aku, berjuang dari bawah, dia tidak pernah merasakan mencari kasus sendiri, dia juga tidak pernah merasakan bagaimana mencari informasi dan bukti, sama sekali tidak menarik." kata Jennie sambil meminum kopinya.

"Hahaha, kalian memang berbeda tetapi bukan seperti yang kau katakan. Dari kantor saja kalian jelas-jelas berbeda. Kantormu juga tempat tinggalmu, dia sanggup membayar staffnya dan kau semua dikerjakan sendiri karena tidak mampu membayar staffmu bahkan untuk makan saja kau sudah harus mengirit."

"Terus kenapa? Apakah aku salah jika ingin mencapai cita-citaku, menjadi pengacara untuk kaum tidak mampu? Apakah mereka tidak perlu bantuan hukum dan tidak berhak mendapat keadilan?"

"Tidak salah, sama sekali tidak salah tapi jika aku jadi dirimu, aku akan mencari pengalaman kerja dulu, menabung, melunasi semua pinjamanmu baru kau raih mimpimu."

"Kau tahu aku paling tidak suka melihat ketidakadilan, dan semua firma hukum itu hanya mementingkan keuntungan tidak memikirkan keadilan."

"Jangan samakan dengan tempat kau menjalani pelatihan dulu, mungkin kau bisa mencoba bergabung di firma hukum gadis tampan itu?"

"Apa? Kau tidak salah? Kau lupa bagaimana dia menghina pendapatku waktu dia menjadi dosen tamu di fakultasku dulu? Aku yakin firma hukumnya itu tidak beda dengan firma-firma hukum yang lain yang hanya mencari keuntungan."

Joy hanya bisa menggelengkan kepala medengar perkataan sahabatnya, jika dia tidak mengenal Jennie dari kecil dia pasti akan melanjutkan perdebatannya tetapi dia tahu Jennie bukan hanya ingin meraih mimpinya tetapi dia juga ingin meraih mimpi daddynya yang juga seorang pengacara.

Kenangan pahit masa lalunya membuatnya menjadi seperti sekarang, berjuang sendiri untuk meraih mimpi dan harapannya. Dia sebagai sahabat hanya bisa mendukung dan membantu sebisanya karena dia tahu jika Jennie tidak akan pernah melepas mimpinya karena mimpinya adalah janjinya pada orangtuanya.

"Jennie, hati-hati jangan terlalu membencinya."

"Memangnya kenapa?"

"Kata orang benci dan cinta bedanya sangat tipis."

"Hahaha, aku jatuh cinta padanya itu sudah pasti tidak mungkin, bahkan jika hanya didalam mimpi."

"Hahaha, tepatnya tidak mungkin karena dunia kalian jelas-jelas berbeda. Itu alasan yang benar."

Jennie menarik nafas panjang, dia sadar dunianya dan dunia wanita yang menjadi topik pembicaraan mereka jelas berbeda. Dia hanya pengacara yang baru lulus tahun lalu dan sejauh ini dia hanya menangani kasus-kasus kecil yang dapat dikatakan tidak rumit, sama sekali tidak sebanding dengan pengacara yang sudah memiliki nama besar. Dia juga wanita kaya yang pergi mengunjugi club saat ingin melepas penat dan lelah, karena baginya pergi kesana adalah sebuah kemewahan.

SHE IS MY FUTURE WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang